Alhamdulillah, untuk semester 2 ini aku berhasil meraih IP 4 lagi.
Untuk Psikologi UNTAG-Surabaya mendapat akreditasi A sehingga nilai yang kuperoleh insyaAllah gak main-main ;-). Di semester dua ini banyak teman-teman yang nilainya jeblok, turun dari IP 3 ke 2 atau malah ke 1. Mereka pada bertanya2 ke aku yang sudah emak-emak : kok bisa sih?
Rekan-rekan,
seorang temanku ditest IQ nya dan ia punya skor 95, artinya di bawah normal. IP maksimumnya harusnya hanya 2,5 tetapi dua semester ini ia berhasil meraih IP 3. Kenapa? Karena ia berjuang mati-matian belajar sehingga mendapat hasil yang bagus.
Bagaimana denganku?
Dulu, IQ ku di test dan aku termasuk anak yang normal. Masih kuingat ketika mau masuk UGM dan STAN selepas dari SMA aku harus bekerja duakali lipat dibanding teman-temanku yang lain di SMA 3 Yogyakarta, Alhamdulillah aku bisa menembus UGM dan STAN yang sangat ketat persaingannya.
Waktu suamiku penempatan di Surabaya setelah malang melintang ke Medan – Jakarta-Tegal-Yogya-Semarang, aku memutuskan harus kuliah lagi. Aku nggak boleh berhenti di satu titik, aku harus terus berjalan. Ilmu pengetahuan harus dicari sebagai bekal di dunia maupun akhirat. Orang yang berkecimpung lebih lama dalam kawah pengetahuan semoga lebih bijaksana.
”Aku masuk sastra atau psikologi ya?” tanyaku pada suami.
”Masuk sastra buat apa?”
”Yaa, kan sekarang dah nulis, biar punya ilmu yang mem back up kalau pas ngisi training atau talkshow.”
”Kayaknya mending psikologi aja,” saran suamiku. ”Bisa buat anak-anak.”
Akhirnya aku masuk psikologi.
Ternyata di psikologi bukan ilmu sosial murni. Aku sempat terkaget-kaget juga ketemu matematika yang momok bagiku sedari kecil. Statistik? Uh, enggak ya. Mana dosennya serem! Tapi….masak aku menyerah? Apa kata anak-anakku kalau aku dapat IP jelek? Ih, ummi pinternya nyuruh anak-anak belajar, sendirinya gak mau! Sebulan dua bulan aku masih keteter tapi berikutnya aku mulai menemukan pola. InsyaAllah ini bermanfaat buat yang lain juga ya :
- Terus terang awalnya ku ggak mempedulikan SKS. Bagiku semua ilmu sama pentingnya karena satu menunjang yang lain. Tapi buat strategi, okelah.
- Duduk paling depan. Pasti beda daya serapnya dengan yang duduk di deret 2, 3 apalagi paling belakang.
- Harus punya catatan steno sendiri yang merekam dosen berbicara
Aku membeli buku tulis –sekalipun agak mahal- yang perbijinya antara 15ribu-20 ribu. Buku2 ini bentuknya besar, spiral, tebal, dengan aroma wangi dan kertas lucu-lucu. Bukan looseleaf lho. Fungsinya untuk membangkitkan semangat. Misal :
- Sampul pink dengan anak kecil dan kereta kuda dengan tulisan Sweet Dream untuk Psikologi Faal
- The Wonderful Wizard of Oz dengan sampul singa dan anak-anak, bertuliskan sebuah rangkaian kisah, kertas biru coklat untuk Psikologi perkembangan dsb
- Harus rajin membuka internet mencari tahu lebih dari yang dosen sampaikan. Beberapa mata kuliah memang butuh trik tertentu
Filsafat : Cari tahu apa dasar2 pemikiran Rene Descartes, Comte, Nietzsche,dsb. Bandingkan dengan filsuf muslim seperti al Farabi, ibnu Sina, al Ghazali dsb. Semakin kaya pengetahuan, misal ketika dosen bertanya tak terduga ”…kenapa Nietzche yang dibesarkan di lingkungan agamis, menguasai bahasa kitab suci Latin-Yunani-Ibrani; justru ketika menjadi filsuf ia berbalik atheis? Ketika kita punya perbandingan dengan filsuf lain, kita tahu jawabannya.
