Kisah bijak ini sangat sederhana. Meski sumbernya pun masih simpang siur, namun kebenarannya dapat direnungkan.
Di Yaumil Akhir nanti, Tuhan konon akan memanggil satu penghuni surga dan satu penghuni neraka.
“Apakah kamu pernah merasakan kesengsaraan di dunia?” tanya Tuhan kepada ahli surga.
Sang ahli surga, sepanjang usia hidupnya dari bayi hingga meninggal senantiasa hidup dalam kesulitan, kepedihan, kenestapaan. Namun jawab si ahli surga adalah, “ tidak, Tuhan. Saya tidak pernah sengsara.”
“Apakah kamu pernah merasakan kesenangan di dunia?” tanya Tuhan pada penghuni neraka.
Jawaban penghuni neraka adalah, “tidak Tuhan. Saya tidak pernah merasakan kenikmatan apapun di dunia.“ Padahal semasa di dunia, sejak bayi hingga tuanya ia selalu bergelimang kenikmatan, kemudahan, kekayaan, kejayaan.
Mungkin anda dan saya pernah mendengar cerita ini, entah dimana. Entah kapan pula. Samar-samar sumbernya. Namun isinya kruang lebih sama : di akhirat kelak kita akan terbelalak melihat kenikmatan surga. Akan terperanjat melihat dahsyatnya neraka.
Surga seperti apakah?
Dalam khayalan yang serba terbatas ini, surga bagaikan istana megah dengan kubah-kubah emas. Setiap lorongnya dipenuhi perhiasan menjuntai terbuat dari mutiara dan emas, bertahtakan mutu manikam. Guci-guci, bejana, safir dan zamrud berceceran seperti ketika saya melewati lorong-lorong gua Alibaba di Chez Ali, Maroko.
Dinding-dinding pualam dan lantai mewah berlapiskan permadani tebal seperti warna terang dinding masjid Hassan Tsaniiy di Casablanca, dengan lanskap biru terang sebagai latar belakang.
Pohon-pohon rindang berdaun hijau yang tak pernah gugur atau meranggas, buah-buahan ranum yang masak serta tinggal dipetik. Dan, sebuah danau luas dengan kapal-kapal berlayar, para penghuni surga berada did alamnya, seperti para dayang di istana Cleopatra.
Seperti apa cantik bidadarinya? Apakah seperti perempuan-perempuan yang dinobatkan sebagai icon cantik selama ini : Elizabeth Taylor, Aishwarya Rai, Yang Guifei, Nefertiti, Cleopatra, Anarkali, Kendedes?
Hingga kini tak satupun manusia mampu menggambarkan seperti apa surga serta kecantikan bidadari yang sesungguhnya. Kecuali hanya menerka-nerkanya. Andapun pasti punya gambaran surga seperti imajinasi dan khayalan milik anda sendiri.
Neraka yang tak terbayangkan
Surga masihlah belum pernah cukup terbayang di benak, sebagaimana bayangan neraka pun tak akan pernah sampai ke mata dan telinga kita semasa di dunia. Namun setidaknya, selintas neraka pernah terbayang : ketika Surabaya mencapai panas 40 derajat dan tak ada angin bertiup, ketika matahari menyengat demikian sengitnya, panas bagai jarum-jarum menancap di tiap pori-pori yang terpapar cuaca. Ketika suatu saat melintasi gurun Sinai menuju gerbang Rafah- Gaza : kuning membara hingga isi perut teraduk-aduk, lebih dari 4 jam melintasi jalur gurun api yang memanggang .
Sakit apa yang pernah manusia pernah alami?
Saya pribadi pernah mengalami sakit melahirkan. Sakit ketika masuk rumah sakit akibat kencing batu dan berikutkanya kolik abdomen non spesifik. Sakit cabut gigi.
Sakit dan kepanasan, adalah gambaran neraka yang dapat dibayangkan manusia. Meski, apa yang ada di dunia tentu belum sepersejuta apa yang ada di akhirat.
Memory yang terhapus di negeri Akhirat
Mengapa ketika di Yaumil Akhir kita tidak lagi ingat lezatnya es krim? Enaknya rendang? Gurihnya kacang dan keripik? Serunya jalan-jalan keluar negeri? Bahagianya berkumpul bersama keluarga? Bergetarnya rasa cinta kepada pasangan dan nikmatnya kebersamaan bersama orang yang disayangi?
Mengapa ketika di Yaumil Akhir kita tidak ingat lagi betapa sulitnya ketika masa pengantin baru dulu, makan sepiring berdua? Masa sulit mahasiswa yang menangis sakit hati dimarahi dosen-dosen, kelaparan sebab harus puasa Daud demi menghemat uang saku? Sedihnya berusaha istiqomah dalam kejujuran sebagai pegawai dan senantiasa disudutkan oleh pihak-pihak yang mengagungkan kekayaan? Sakitnya mengandung dan melahirkan, sakitnya menghadapi orang-orang yang mendzalimi kita, sakitnya kesulitan yang tiada pernah putusnya dari hari ke hari?
Mengapa ketika di Yaumil Akhir kesenangan di dunia dan kesengsaraan , terhapus begitu saja?
Sebab demikian kematian datang, lenyaplah memory tentang dunia.
Kita tinggalkan semua yang tampak abadi dan berbentuk materi – memasuki kehidupan baru yang sama sekali berbeda dari dzat yang pernah ada di alam semesta. Tidak ada lagi keluarga, sebab kita sendiri. Tidak ada lagi pakaian dan perhiasan, sebab kita telanjang. Tidak ada lagi kendaraan, sebab kita berjalan kaki di Padang Mahsyar. Tidak ada lagi bangunan yang melindungi dari terpaan dingin dan bara neraka, sebab kita tak punya apa-apa yang berwujud materi.
Inilah yang Stephen Hawaking katakan : selalu ada anti-dari segala.
Zarah antizarrah. Materi antimateri. Manusia antimanusia.
Ketika materi dan immateri bertemu, yang tersisa hanyalah kilatan cahya, bersama lenyapnya segara zarrah tak bersisa.
“Jikalau manusia suatu saat bertemu antimanusia, ia akan lenyap,” dan Stephen Hawking tak dapat menjelaskan apa antimanusia itu.
Apakah ia alam Qubur? Apakah ia Izrail? Apakah ia Yaumil Akhir?
Tetapi para saintis sepakat sudah : dunia materi ini akan berakhir.
Sebab demikianlah hukum alam diciptakan : harus ada kadar bagi segala sesuatu. Sebagaimana usia segala materi harus memiliki kadar tertentu agar alam dunia tetap berjalan sebagaimana seharusnya. Manusia harus memiliki kadar umur tertentu, sebagaimana alam semesta akan memiliki kadar tertentu dalam perjalanannya yang mengembang dan berotasi.
Dan kelak, ketika kita mati, lenyaplah memory tentang segala sesuatu.
Memory tentang suami tecinta. Memory tentang anak tersayang. Memory tentang orangtua yang melindungi kita. Memori tentang sahabat yang senantiasa membantu. Memory tentang kekayaan yang memfasilitasi selama ini. Memori tentang nikmatnya kasur empuk dan AC yang dingin. Memory tentang kelezatan makanan. Memory tentang kejayaan saat kita dielu-elukan.
Selamat tinggal memory dunia. Selamat tinggal kenangan akan materi.
Selamat datang dunia baru yang disesalkan oleh banyak orang seperti dalam Brief History of Time : mengapa manusia dapat mengingat masa lalu tetapi tak dapat mengingat masa depan?
Itulah Yaumil Akhir, dimana manusia sama sekali lupa tentang masa lalu dan tiba-tiba baru memiliki memory akan masa depannya.
Masya Allah T___T
Jazakillah remindernya, Mba.
Sangat bermanfaat bunda :”) izin share 🙂
Merinding saya membacanya.
Terimakasih 🙂
Pingback: Akhirat Tanpa Memory — Journey of Sinta Yudisia | abatatsaja
Masya Alloh, betapa dunia itu … *spiclez