Putri Koneng, Kendedes, Roro Jonggrang, Dyah Pitaloka, Gayatri, Manohara; adalah putri-putri dalam sejarah Indonesia baik yang nyata atau legenda, terkenal karena kecantikannya yang memukau. Kendedes membuat Tunggul Ametung dan Ken Arok saling membunuh. Dyah Pitaloka konon menjadi penyebab perang Bubat yang masih misteri hingga sekarang. Manohara putra raksasa Bindireja yang mampu menaklukan hati putra Angling Dharma, Danurwenda.
Aku suka sekali menceritakan kisah putri-putri cantik kepada anak-anakku. Mungkin, karena rak-rak buku kami dipenuhi beragam jenis kisah. Dalam kisah putri-putri cantik tersebut, kuselipkan idealisme dan sedikit propaganda, mungkin. Bahwa definisi cantik sebagai tinggi, putih, mancung, pirang; adalah propaganda barat. Sementara perempuan-perempuan hitam, berhidung pesek, dengan tubuh gempal dianggap jelek. Whitney Houston, Florence Griffith Joyner, Halle Berry, Iman; adalah sosok cantik yang tetap mempertahankan kulit hitam mereka. Di dalam negeri, istri Presiden Soekarno Fatmawati dan Hartini adalah sosok yang cantik dengan kekhasan masing-masing.
Cantik Alami
Kepada putri-putriku, kuceritakan bahwa aku pernah punya teman-teman yang sangat cantik. Ini kuceritakan agar mereka tidak termakan propaganda bahwa cantik haruslah mengikuti standar tertentu. Aku punya teman di masa remaja yang bagiku sangat cantik. Kulitnya coklat, rambutnya panjang. Ia rajin sekali minum jamu dan merawat diri dengan tradisi Jawa : luluran, keramas dengan merang dan menguapi rambut dengan uap ratus wangi. Meski kulitnya coklat tua, aku masih ingat, aku senang sekali melihat rambutnya yang bagus dan wangi. Waktu itu, zaman kami , belum banyak yang pakai jilbab.
Aku punya teman-teman yang menurutku juga sangat cantik. Berhidung pesek, tapi rajin merawat muka. Meski hidung dan mulutnya kurang sedap dipandang, kulit wajahnya bersih mulus. Sehingga ia terlihat sangat menarik ketika berkerudung. Akupun punya teman-teman dengan bodi extra large yang sangat menarik. Mereka memang sangat gemuk, tapi selalu mengenakan busana serasi saat berkerudung. Mereka cerdas dan banyak pengetahuan, sehingga menjadi teman bicara yang menyenangkan. Adalagi seorang temanku yang bau badannya sangat wangi, meski wajahnya biasa saja. Ia selalu tampak mengesankan di mataku. Ketika kutanya apa rahasia badannya yang tidak mengeluarkan bau badan?
“Aku rajin luluran sepekan sekali, Sin. Luluran sendiri aja, sambil mandi gitu. Terutama di daerah lipatan. Maklum, aku berkerudung. Banyak keringat.”
Ada seorang temanku dulu, yang wajahnya sangat bersih. Aku kemudian meniru caranya. Waktu itu, di Yogya, banyak sekali penjual jamu segar buatan sendiri. Sebagai gadis kami rajin minum jamu kunir asem dan jamu brotowali yang luarbiasa pahit. Jamu-jamu ini berfungsi untuk membersihkan aliran darah hingga kulit pun jadi bersih. Sayangnya, sekarang jarang penjual jamu seperti itu. Mau buat jamu brotowali sendiri, malas rasanya.
Cantik Dempul
Cantik buatan?
Sepanjang tinggal di Seoul dan juga perjalanan pulang kampung ketika lebaran, kudapati banyak baliho dan spanduk dari artis atau politisi perempuan. Wajah mereka demikian cantik. Cantik yang berkilau-kilau. Kencang tanpa kerutan. Yang membuatku terheran-heran, kenapa pipinya demikian mengkilap warna putih? Halus bak pualam. Hidung-hidung runcing seperti itu ya? Alis tebal sulaman?
Aku berdiskusi dengan anak-anakku masalah cantik.
“Lha, teman-temanku juga pada ke Spa, Mi.”
“Ha? Temanmu? Masih SMP dan SMA?”
“Biar cantik kan, Mi.”
“Bayar berapa memangnya?” tanyaku kepo.
“Ya, ratusan ribu, lah.”
Ups. Bukan iri atau cemburu, sebab aku belum pernah ke Spa. Lagipula, sebagai seorang istri dan ibu, harus dapat membahagiakan keluarga. Utamanya suami, sebab perempuan cantik di jalan banyak. Masak yang di rumah kalah cantik? Namun kebiasaan ke Spa sejak SMP dan SMA, bagiku masih mengherankan. Aku lebih suka luluran di rumah atau maskeran sendiri. Selain berhemat, sembari maskeran masih bisa masak atau mengetik. Hehe. Namun aku maklum, beberapa temanku yang super sibuk, ke Spa untuk mempercantik diri sekaligus relaksasi. Tak apalah. Juga, aku senang melihat usaha beberapa temanku di bidang kecantikan, apalagi mengangkat produk-produk tradisional.
Namun, ngeri membayangkan demi kecantikan sampai harus operasi plastik.
Kuceritakan pada anak-anakku tentang perempuan cantik zaman dahulu.
“Cewek cantik itu, sudah ada sejak zaman dahulu,” jelasku. “Dulu, belum banyak kosmetik dan oplas seperti sekarang. Jadi, yang dipercantik dalamnya dulu. Nanti luarnya cantik juga.”
“Dalamnya gimana, Mi?” anak-anakku ingin tahu.
“Kalau orang jerawatan atau mukanya kusam, minum jamu kunir asem biar darahnya bersih. Nanti kulit wajahnya gak berjerawat. Mau lebih putih? Maskeran pakai parutan bengkoang atau rendaman beras. Badannya bau? Makan kemangi, beluntas.”
Kutunjukkan pada anak-anak foto-foto zaman dahulu, milik kakek neneknya. Banyak perempuan cantik di zaman itu, dengan rambut panjang dan hitam.
“Supaya punya rambut hitam panjang kayak gini, harus dibasuh dengan minyak klentik sebelum keramas. Lalu keramas pakai merang. Atau pakai santan.”
Sekarang? Mana sempaaaaat! Tugas kuliah banyak, tugas sekolah menumpuk, bla bla bla.
Bukan itu yang menjadi soal, sanggahku. Perempuan zaman dahulu belum mengenal oplas. Belum mengenal suntikan dan injeksi, belum mengenal implant. Mereka optimalkan tubuh mereka dan merawat sebaik-baiknya pemberian Tuhan. Pesek nggak harus dimancungkan. Bibir ndower nggak harus ditipiskan. Sebagaimana bibir tipis nggak harus diimplan silicon agar lebih berisi sensual.
Dalam penutup diskusi kukatakan begini.
“Nggak papa kulit kalian coklat, hidung kalian nggak mancung. Tapi wajah kalian bersih, tubuh bau wangi, tampilan sederhana namun sedap dipandang. Bukan cantik artifisial atau dempul. Banyak makan sayur dan buah, masker pakai buah-buahan alami. Biar kulit kalian sehat dan cantik.”
Anak-anakku terkekeh.
“Eh, Mi, ada artis luar negeri lho! Mereka nikah, setelah punya anak cerai. Soalnya anaknya jelek bangettt. Lha si aktor sama si aktris ternyata sama-sama oplas. Pas punya keturunan baru tahu, bentuk asli pasangannya. Kwkwkwk!”
Nah!
Aku mengagumi beberapa artis dalam dan luar negeri, karena kemampuan aktingnya. Karena film-film mereka membawa pesan tersendiri. Tapi begitu tahu wajah mereka operasi plastic, padahal wajah aslinya sudah demikian menarik : rasanya … Sedih, karena mereka adalah role model masyarakat, utamanya kaum remaja. Bila yang cantik dan ganteng seperti itu saja operasi plastic, apalagi para remaja yang punya pipi tembem dan hidung bundar L