Beda budaya Jepang dan Korea apa sih?

ANIME Hikmah Jepang KOREA My family Parenting PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Remaja. Teenager Topik Penting WRITING. SHARING.

Ketika saya bolak balik ngisi acara tentang Korean Wave, beberapa remaja yang nyenggol, “Bun, sekali-sekali bahas Jepang, dong!”

Dua negara ini bertetangga, seperti Indonesia dan Malaysia. Dua negara ini pernah berseteru dan sekarang berkompetisi dengan keunggulan masing-masing. Bagi para orangtua, budaya Korea dan Jepang sekilas terlihat sama. Ada musiknya, ada dramanya, filmya, juga boyband girlband. Tapi bila ditelusuri lebih jauh, banyak sekali perbedaan yang mengacu pada keunikan masing-masing.

Karena bahasannya pasti panjang, saya coba persingkat aja ya.

  1. Musik

Musik Korea dan Jepang sangat berbeda walau ada yang sama.

Korea :

Kita mengenal KPop yang mendunia. Yang tenar tentu boyband dan girlband. Selain berbentuk grup, ada juga yang solo dan grup band. Boyband sebut saja BTS, Exo, Stray Kids, NCT, Seventeen dsb. Girlband Blackpink, Red Velvet, Twice, dll. Ciri khasnya mereka bisa menyanyi, menari dan ada visual yang menarik.

BTS, EXO

Penyanyi solo yang bagus dari Korea juga banyak : BoA, IU, Taeyon, Gaho, Shawn.

Grup band yang mulai dikenal adalah Lucy dll. Grup band ini lebih mengandalkan kemampuan main musik seperti gitar, bass, biola, dsb

Jepang :

Musik Jepang sangat beragam mulai yang berbentuk girlband – boyband, solo sampai yang grup band. Penyuka musik Jepang mungkin akan sulit berpindah ke musik Korea karena musik Jepang sangat unik : vocaloid, moe-moe, ballad, rock metal, pop, dsb. Rock nya sendiri ada yang  modelnya theatrical seperti Linked Horizon. Mengupas satu aja, misal, vocaloid bisa panjang banget. Orangtua yang belum kenal apa itu vocaloid, coba cari Hatsune Miku. Lagunya amat sangat dikenal, terutama anak-anak TK dengan senam Pinguin. Tahu kan?

Linked Horizon

Menariknya, musik Jepang sangat dikenal dunia bersamaan dengan anime. Penyanyi dan grup band yang mengisi soundtrack anime bukanlah artis sembarangan. Inuyasha, Bleach, Naruto, Sailormoon , Attack on Titan…adalah sedikit film yang bisa saya sebut di mana musik-musiknya menjadi karya seni yang luarbiasa.

Cobalah simak Jiyuu no Tsubasa, Guren no Yumiya dan Shinzou wo Sasageyo.

Sangat cocok didengar agar kita punya nasionalisme terhadap negeri kita tercinta, utamanya kalau kita sudah merasa negeri ini kayak distrik Shiganshina yang diserang Titan kwkwkwk.

2. Film

Korea :

Film-film Korea justru lebih menyentuh realita. Kalaupun ada yang fantasi kayak Along with The God, tidak terlalu absurd. Begitu bagusnya Korea buat film berdasar realita sampai-sampai banyak banget film bertema patriotism yang laris manis di pasaran. Coba, mana ada film tentang perang kemerdekaan yang bisa box office kayak punya Korea? Mau yang setting tradisional seperti The Admiral, War of the Arrow dll. Atau mau agak modern seperti Age of Shadow, The Spy Gone North, My Way, Tae Gu Ki, dll. Sudah nonton Parasite kan? Nah begitulah bagusnya Korea buat film berdasarkan dunia realita.

Tae Guk Ki, Parasite

Jepang :

Jepang suka buat film absurd walaupun film tentang realitas seperti Shoplifter menang Cannes 2013.

Horror Jepang alamaaak, ngeri. Ring, Juon, dsb. Jangan nonton kalau emang nggak kuat jantungnya. Film Jepang banyak yang aneh-aneh, baik bertema humor kayak Ninja Kids atau Gintama. Ataupun yang thriller macam Coldfish atau Noriko’s Dinner Table. Kalau mau lihat film Jepang, simak benar-benar reviewnya.

Film-film Jepang yang dikenal di Indonesia dan cukup aman disimak seperti Kenshin, 13 Assasin, The Grave of Fireflies.

3. Anime

Korea :

Animasi Korea belum dikenal luas seperti punya Jepang. Beberapa animasi Korea mulai dikenal dunia seperti Larva, Tower of God, God of High School, dsb. Walaupun sebagian pengerjaannya masih digarap Jepang.

Animasi Korea, mirip seperti film-filmya dan dramanya, sangat menyentuh dunia realita. Korea ketika menggarap produk seni berdasar kisah realitas sehari-hari patut diacungi jempol.

Larva, Tower of God

Jepang :

Bicara anime Jepang, tak bisa cukup satu dua halaman. Jepang menjadikan animasi sebagai salah satu produk unggulan negrinya dan pemasukan devisa yang besar. Pantas saja anime Jepang benar-benar digarap serius. Studio animasi Jepang tak terhitung banyaknya : Wit Studio, MAPPA, Pony Canyon, Ghibli, dll.

Anime Jepang digarap sangat apik dan seringkali merupakan adaptasi dari manga atau komiknya. Attack on Titan, Death Note, Bloody Monday, Fullmetal Alchemist dan masih banyak lagi. Seringkali terjadi produk seni parallel : manga – anime – movie/ live action – teater. Black Butler misalnya. Konsep teatrikalnya juga sangat mengesankan, sebagaimana manga – anime – movienya.

AOT arah jarum jam ( 1, 2, 3 )

Untuk anime, bisa dikatakan belum ada yang mengalahkan Jepang. Walau negara-negara lain seperti Korea dan China sudah mulai menembus pasar dunia dengan animasi dan komiknya.

4. Manga (Jepang) atau Manhwa  (Korea)

Korea :

Komik Korea baik yang versi cetak atau online (webtoon) tak diragukan lagi dikenal luas di kalangan masyarakat dunia. Yang laris manis di pasar, biasanya dibuatkan drama serial atau movienya. Cheese in the Trap, Lookism, Itaewon Class, Stranger from Hell adalah beberapa webtoon terkenal Korea yang sudah diadaptasi ke dalam bentuk film serial.

Penggambaran komik Korea dan Jepang terasa sekali penggambaran tokoh-tokohnya. Sama seperti film, drama dan sejenisnya; Korea Jepang seperti dunia realita vs dunia imajinasi. Produk visualnya pun begitu.

Jepang :

Komik Jepang sangat terkenal di negerinya. Umumnya, para mangaka  atau komikus, berjuang untuk menembus majalah komik seperti Shonen Jump Weekly. Di Indonesia, anak-anak sangat mengenal komik Jepang seperti Conan, Naruto, Black Butler, Attack on Titan, Death Note dst.

Black Butler, Death Note

Perlu diketahui orangtua, komik tidak selalu diperuntukkan bagi anak-anak. Banyak komik-komik Korea dan Jepang yang peruntukkannya bagi orang dewasa sehingga adegan cintanya pun boleh jadi tidak lazim ditemui di Indonesia.

Produk visual Jepang sangat detil bahkan untuk unsur ornament, renda, dsb. Lihatlah Black Butler, bagaimana Yana Toboso menggambar detil pakaian bangsawan Eropa padahal itu cuma komik lho…

Anima & manga Jepang juga sangat dikenal karena building a new world : dunia yang sama sekali belum pernah ada! Dunia Naruto, dunia Attack on Titan, adalah dunia baru yang membuat kita terinpirasi oleh sistem persenjataannya, sistem militer, politik, teknik berterung dll.

5. Idol dan artis

Korea :

Artis Korea terutama idolnya, justru dibuat sedekat mungkin dengan fans. Sampai-sampai ada istilah fanservice. Kita bisa tahu sedetil mungkin kehidupan anggota EXO atau Red Velvet. Kebiasaan di dorm, trainingnya, bapak ibunya siapa, makanan kesukaannya apa, sampai hari ini dia lagi ngapain. Hal sedetil-detilnya bisa diketahui lengkap dengan googling dan buka youtube.

Begitu dekatnya fans dengan idol, sampai-sampai fans seringkali turut campur terlalu dalam ke kehidupan si artis. Masih ingat Chen Exo yang dihujat habis-habisan gegara ia menikah, kan? Nah, kalau Korea , idol sudah menjadi milik masyarakat sehingga sampai kehidupan kamar dan masa lalunya jadi konsumsi publik.

Jepang :

Artis Jepang sangat menjaga privasi. Boro-boro tahu kehidupan pribadinya. Kadang, seumur-umur yang muncul adalah nama samaran. Bahkan, gak mudah mendapatkan info pribadi di internet. Saya pingin tahu siapa Yana Toboso, mangaka Black Butler aja, susah setengah mati. Googling gak dapat-dapat. Saya suka lagu-lagunya KOKIA, karena dia sering menyanyi dengan tema binatang : beruang, paus, singa, zebra dsb (sweet songs!) tapi gak begitu banyak yang didapat.

Artis Jepang sangat tertutup.

Maka ketika Haruma Miura, pemeran utama Attack on Titan meninggal, kita bertanya-tanya : kok bisa? Tak seorang pun tahu informasi kehidupannya. Beda dengan kematian Sully anggota f(x) yang mati bunuh diri, kita bisa tahu penyebabnya yang berasal dari komentar-komentar jahat.

Haruma Miura , Sully

Nah, itulah sekilas beda budaya Korea Jepang yang akan saya simak insyaallah Sabtu, 10 Oktober 2020 bersama Sinar Cendekia Boarding School, Telaga Sindur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *