Di rumah atau asrama haji? Hotel atau rumah sakit? Obat tradisional atau farmakologi modern?
Aku sempat kebingungan pada awalnya apakah harus rawat inap ataukah cukup di rumah saja. Mengingat saturasi bagus, tak ada pilek, dan juga tak ada sesak nafas. Tapi kenapa tetiba harus segera dirawat?
FIT dan SEHAT BUKAN JAMINAN
Ketika suamiku dan putraku alhamdulillah berhasil menurunkan berat badan dengan pola hidup sehat, seluruh anggota keluarga ikut melakukannya. Menghitung kalori, memperbanyak sayur buah, workout. Kalau lagi malas, setidaknya pemanasan dan plank menjadi agenda rutin.
Suami terdeteksi positif di Banjarmasin 7 Maret 2021. Ia rajin bersepeda dan cardio tetapi memutuskan segera ke RS walau ada ruang isolasi di bapelkes atau hotel. Begitu dirawat, suami terus mendesak : “beneran nih gak ada yang butuh dirawat di Surabaya?” 10 Maret 2021 bertambah yang positif di rumah karena suami sempat pulang ke Surabaya.
Aku menolak. Kami sehat-sehat semua kok. Di rumah hepi-hepi, masak-masak, beberes rumah, menonton bahkan aku masih bisa mengisi beberapa acara. Bahkan, kami sempat periksa ke RS utk tes darah, rontgen sendirian dan alhamdulillah hasilnya baik-baik saja. Tak ada pneumonia, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Lalu, buat apa dirawat di RS?
Pihak Puskesmas kooperatif mempersilakan kalau kami mau diisolasi ke hotel asrama haji. Semua gratis : penjemputan, swab, logistic, pengobatan.
“Ah, enakan di rumah.”
“Kalau bosen; bisa ngapa-ngapain kalau di rumah. Kalau gak di rumah, bingung mau ngapain.”
Begitu pendapat beberapa orang terkait pilihan isolasi mandiri (isoman). Alhasil, aku dan anak-anak yang akhirnya semua positif; bertahan di rumah. Perhatian dari teman-teman mengalir. Makanan, buah, obat, suplemen, hadiah-hadiah. Waaah!
MEDIS versus NON-MEDIS
Begitu banyak pihak yang perhatian dan memberikan saran. Deretan obat-obatan dikirimkan ke rumah mulai berbagai jenis madu, propolis, sari kurma, probiotik, qusthul hindi dan rangkaian pengobatan herba yang kurasa harganya mahal-mahal. Masyaallah…aku terharu sekali dengan perjuangan teman-temanku memperhatikan kami sekeluarga.
Begitupun, pihak puskesmas dan dokter memberikan rangkaian resep seperti azytromicin dan oseltavimir; juga berbagai jenis vitamin. Obat-obatan juga dikirimkan ke rumah. Namun, aku tidak punya latar belakang ilmu medis yang memadai. Paling dapat ilmu dari media sosial, situs kesehatan online, atau dari teman-teman dokter yang menerima keluhan via WA. Berbagai saran pun beragam jenisnya.
“Minum segera XXX. Caranya begini- begini.”
“Jangan minum XXX!”
“Minum probiotik jenis ini ya, tiap 2 jam sekali.”
“Wah, jangan minum probiotik. Kan lagi minum obat!”
Aku bingung , siapakah yang harus kuturuti?
Lalu tubuh kami mulai bereaksi terhadap covid. Hari ke-1,2,3 semua baik-baik saja. Tetiba di hari ke-4 dan seterusnya ; mulai ada yang tak beres.
- Suhu tubuh naik turun. Berbekal thermometer di rumah, suhu tubuh bisa turun naik tak menentu. Kadang 36,3. Lalu 36,7 . merembat ke 37,6 lalu turun lagi ke 36, naik lagi ke 38. Kalau minum paracetamol dan kompres, suhu turun
- Tidur gelisah. Tidur tak lagi nyenyak. Pindah-pindah tempat, bolak balik bangun
- Kehilangan selera makan. Kalau masih di rumah, banyak alternatif pengganti makanan. Selama gak doyan makan, setidaknya telur rebus dan minum susu menjadi alternatif asupan. Tapi makin lama, apapun jadi tak selera
- Lemas. Bagi yang pernah merasalan typhus dan demam berdarah (DB) pasti akan merasakan lemas yang spesifik.
Untuk emak-emak yang terbiasa otot kawat, tulang besi; sakit sering tak dirasa. Aku sering kena flu tapi cukup tidur full sehari dan makan apapun yang diinginkan; besoknya sudah membaik. Lemas sih, tapi gak banget. Sekarang? Lemasnya kelewatan. Sekedar angkat kertas aja nggak bisa!
Lho, kan wajar sakit covid begitu?
Semua orang juga kok, merasakan hal yang sama. Lemes, agak-agak demam, hilang nafsu makan, susah tidur. Yang penting saturasi bagus dan gak ada batuk yang buat sesak nafas, bukannya oke-oke aja tuh isoman di rumah?
PERHATIKAN CERMAT dari WAKTU ke WAKTU
Cuma kita yang betul-betul tahu riwayat hidup, riwayat kesehatan, riwayat keanehan-keanehan yang dialami diri sendiri dan anggota keluarga. Sepertinya terlihat sama, tapi belum tentu demikian.
- Buatlah pilihan logis rasional, saat masih BISA memilih. Kalau udah sesak nafas, hilang kesadaran, demam kelewat tinggi; pilihan-pilihan bisa jadi sangat terbatas. Pilihan apa? Pilihan RS, misalnya. Mungkin kita mau milih RS yg lebih dekat rumah, yg ada kenalan, yg sudah ada jejak rekam medisnya krn sering periksa di sana. Kalau masih bisa milih, tentu akan enak. Tapi kalau udah kritis, tentu sulit milih-milih
- Ah, nanti juga demamnya turun. Ah, nanti juga nafsu makannya pulih. Nanti itu kapan? Dan apa benar bisa pulih dengan sendirinya atau sudah waktunya ditangani dengan serius oleh para ahli? Nanti-nanti bisa jadi kebablasan
- Kalau tinggal sendirian, atau tidak ada anggota keluarga terdekat yang dokter/perawat; mending segera ke RS. Suami saya sendiri di Banjarmasin. Saya sendiri, meski punya sahabat2 dokter tentu gak bisa terus menerus konsultasi di WA. Punya oximeter atau thermometer di rumah, gak cukup. Hanya perawat dan dokter di RS (atau petugas kesehatan lainnya) yang punya ilmu dan pengalaman terhadap situasi mendesak
- Saya dan dua putri saya masuk period time. Saya pribadi mengalami uterus bleeding krn haidh berkepanjangan dan jumlah di luar kewajaran. Karena perempuan haidh seringkali gak enak badan, who knows dg virus Covid ini makin menjadi-jadi situasi buruknya?
- Rumah sakit bikin tambah sakit. Well, ini bukan hotel dan sekarang bukan waktunya pesiar. Kalau di RS gak seenak di rumah, masuk akal sih. Tapi di RS sudah tersedia SDM dan segala macam perangkat yang disiapkan utk kondisi darurat. Di RS berkumpul para ahli di bidangnya yang keilmuan mereka didapatkan lewat jalur ilmiah. Kalau ilmu medis yang kupunya hanya sekedar baca-baca, kan?
Pernah nonton lagu-lagu kocaknya nya dokter Henrik Widegren yang juga musisi? Never Google Your Symptoms adalah salah satu lagu favoritku yang mengajarkan jangan sembarangan cari ilmu via dunia maya. Boleh sebagai langkah awal, tapi segera serahkan pada ahlinya.
——-
QS An Nahl (16) : 43 :
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui
—–
Bagi yang tidak memilih RS dan obat-obat kimiawi; tentu juga tak salah, bila lebih memilih pengobatan tradisional atau herba. Di China dan Korea, pengobatan tradisional menjadi pilihan terpercaya masyarakat karena didukung oleh pemerintah serta keilmuan yang dikembangkan secara terus menerus. Sekarang, Tibbun Nabawi pun menjadi pilihan terpercaya masyarakat.
Untuk kondisiku, bisa jadi karena cukup kompleks maka pilihan RS menjadi pilihan yang harus disegerakan.
6. Berapa jumlah penderita covid di rumah? Kalau cuma 1-2 orang, sarana di rumah memadai, tentu masih bisa isoman. Orang-orang yg sehat bisa melayani yg sakit. Tapi utk kondisi kami sekeluarga, semuanya kena covid! Hanya ibuku yg berusia 80 th yg alhamdulillah negatif. Kalau aku memaksakan di rumah, bisa-bisa yang masih sehat overload pekerjaan dan over exhausted karena melayani yg udah pada lemah. Kalau ambruk semua? Wah!
Jangan takut untuk memutuskan segera dirawat di RS rujukan Covid 19, bila memang kita mencermati diri sendiri sudah mulai semakin menurun performanya.
——–
Hari ke-13 di RS
Hari ke-18 positif Covid 19
Alhamdulillah, kondisi kami semakin stabil dan sehat . Terimakasih atas semua doa-doa
➖➖➖➖➖
MY ENGLISH’S STORY :
Hurry Up!
You have to decide immediately : is it okay to stay at home, isolation at hotel or right away to hospital?
- Make a logical choice. We don’t have several choices in critical condition. So, if there’s still time to make a choice, do it
- Sometimes we say to ourselves : the fever will be over. Just take a rest, drink much water. But is it true? Don’t we need more help from doctors and nurses?
- If you’re live by yourself – there’s no body else and you don’t have any relative such as doctor or nurse that you can depend on ; please contact hospital and tell your latest condition
- I hate hospital. Hospital make me sick much more! Well, of course, hospital is not hotel and we’re not on vacation! But in hospital is available medical resources that could help patient in critical condition
- If in you’re family there’s just 1 or 2 people with covid, it’s okay to stay at home. The rest which is still healthy can assist you. But, if the whole family is suffering for Covid 19, hospitalization is the right choice
First, we were isolated at our home. Then I got bad fever and next, the ambulance picked me up