Pernah merasa sial karena wajahmu nggak cantik, tubuhmu nggak proporsional? Apa yang ada di dirimu kayaknya serba tak pas. Hidung kurang mancung, alis bahkan nggak ada, mata kekecilan , kulitpun terlalu gelap. Kisah seorang teman, sebut namanya Lusi, mungkin bisa dijadikan gambaran.

“Kenapa ya, Bu, aku selalu ..apa ya? Sial atau bagaimana? Pokoknya aku sering merasa nggak beruntung.”

Lusi, sejak SD hingga kuliah selalu merasa nggak cantik. Padahal menurutku ia manis, pandai berdandan dan pintar pula.

“Tahu nggak, Bu,” katanya. “Sejak SMP itu nggak tahu kenapa, teman-teman se-gengku cantik-cantik semua. Sampai kuliah pun begitu! Aku juga nggak tau kenapa komposisinya bisa aku yang paling jelek ada di antara mereka.”

Ya.

Bisa kubayangkan sakitnya jadi Lusi.

Teman satu geng-nya cantik semua. Waktu SMP, zamannya masih naik sepeda motor, teman satu gengnya yang cantik-cantik itu selalu dapat tumpangan pulang. Jangankan minta diantar pulang, para cowok pasti berebut minta ngantar cewek-cewek cantik itu. Setengah memaksa, malah.

“Kalau aku?” Lusi tertawa kecut. “Boro-boro, Bu. Pernah aku kemalaman belajar bersama, teman cowokku bilang : ya udah kamu nebeng siapa gitu loh. Atau kamu mboncengin siapa, hitung-hitung menawarkan jasa.”

Kondisi itu membuat Lusi minder berat.

Apalagi pas saya nanya, “pasti kamu punya kelebihan dibanding teman-teman cantikmu itu? Lebih pintar, misalnya.”

“Lhaaa, itu, Bu,” Lusi nyengir. “Temen-temenku itu, cuantik-cuantiiiik (logat Suroboyoannya keluar!). Udah gitu pinter-pinter banget. Nilaiku selalu yang paling kecil di antara yang lain. Mana kaya lagi.”

Ya iyalah, kataku dalam hati. Kalau anak orang kaya, sudah pasti cantik. Perawatan, gitu loh! Pintar? Ya, bisa juga. Kan bisa les ini itu. (Eh, kenapa ikutan sirik liat orang cantik ya?)

Lusi kelihatan semakin sedih dengan pemikirannya. Dia yang paling jelek, dia yang paling nggak pinter. O, apalagi yang tersisa?

“Mmm, apa temanmu yang cantik itu punya perilaku yang baik?” tanyaku.

“Mereka baik-baiiik banget, Bu. Suka nraktir saya. Bahkan, sahabat dekatku –sebut namanya Ayu- selalu bawa masakan dari rumah. Dia minta mamanya tiap pagi masak dua porsi- satu untuk saya, satu untuk dia.”

Dengar itu, aku jadi ikut-ikutan minder. Cantik, kaya, pinter, baik hati pulaaa?

beautiful and ugly woman.jpg
Beautiful and ugly girl

~Kenapa Si Cantik Suka Berteman denganmu?

“Kenapa sih Ayu suka berteman dengan Lusi?” tanyaku.

“Kata mereka, aku ini orangnya tulus. Suka nolong. Nggak macam-macam. Gak oportunis.”

Ya. Ada orang yang begitu berteman dengan orang kaya, nebeng ini itu. Pinjam bedak, pinjam lipstick.

“Mungkin itu yang buat banyak orang suka sama Lusi, termasuk teman satu gengmu yang cantik-cantik itu,” pujiku.

Lusi happy sebentar, lalu muram lagi.

“Tahu nggak, Bu, dari dulu saya ini selalu jadi penghubung. Tiap kali ada yang naksir Ayu, mesti dekatin saya. Ibu bisa rasakan nggak sih, setiap cowok yang dekat, selalu nanya-nanya Ayu? Apa makanan kesukaan, hobby, rumahnya daaan segala macam.”

Aku meringis. Dasar cowok nggak punya hati!

“Bahkan, kalau lagi jalan berdua sama Ayu nih, Bu, banyak cowok yang suit-suit. Saya terpaksa nyolek Ayu dan bilang, ‘Yu, kamu dipanggil cowok itu. Siapa tahu teman SD mu atau teman lamamu. Nggak enak kan ketemu di  jalan dipanggil nggak nyapa.’”

Saking banyaknya yang nge-fans Ayu, Ayu pasti udah mati rasa dipanggil, ditaksir, ditelpon, dititipin salam, dikasih hadiah diam-diam dan seterusnya.

 

~Pasti ada kelebihanmu

Lusi masih berkutat dengan kemuramannya. Masa SMP, SMA hingga kuliah yang dilaluinya penuh tekanan akibat berteman dengan orang-orang cantik, membuatnya minder luarbiasa. Malu dengan kondisi tubuhnya yang hanya punya wajah ala kadarnya dan tubuh tak terlalu tinggi, bahkan berisi. Istilah sekarang , body shaming. Malu dengan kondisi tubuh dan ingin mengubahnya biar sempurna.

Susah memang, bicara dengan orang yang hanya memandang diri negatif. Apapun sisi kelebihan, justru hanya akan dilihat sebagai sumber kekurangan. Apapun maksud baik orang, dianggap sebagai serangan dan ejekan. Misal, kenapa Ayu senang berteman dengan Lusi adalah karena Ayu nggak banyak punya teman yang bisa dipercaya. Sementara Lusi yang cenderung biasa-biasa saja –bahkan mengaku jelek- tak punya hal untuk ditampilkan kecuali kebaikan hatinya yang luhur. Akibatnya, tampak Ayu yang dianggap buruk karena memanfaatkan Lusi. Lusi juga beranggapan Ayu memilihnya karena bukan pesaing yang pantas diperhitungkan. Ayu jadi kelihatan jahat banget, ya? Padahal tidak selalu orang cantik itu hatinya jahat, otaknya bebal.

Ketika bahasan kami sampai pada pencapaian Lusi, ia mulai terlihat bersinar.

“Alhamdulillah sih, Bu, saya selalu dapat teman dimanapun. Habis kuliah juga gampang cari kerjaan. Suami juga Alhamdulillah sayang.”

Kisah beralih pada Ayu dan teman se-gengnya yang cantik.

“Bagaimana dengan Ayu? Dia juga berkarir dan menikah?”

“Nah itulah, Bu…saya udah lama nggak ketemu. Baru-baru ini ketemu akunnya Ayu, saya inbox. Eh, ternyata yang jawab suaminya. Suaminya jadi admin di semua akun medsosnya.”

Haaa? Saya terbelalak.

Barulah Lusi berterus terang, “sebetulnya, kasihan Ayu, Bu. Dia itu cantik banget kayak bintang film si X. Tiap kali punya pacar, posesif luarbiasa. Dulu pacarnya sampai nanya terusss ke saya : Ayu lagi di mana, sama siapa, ngapain aja, apa sama kamu dst. Saya stresss! Apalagi Ayu,ya, yang punya pacar kayak gitu?”

Dengar si X, kepalaku berkata : cling! Cantik banget dah! Punya pacar posesif sih tinggal diputusin (makanya jangan pacaran hahaha). Tapi punya suami kayak gitu? Apa mau diputusin?

“Ternyata gak selalu enak jadi orang cantik ya,” aku menarik kesimpulan.

Lusi tersipu-sipu, “ iya sih, Bu…ternyata banyak yang harus saya syukuri, ya. Suami saya nggak posesif apalagi sampai obsesif seperti suami Ayu. Ayu nggak boleh kemana-mana, akunnya distalking terus. Dulu selalu berenatem sama pacarnya karena dianggap nggak setia, sering berantem sama teman gadis karena dianggap caper dan merebut pacar orang.”

Hm, kalau sudah gitu, apa kita harus iri sama para perempuan yang dianugerahi Allah Swt wajah dan tubuh cantik di atas rata-rata? Mereka juga punya ujian berat untuk ditaklukan. Kadang malah, enak jadi orang biasa-biasa aja, yang gak terlalu cantik. Penggemarnya sedikit, tapi setia, ahayyy.

@disarikan dengan mengubah nama dan diberikan sedikit bumbu J

 

♥§

5 thoughts on “♥ Susahnya Jadi Orang Cantik! ♥”
  1. Minder oh minderr
    Hmm, rasanya aku seperti di posisi Lusi. Yang jelas, rasa iri dan minder itu nggak enak. Berusaha untuk berpikir positif, Mungkin Allah ingin hambanya fokus belajar dan memperbaiki diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *