Apa yang kita dapatkan dengan menulis?

Catatan Perjalanan FLP FLP Wilayah Jawa Timur Jurnal Harian Karyaku Kepenulisan Perjalanan Menulis

 

            Tulisan ini saya peruntukkan bagi mereka yang pikir-pikir mau menulis, ragu-ragu mau menulis, mencoba menulis, patah arang dalam menulis atau yang sudah memantapkan diri di dunia tulis menulis, especially women, makhluk unik yang diciptakan Allah SWT untuk mengemban tugas penting sebagai pencipta peradaban dunia.

            Banyak adik-adik yang bertanya via sms, imel, fb dan blog yang bertanya : kak/bunda/mbak/bu…bagaimana sih menulis yang baik? Pertanyaan singkat yang membutuhkan jawaban yang amat-sangat-panjang.

            Sebelum saya berbagi ilmu saya yang sedikit tentang tulis menulis, ada baiknya kita semua memahami apa sih sebetulnya yang kita dapatkan dari dunia kepenulisan ini.

            Baiklah, apapun profesi anda saat ini (pengangguran, ibu RT, mahasiswa, pelajar, dokter, polisi, pembantu, buruh, dsb), apapun niatan anda saat pertama kali menulis , mungkin berikut ini akan memberi sedikit gambaran.

            Apa yang akan kita dapatkan dari menulis baik di media cetak, penerbit, blog dst adalah :

 

  1. Penghasilan / royalti *****

 

Waduh, bunda kita yang satu ini matre banget J !!

Tunggu dulu, bukankah ini yang pertama kali bermain-main di benak saat melatih jemari kita menari di atas kertas? Royalti, penghasilan, uang. Halal pula. Hm, senangnya…..

Rekan-rekanku sayang , menulis memang punya efek ekonomis apalagi yang sudah secara rutin menulis sehingga mendapatkan royalti per 3 bulan, 4, 6 bulan.

Tetapi tahukah anda berapa nilai uang anda sebenarnya?

Nilai uang anda sesungguhnya kecil sekali dibandingkan dengan…..

Deg-degan lagi ! Dibandingkan dengan apa? Laptop, hape, sepeda motor, rumah, buku-buku, uang sekolah, tabungan, biaya pendidikan, haji, dll?

 

Ow, kalau hanya itu daftar kebutuhan kita, mungkin dengan menulis selama 3-4 tahun daftar itu sudah dapat dipenuhi. Silakan saja kalkulasi sendiri jika 1 artikel/1 cerpen dihargai 200 ribu dan 1 buku flat putus dihargai sekian juta. Kalau setahun produktif menulis berapa uang di kantong? Lumayan J

 

Tetapi sekali lagi rekan-rekanku & adik-adikku sayang,

ibuku yang bijak pernah memberi nasehat ” Sinta, tugasmu mungkin mencari uang sebanyak-banyaknya tapi tidak untuk menghabiskan sebanyak-banyaknya.”

Artinya, kadang uang itu begitu mudah diraih oleh sepasang tangan kita tetapi ternyata daftar antrian yang menunggu di belakang sudah sangat banyaknya.

 

Pernahkah anda ketika 1 cerpen dimuat seharga 200 ribu lalu tiba-tiba saudara mendapat musibah, berita duka di sana-sini, ibu sakit, adik minta bantuan uang sekolah dan seterusnya? Begitulah harta ujian. Yang duaratus ribu itu belum tentu kita pakai untuk keperluan konsumtif atau untuk saving, tetapi sudah menunggu tangan-tangan tengadah membutuhkan bantuan.

Suatu saat nanti ketika royalti kita mencapai jutaan, jangan hanya berpikir menumpuk harta yang kita idam-idamkan sekian lama selama bertahun-tahun. Seringkali ketika uang ada di tangan, datanglah permintaan-permintaan yang tak dapat ditolak oleh nurani kita sebagai manusia. Memangnya anda dapat menolak permintaan pembantu anda yang anaknya membutuhkan obat karena sakit atau ingin sekolah? Atau tukang rujak langganan menangis tak punya modal sementara jumlahnya dapat ditanggulangi oleh jumlah royalti yang ada di tangan sebagai rahmat rizqi dari Allah SWT?

 

            Jadi bersiaplah, para penulis berbakat, bahwa royalti anda nanti  tak seperti harta karun yang tiba-tiba didapat dari mengirimkan sms. Karena apa? Ketika kita menulis , memulai dengan niat baik; ternyata ujian keikhlasan itu ada sejak awal, pertengahan hingga akhir sebuah amal. Capek, lelah, letih anda menyelesaikan sebuah novel lalu sekian jumlah uang yang rencananya di saving untuk keperluan masa depan ternyata orang-orang terdekat membutuhkan bantuan segera.

            Catat baik-baik dalam ingatan : yang melapangkan rizqi  termasuk mudahnya tulisan kita menembus media manapun seringkali tergantung seberapa besar niat baik kita. Tetapi begitu tulisan kita laku maka royalti itu ternyata tak sepenuhnya menjadi hak milik kita bahkan suatu masa hanya tercetak di slip tabungan untuk selanjutkan didistribusikan kepada kantong-kantong kaum muslimin.

            Kecewa? Rugi? Tentu tidak karena Allah Maha Kaya dan akan diganti dengan yang jauh lebih baik dari itu. Dan rezeki yang halal, sedikitpun akan terasa

 

 

 

  1. Ketangguhan & Kekuatan *****

 

Yang akan anda dapatkan dari dunia kepenulisan adalah ketangguhan dan kekuatan. Disini kita akan belajar bagaimana sedikit demi sedikit menempa diri, mental, jiwa membaja selapis demi selapis. Satu tulisan kita tak laku, ditolak, dikritisi habis-habisan. Begitu pula tulisan yang ke 2, 31, 104. Anda mungkin putus asa di tahap-tahap awal tetapi jika anda punya komunitas (seperti FLP misalnya) kesulitan itu akan punya nilai tersendiri. Digigit semut, tertusuk duri, terinjak paku lama-lama tak ada bandingnya jika disetarakan dengan pukulan godam. Lama-lama anda akan terbiasa dikritik dan diejek, tetap bangkit dan melaju bangun, memperbaiki diri.

Satu demi satu teman-teman berhasil menulis, anda akan iri. Iri yang baik kan? Lalu kita semakin memperbaiki diri, belajar dari sana-sini, memburu informasi, bertanya tak kenal lelah hingga suatu saat tulisan kita terbit dan dibaca sekian ribu kepala.

Bukan main bahagia dan bangga, sebab satu ide pikiran kita dapat ditransfer ke sekian banyak orang, dibaca, diresapi, dimaknai. Mungkin saja tulisan itu akan mengendap dan menjadi sejarah berharga bagi orang-orang kemudian.

Baja.

Hati sekeras itu yang membuat kita tangguh menghadapi sekian macam kesulitan.

Menulis, adalah satu profesi yang melatih kita untuk punya sikap mental yang tangguh, tak cepat melempem.

 

  1. Ilmu Pengetahuan *****

 

Menulis, menulis, menulis. Anda akan belajar banyak tentang dunia tulis menulis hingga menjadi bisa dan mahir. Sesudah tulisan demi tulisan terbit, anda akan seamkin dahaga dan haus untuk menimba banyak pengetahuan. Maka anda akan melengkapi diri dengan banyak membaca dan terus membaca. Melahap setiap suku, frase, kata, kalimat, bait, bab, hingga sekian banyak buku dikunyah-kunyah tanpa sisa.

            Saya pribadi, dahulu adalah seorang ibu rumah tangga yang baik J

            Bangun sebelum Shubuh, mencuci, memasak, membersihkan rumah dan begitulah seterusnya. Lalu dunia tulis menulis membuat saya jatuh cinta, begitupun dunia pengetahuan yang terkuak dengan terus membaca dan membaca.

            Lalu apalagi?

            Kliping, buku, internet, makalah, handout, semua diburu untuk melengkapi pengetahua. Tibalah pada satu titik : saya tak bisa terus menulis jika tetap sekerdil ini! Apa lagi saya mulai mencintai satu genre tulisan : sastra sejarah & sastra budaya.

            Aduh, bagaimana ini? terlebih saya kan hanya seorang perempuan….

            Kesempatan itu datang ketika seseorang menawarkan beasiswa ke fakultas negeri paling bergengsi di negeri ini, saya ditawari karena pernah, Alhamdulillah, menjuarai beberapa lomba tingkat nasional.

            Tapi bagaimana? Saya kan ikut suami dan baru pindah ke Surabaya. Sayangnya….padahal suami baru saja menolak pindah tugas ke Jakarta karena memang kami baru hijrah ke Surabaya.

            Saya sedih. Beasiswa itu tak jadi saya dapatkan akrena saya seorang ibu istri, perempuan yang terikat ’kontrak kerja surga’ dengan suami. tetapi cita-cita itu terus memburu. Alhamdulillah, Alalh SWT senantiasa membantu hambaNya. Saya memberanikan diri mengajukan beasiswa ke UNTAG dengan membawa beberapa sertifikat dan saya pun kuliah lagi di Psikologi.

            Menulis, membaca, memburu ilmu pengetahuan.

            Tak habisnya saya syukuri kesempatan ini datang di usia saya yang ke 35.

            Setiap pagi, dengan target untuk mencuci, memasak, mengisi buku laporan anak-anak, mengecek perlengkapan mereka , saya juga harus menyiapkan diri mengikuti Psi, Faal, Psi Klinis, Psi. Sosial dst yang harus diikuti dengan hati dan pikiran serius. Ketika sepeda motor saya melaju membelah udara pagi yang sejuk, daun-daun berembun, udara berkabut, burung bercicit; saya melaju bersama mereka yang berseragam putih merah, putih biru dan putih abu-abu. Kami sama-sama memburu ilmu pengetahun, makanan paling nikmat yang dikunyah akal sesudah Quran dan Sunnah nabiNya.

            Beapa indahnya dunia menulis, membayar saya dengan sesuatu yang jauh lebih berharga dari sekedar tumpukan uang dan royalti ; saya punya kesempatan melengkapi diri saya sebagai ibu, istri, perempuan, muslimah & daiyah

 

 

 

 

  1. Pengalaman berharga *****

 

Sesuatu yang tak dapat dibelia dalah pengalaman. Pengalaman memperkaya batin kita, tak dapat dibeli di bangku sekolah atau toko manapun. Pengalaman bertemu orang, pengalaman menjumpai peristiwa, pengalaman memaknai sesuatu.

            Dengan menulis saya bertemu adik2 FLP yang ada di Sumenep, Pamekasan, Bondowoso, Malang, Ciputat, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi…..ribuan orang yang terkontak lewat dunia maya. Mereka memberi saya pengetahuan yang demikian berharga.

            Bukan itu saja, menulis membuat saya harus mendalami karakter.

            Itulah yang menghantarkan saya bertemu buruh di rumah susun, anak-anak Dolly, para pelacur. Saya juga berkesempatan bedah buku di isntansi-instansi besar. Saya belajar memaknai dua dunia berbeda : ada komunitas intelektual di Indosat, Telkom, Kantor Pajak, lembaga2 lain. Ada komunitas kelam di sepanjang Dukuh Kupang, Dolly, Putat.

Saya belajar banyak tentang manusia. Saya belajar banyak tentang diri saya sendiri.

 

  1. Menimbun kekayaan hingga ajal nanti

Inilah kekayaan berharga yang dapat ditimbun, dihitung, dibagikan kepada siapa dan tak akan berkurang jumlahnya.Dengan menulis kita menumpuk kekayaan yang tak hanya berupa uang tapi juga handai tolan, teman, rekan, pengalaman, pembelajaran, ilmu dan masih banyak lagi.

 

 

  1. Banyak dan banyak lagi………

 

 

 

Nah, dengan imbalan sebanyak ini apakah anda masih ragu untuk memeras keringat dengan menulis?

0 thoughts on “Apa yang kita dapatkan dengan menulis?

  1. Menulis adalah bagian dari kehidupan yang membuat diri menjadi lebih reflektif dan mengetahui isi hidup ini dengan berbagai perspektif. Walau tulisan terkadang tak membawa kekayaan materi, tapi ia memberi kekayaan yang sangat banyak bagi jiwa, nurani dan pikiran. ketika Rene Descrates mengatakan “Aku berfikir Maka Aku Ada’, maka “Aku Menulis Aku Pun Ada”……

    Seorang pembelajar yang sedang berkomitmen untuk terus menulis-Yuli ^^

  2. assalamua’laikum..
    panggil apa nih, bunda, mba, uni atau apa ya?? kalau bunda bolehkan??
    Saya setuju sekali dengan apa yang yang Bunda tuliskan. Saya hobi membaca dan mengoleksi buku apapun, novel, cerpen, pengembangan diri, komunikasi, dan sebagainya… termasuk novel dan cerpennya bunda. sampai-sampai saya harus beli rak buku untuk memajangnya.
    sudah tiga bulan ini saya mulai menulis, termasuk opini di media cetak.
    nah, kemarin saya coba bikin cerpen.. mohon bunda mau membacanya di http://yusrizalfirzal.wordpress.com/ sekalian kritik dan sarannya.
    terima kasih bunda…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *