Cinta sesuatu yang legit untuk dibahas.
Sweet like chocolate. Mulai anak SD yang baru menebak-nebak apa itu jatuh cinta, anak SMP yang kenal cinta monyet, anak SMA yang sumpah sehidup semati (meski rela hidup bersama tapi enggan mati bareng), anak kuliah yang mulai berpikir nikah. 20, 30, 40 tahun sampai usia aki nini; cinta tetap nikmat dibahas.
Itu sebabnya, saya pribadi suka menulis tentang cinta.
Novel cinta seperti Bulan Nararya, Rinai, Rose, Lafaz Cinta, Sophia & Pink. Non fiksi cinta seperti Kitab Cinta Patah Hati, Sketsa Cinta Bunda dan insyaallah yang akan segera terbit Cinta x Cinta = Agar Masa Remajamu Nggak Sia-sia.
Sejak Kapan Manusia Kenal Cinta?
Bayangkan!
Emosi dasar manusia terbentuk di limbic system , sejak ayah bunda melakukan coitus dan berkembang di 25 hari pertama. Baik ayah bunda kemungkinan besar tidak sadar, sedang ada bakal manusia yang mulai terbentuk cikal bakalnya di dinding rahim.
Calon baby yang di detik-detik tersebut berlimpah cinta, ayah bunda rajin bermunajat cinta pada sang Khaliq dan mengungkapkan rasa saling mengasihi sepanjang waktu, akan membentuk limbic system ini dengan bahan baku cinta.
Tapi bila si bunda cemas, apalagi bila kehamilan nggak diinginkan, terlebih (naudzubillah…) married by accident; hari-hari dipenuhi heartbeat bak pacuan mobil : hamil gak hamil gak hamil gak. Celaka, hamil! Maka limbic system dipenuhi bahan baku kebencian sejak awal.
Anak-anak dan Cinta
Anak TK dan SD sekarang juga bicara tentang cinta, lho!
Banyak anak TK dan anak SD yang cerita kepada sang bunda ingin pacaran, jatuh cinta pada teman satu kelas. Setelah ditelusuri, anak-anak ini masih campur aduk antara cinta, admire, sayang, berteman, bersahabat, kagum. Gara-gara sinetron cinta yang bertebarandi televisi mengumbar kata cinta, anak-anak meng analogikan setiap perasaan senagnnya kepada anak lain yang berstatus lawan jenis dengan “jatuh cinta.”
Remaja lain lagi.
Hormon yang juga sedang mengucur, otak bagian prefrontal yang belum matang, stimulus lingkungan yang dipenuhi film-film romansa yang banyak menyajikan adegan ehm-ehm seperti trilogi Twilight dan Fifty Shades of Grey membuat remaja mengartikan cinta lebih dahsyat dari orang-orang dewasa : cinta tidak cukup berkirim puisi atau kata-kata manis. Cinta harus lebih dari itu!
Remaja dan Cinta
Akibat myelin sheath yang belum sempurna menyelubungi sel-sel neuron, pre frontal cortex remaja tak matang hingga usia 20 an tahun. Itu sebabnya remaja suka mengambil perilaku beresiko. Cinta harus diekspresikan lewat sentuhan fisik yang bila out of control, melakukan intercourse yang hanya boleh dilakukan suami istri. Masa muda yang seharusnya diisi hal-hal dinamis seputar akademik, prestasi, hoby, pencarian identitas diri dan mengarungi dunia seluas-luasnya; terpaksa terpuruk.
Gakpapa kan berhubungan asal tidak hamil?
Jalur basic instinct, termasuk perilaku sexual, sudah terbentuk di otak lebih dahulu dibanding jalur-jalur pemenuhan instink yang lain seperti kebutuhan makan, dll. Akibatnya, seseorang yang terkena adiksi pornografi akan sulit mengekang keinginannya untuk tidak lagi mengkonsumsi kecuali timbul azzam yang luar biasa besar. Kebiasaan menonton pornografi softcore, lambat laun menjadi hardcore.
Begitupun perilaku sexual.
Tidak hamil tidak menjamin remaja berhenti melakukan.
Bila terlanjur melakukan, baik cowok atau cewek akan mencoba terus petualangan cinta ini hingga seakan tak berkesudahan bagai rantai setan, naudzubillah. Belum lagi bila emosi ikut terlibat : tak mau kehilangan, terlalu sayang, atau justru keinginan membalas dendam pada lawan jenis sehingga setiap kali menjalin cinta maka akan berakhir dengan seksual intercourse, naudzubillah.
Ayo,Bicara Cinta
Sebab energi yang meleda-ledak pada remaja, mari bicara cinta yang sehat.
Boleh kok jatuh cinta, apalagi pada lawan jenis. Itu tandanya manusia normal. Coba perhatikan syair Arab kuno yang berisi petuah bagi orang yang jatuh cinta.
Segala peristiwa, berasal dari pandangan
Banyak orang masuk neraka, sebab dosa yang kecil
Bermula pandangan, lalu senyum, lantas beri salam
Kemudian bicara, berikutnya berjanji, sesudahnya adalah pertemuan
Bagaimana mengantisipasi cinta agar tetap dapat menajlani aktivitas sehari-hari dan tidak terjatuh pada perilaku nista?
1. Kenali diri jika sedang jatuh cinta.
2. Jaga pandangan. Jangan sembarang jelalatan.
3. Bila harus bertemu karena kerja kelompok atau tugas organisasi, JANGAN hanya berdua!
4. Jangan berani-berani bertemu berdua tanpa izin orangtua
5. Jauhi tempat romantis yang hanya akan memicu emosi untuk menyentuh dan melakukan hal yang lebih jauh
6. Katakan pada diri sendiri : aku masih muda. Aku masih muda. Aku masih muda. Banyak hal yang harus dilakukan, bukan hanya bercinta.
Selanjutnya, simak buku Cintax Cinta = Biar Masa Remajamu Nggak Sia-sia ya!
MasyaAllah, kapan terbit mbak? Ngga sabar nunggunya 🙂
InsyaaAllah sudah selesai cetak, tinggal finishing ya . Mohon doa agara buku ini barakah , aamiin 🙂