Statistik : coba, coba dan coba. Buku catatanku tabal seukuran ½ folio. Tetapi aku mengerjakan soal-soal di kertas folio bergaris usuran besar, double. Aku mengerjakan sendiri Analisa Varian, Anava faktorial AB, Analisa Rancang Ulang, dst. Gak bisa? Cari buku di toko buku, baca berulang-ulang teorinya, spidol dengan stabillo lalu kerjakan lagi dan lagi.
Untuk satu teori misal Anava AB, aku bisa melatih diriku 5-10 kali sehingga luwes, nggak kaget saat menghadapi soal itu di ujian. Tak kalah penting melatih ketrampilan kita dengan kalkulator bagaimana cara memasukkan data. Ingat, tiap kalkulator punya cara berbeda. Lihat jam di rumah karena waktu pengerjaan ujian hanya 15 – 2 jam saja dengan soal yang…..pfhuuuuuhh! Jadi aku bilang ke adik2 yang pinjem catatan statistikku ….”dek, percuma pinjem catatanku kalau kamu nggak pernah latihan!”
Psikologi Faal. Wah, belajar ilmu ini ibarat masuk kedokteran. Bagaimana nggak? Kita menghafalkan bahasa latin yang aneh bin ngeri di telinga. Tapi aku harus bisa! Berhubung dosenku dokter, pinter, tegas, kejam (…sebetulnya dia baik kok.. hanya disiplin buanggett!) aku harus punya tenaga ekstra di malam hari. Pekan kemarin menerangkan 12 pasang saraf cranial, aku harus mencari di internet seperti apa sih saraf cranial? Apa bedanya dengan 31 pasang saraf spinal? Dari mana keluarnya? Apa nama latinnya? Aku juga membuat jembatan keledai untuk mempermudah diriku sendiri
OLOPOCTRO TRIABFAVE GLOVAKRA ACCHYP
-
- olfactorius
- opticus
- oculomotorius
- trochlearis
- trigeminus
- abducens
- fascial
- vestibocochlearis
- glossopharyngous
- Vagus & akar kranial
- accesorius
- hypoglossus
Begitupun dengan 48 area broadmann, saraf2 pada intumescencia lumbosakralis & servikalis, dst.
Psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi umum, psikologi kepribadian yang banyak teori & pendapat para ahli mulai Sigmund Freud, CG Jung, Alfred Adler, Maslow, Wilhem Wundt, Ivan Pavlov, BF Skinner, Watson dst memang harus sering-sering dibaca & dipelajari.
MENJELANG UJIAN (pas kuliah juga):
berdoa mohon nilai sempurna
mohon dibukakan hati & pikiran untuk mudah menerima pelajaran
jangan lupa ibadah wajib & sunnah
bikin catatan kecil2 berwarna warni seukuran telapak tangan yang bisa dibawa kemana-mana, catatan ini betul2 reminder yang hebat!
…….besoknya ujian aku memang nyaris nggak tidur malam…;-)..he..he…!!
Soalnya aku punya kelemahan, aku punya memori jangka panjang yang agak lemah dan memori pangka pendek yang lebih kuat. Jembatan keledai hafal tapi singkatannya apa ya? Jadi sepekan saat UAS aku memang nyaris nggak tidur karena mengulang apa yang sudah kupelajari sebelumnya.
Berhubung hampir semua mata kuliah sudah kubuat catatan2 kecil berwarna warni dengan gambar2 yang juga sudah kupelajari (khusus Faal) maka malam hari dan beberapa menit menjelang ujian aku tinggal mengingat. Oh, indera penglihatan dengan lapisan retina mulai dari lapisan epithelium sampai optic nervus fibre itu begini-begini. Oh, pendapat Ivan Pavlov dengan percobaan anjingnya begini-begini.
Jadi , kalau SKS (Sistem Kebut Semalam) atau SMS (Sistem Melek Semalam) yang memang baru malam itu buka buku, kupikir gak akan sukses sama sekali. SKS dan SMS ku sudah menyiapkan catatan kecil dan latihan2 sehingga malam itu aku tinggal menguatkan my short term memory
wow…ip 4…
udah lama ngidam itu nih…
slmat y…
http://ilikethisword.wordpress.com
Wah makasih ya…ayo kita berlomba!
wah, wah, wah… selamat atas IP 4…. saya juga pernah IPnya 4, tapi itu dicapai dalam 2 semester… hehehe… IP semester lalu dua koma, IP semester ini satu koma, dijumlah jadi 4, bahkan lebih.. hehehe… selamat ya.. salam sukses….
sedj
http://sedjatee.wordpress.com
Doakan saja bisa terus sempurna IPnya ..;-)
IP 4? waduh… kok belum terbayang, ya…
yang tergambar malah Intel Pentium 4, he…he..
thx mbak sinta, jadi pemacu kuliah di sini..
subhanallaah..
ip-ku 2 semester ancur, dunia kampus nggak seperti sma
tapi semester 3 ini harus bisa ip bagus
thanks mbak, cerita-nya jadi penyemangatku nih..^-^
Ayo dek…fastabiqul khoirot. Jangan kalah sama emak-emak yaaa….;-P
hehee..oke deh…:)
IP 4 akan mudah di dapat apabila kita terus berlatih, berjuang dan tak kenal menyerah serta tdk lupa memanjatkan Doa’ kepada Allah Swt. Tapi mesti diingat bahwa IP terkadang tdk bisa dijadikan tolak ukur kemampuan seseorang, karena blum tentu seseorang yg IP nya bagus, dia paham & mampu mengaplikasi kan ilmu yg telah diperoleh. Tapi tetap lah terus bersamangat untuk mendapatkan IP 4.
By : M.Romas Khoirul Fatir 🙂
Betul mas Khoirul. Saya punya teman yg IPnya bagus2, kuliah di psikologi lagi tapi antisosial banget. Jadi…gimana ya? Tulisan ini buat memberikan semangat pada adek2 , kalu emak-emak aja bisa berjuang optimal, apalagi yang masih pada single 😉
aku mmg IPx 2 truss y baru semester 2 kmrn, tp y mau gmn lagi, aku lemah bila d suruh mengingat, apalagi aku tipe orang yg cuek, kadang2 tman sendiri aj suka lupa namax.mmg semakin kita kerja keras semakin banyak kesempatan yg kita dptkn, trutama tuk ingin dpt IP 4. nikmati aj lah, klwpun IP 2, aku mungkin cukup memahami maksud n tujuan dr pertanyaan. tp krn mesin pengingat error jd y bgtu trusss he he he…
Pengen deh dpet IP 4 🙂
Sebentar lg aku UAS .
wahhh… bisa dunk kak ditiru.. aku mau jg ah dpat ip 4
Amiiin….semangat:-)
assalamualaikum….. mbak sya orang yg jg mmpunyai target ip4 ,, tpi knapa og blum bisa,,?? pdhal sya udah optimalisasikan kmmpuan sy,, baik itu ke aktifan di dlm klas maupun pd saat ujian.. sy baru mnmpuh smster 1,, sy kget dn lgsung drop ktika mlihat ip 3,2 ,,soalnya temen2 q yg di klas sy lihat keaktivannya kurang justru dpt ip lbh bgus….. tlong tipsnya.
syukron..
Wa’alaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Ada point2 penting yg dilihat dosen dek :
keaktifan ~ sering2lah duduk di depan , berdiskusi, mengajukan pertanyaan
lihat gaya dosen juga ~ ada yang bisa demokratis, ada yang konservatif
SKS ~ sistem kebut semalam boleh juga untuk melengkapi gaya belajar, sebab memori kita ada yg long term ada yg short term. Artinya sebelum ujian peting juga untuk belajar maksimal.
Semoga bisa 4 ya? Tapi di beberapa semester terakhir mbak gak bisa 4 dek :-(, soalnya ada dosen Tes Rorscharh & Tes Grafis-Wartegg yang bersikukuh bahwa untuk mendapatkan nilai A harus dengan pengalaman:). Artinya, ia ingin adil bahwa mahasiswa S1 yag masih belum punya pengalaman ‘membaca’ orang lain akan sangat kesulitan mendapatkan nilai sempurna.
Oke? Semangat!
makasih ya mbak..
inspiratif banget, aku jadi termotivasi lagi buat dapet ip 4 nih, udah 4 semester ip nya 2 koma semua…
mau banget ip 4.00. mudah2an di smester 4 ip nya juga 4 kan pas tuh
Semangatttt!!! 🙂
Mau juga dapet IP 4! Cita-ciat tuh. SEmester 4 ini harus dapet 4…. Ganbarimasu kara ^_^
Semangattt! 🙂
itu cita-cita sejak awal kuliah tapi sampai saat ini masih bagaikan gelombang,naik turun naik turun terus
Semangat lagi Airy… ^_^