#6 To Karatsu

Catatan Perjalanan Jepang Mancanegara

Perjalanan menuju #Karatsu Jepang, membutuhkan ketahanan fisik yang prima.
China Airlines menjadwalkan berangkat dari Jakarta pukul 06.25 pagi menuju beberapa bandara International hingga nanti akhirnya tiba di Fukuoka.

Karena berdomisili di Surabaya, maka harus ke Jakarta sehari sebelumnya. Suami menyarankan agar sempat istirahat, maka harus sampai Jakarta sore hari, dan mencari hotel terdekat. Saya mengambil penerbangan Batik Air pukul 12.50 dan tiba di Cengkareng 14.20.

Salah satu penginapan yang nyaman adalah J hotel di jalan Perancis no 9, 10 menit dari bandara. Pelanggan dijemput di bandara, gratis pula, dan esoknya diantar ke bandara, free of charge. Tarif hotel beragam, yang termurah Rp. 378.000 pun sudah sangat nyaman. Sayangnya, Tidak bisa tidur nyenyak di J hotel karena semalaman ngobrol dengan kembaran saya, Sinta Rani dari Aquila Travel hahaha…

Jam 04.00 pagi, kami menuju terminal 2 D, untuk check in. Barang yang boleh dititipkan di bagasi sejumlah kurang lebih 20 kg. Langkah selanjutnya masuk imigrasi. Sholat shubuh dapat dilakukan setelah melewati imigrasi. Ingat, cairan lebih dari 100 ml tak boleh masuk, apapun itu. Shampoo, sabun cair, parfum, minyak kayu putih, air minum, dan sejenisnya. Ukuran cairan yang diperbolehkan masuk ke pesawat adalah seukuran botol Yakult.

China Airlines menyediakan moslem meal sebagai sarapan.
Nasi goreng panas, telor ceplok dan bistik ; dilengkapi buah segar menjadi pilihan tepat . Baru sadar, inilah pertama kali duduk tenang dan nyaman, menikmati waktu, memanjakan diri, menonton film setelah sebelumnya hectic dengan setumpuk tugas (baca https://sintayudisia.wordpress.com/2015/10/03/5-karatsu-estafet-perjalanan-dan-logoterapi/)

Penerbangan pertama menuju Hongkong International Airport seharusnya ditempuh dalam waktu 4 jam. 4 jam duduk adalah waktu yang sangat membosankan dan membuat sendi-sendi kaku. Memang, di pesawat disediakan beragam tontonan gratis mulai film, musik, berita, permainan. Saya memilih film Jurrasic World yang dibintangi Chris Pratt dan San Andreas. Tidur bosan, mau baca pusing. Bolak balik ke kanan ke kiri mengganggu teman-teman di sebelah. Ngobrol dengan Bli Nyoman di kiri, ngobrol dengan mbak Nunik dan mbak Sinta Rani di sebelah kanan. Tidur lagi. Bangun, melihat jam. Tidur lagi, terguncang-guncang. Ups…

Cuaca sangat tidak bersahabat siang itu.
Pilot mengatakan, kami akan segera mendarat ketika jam menunjuk pukul 11.00 siang. Cuaca berawan, hujan, mendung membuat pilot terpaksa menerbangkan pesawat di udara 15 menit untuk mencari posisi. Permintaan maaf dikumandangkan lewat speaker. Penumpang berkali-kali serempak berteriak ketakutan ketika pesawat mengalami turbulensi. Suara-suara gelegak muntah terdengar, aroma minyak angin mengudara di mana-mana. Haduh, sampai salah satu penumpang muntah dan mengeluarkan anyir asam lambung….tamat sudah pertahanan diri! Saya bakalan ikut threw up hiks….

Mirip adegan fim laga usai jagoan mengalahkan tokoh antagonis, ketika pilot berhasil mendarat hampir pukul 12.00 siang, serentak tepuk tangan terdengar. Baru kali ini!
Mungkin, semua penumpang merasakan pembuluh darah, isi perut, jaringan otak, teraduk-aduk bagai campuran es Palu Butung.

Sinta Yudisia, Nunik, Sinta Rani
Sinta Yudisia, Nunik, Sinta Rani

Penumpang transit dipersilakan melaporkan ke petugas transfer, tersedia petugas-petugas dengan seragam yang membawa kertas pengumuman transit ke Taipei. Jadi, insyaAllah kita tidak tersesat. Penerbangan selanjutnya berada di gate 47. Alih-alih ke gate 47, kami ber-6 malam mengambil foto-foto bergantian. Padahal saat turun dari pesawat, kesepakatan pertama : mau ke kamar mandi! Anehnya, masih sempat jeprat jepret entah berapa kali. Setelah puas berfoto dengan tulisan Welcome to Hongkong, maka kami menuju gate 47 dan mencari kamar mandi di sana. Alhamdulillah, bekal botol kosong saya sangat berharga. Closet hanya menyediakan air untuk menyiram kotoran dan tissue kering. Sekalipun dalam konteks bersuci, mengusap dengan barang kering seperti batu, daun atau kertas sudah cukup; tetap rasanya kurang afdol tanpa air. Maka, siapkan botol kosong dari tanah air. Tidak perlu yang seukuran 1,5 liter (kalau ranselnya besar, silakan saja…), cukup botol kosong ukuran 600 ml. Air dapat diambil dari wastafel.

Skay train Taiwan bersama Sinta Yudisia, Rizaldi, Beli Nyoman, Nunik, Sinta Rani
Skay train Taiwan bersama Sinta Yudisia, Rizaldi, Beli Nyoman, Nunik, Sinta Rani

Pesawat berikutnya menuju Taipei, boarding pukul 13.25. Potongan tiket sebelumnya masih dipakai, dengan nomor kursi yang sama. Moslem meal kali ini lebih simple , roti isi jamur, air putih dan buah apel.

Kembali, perut ini teraduk-aduk oleh perjalanan pesawat yang bertubrukan dengan gumpalan-gumpalan awan, curahan hujan dan gelombang angin.

Whatever, this is not about the destination.
Remember, the journey is always full of memories.

Jika, sebuah peristiwa mengingatkan pada sebuah buku.
Maka Karatsu kali ini mengingatkan pada novel saya pribadi, #Rinai.
Ada orang-orang unik yang membuat kita ingin menuliskannya, sebagai pengingat bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Montaser, tokoh pemuda Palestina, yang mengawal tim Indonesia; banyak pembaca bertanya-tanya apakah ia tokoh yang benar adanya?

Mungkin ia fiktif.
Mungkin ia nyata.
Tapi, Montaser adalah seorang pemuda yang hari itu menuangkan shai kepada para tamu, ketika ia sendiri tengah berpuasa. Pemuda yang suka bersedekah, yang muncul dan perginya bagai jam malam. Pemuda yang hdiup antara bangku kuliah, ladang zaitun, pantai Aizbah dan terowongan-terowongan rahasia.

Ketika tulisan tentang Karatsu ini nanti muncul, imajinasi penulis dan imajinasi pembaca mungkin akan bertemu dalam sebuah dimensi makrokosmos : siapakah ia? Apakah ia ada? Apakah ia hanya rekaan?

Anggaplah tokoh itu hanyalah rekaan.
Namun apakah anda tak ingin Montaser benar adanya dalam kehidupan ini?
Montaser dalam  RINAI

#6
#Karatsu
#Jepang

Enjoy the Journey to Enlightment 🙂

0 thoughts on “#6 To Karatsu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *