Catatan Akhir Tahun 2011 (I) Cerpen Pertamaku : Penulis Tanpa Modal

Catatan Perjalanan Karyaku Kepenulisan mother's corner Oase Takudar

Bagaimana kalau seorang penulis tidak punya PC, laptop, tidak punya kertas & pulpen?
Jawabnya : bisa!
Kemarin, hari bongkar-bongkar stok lama koran yang sudah menggunung. Perlu diketahui, saya adalah pecinta kliping koran di era millennia. Meski internet sudah merajai, google tinggal pakai jari, tetap tak ada yang menandingi menyimpan koran. Alasannya sederhana, kalau klik google, kita sedang mencari apa yang memang kita butuhkan. Kalau membaca kliping koran, kita diingatkan pada peristiwa-peristiwa yang nyaris terlupa.
Ada kliping tentang bung Hatta, sampai beberapa seri. Warna kertasnya sudah menguning. Ada kliping tentang bencana di Indonesia mulai lumpur Lapindo, tsunami Aceh, juga gempa Padang. Ada kumpulan Dialog Jumat & Khazanah Republika yang sudah mengendap selama bertahun-tahun. Bahkan, beberapa bulan lalu baru saja membuang koran tahun 2000an. Ah sayang sekali….banyak berita bagus yang masih layak untuk direnungkan. Sayangnya, kapasitas rumah tak mencukupi.
Dan,
saya menemukan setumpuk kertas dalam kardus.
Isinya, masa-masa awal sebagai penulis dimana saya tidak punya modal sama sekali! Jangankan PC atau laptop. Tahun 2000an anak saya masih kecil-kecil sehingga tiap kali punya uang, nyaris yang terpikir pertama kali bagaimana beli susu, kacang hijau, mengganti baju yang tidak layak sekalipun hanya memburunya di pasar pagi. Kertas dalam bentuk buku sih ada, tapi tidak terpikir beli satu rim kertas HVS atau kertas buram. Tempat pensil nyaris tidak punya, sebab pulpen dan isinya seringkali berhamburan. Maklum, punya anak kecil
Keinginan menulis, tidak terhambat meski kita tak punya perangkat memadai.
Saya ingat sekali, saya menulis dengan kertas bekas dan pulpen yang hanya tinggal isinya. Kadang pakai pensil yang sudah tinggal seruas jari hehe….
Yang ada di foto ini ketika mau ikut lomba Annida.
Berhubung mau ikut lomba, maka saya beli kertas folio. Tulis tangan, lalu dibawa ke rental. Setelah di print, ada beberapa bagian yang salah, saya edit, dan saya bawa ke rental lagi.
Alhamdulillah, Jalinan Kasih yang Terkoyak, dengan setting masa DOM Aceh membawa saya sebagai juara II tingkat nasional LMCI Annida. Waktu itu , juara I nya tidak ada (kalau saya tidak salah ingat). Hadiah uang Rp.800.000 dan sepaket buku terbita Syaamil.
Jadi, penulis itu lebih dulu mengawali dengan niat, tekad, semangat belajar dan mencari ilmu, semangat berusaha. Apapun fasilitasnya, insyaAllah bisa jadi!
Waktu ambil hadiah di kantor Annida…wah, senangnya bisa ketemu dengan crew Annida yang rrruaaarr biasa. Salah satunya dengan mbak Rahmadianti alias mbak Dee yang kelak di kemudian hari menjadi editor buku-buku saya. Lewat dunia kepenulisan ini pertama kalinya pula berkenalan dengan teh Pipiet, mb HTR, mb Asma Nadia, mas Gol A Gong, mas Ali Muakhir, mas Boim Le Bon dll.
Di tahun 2011, ada beberapa karya yang selesai, baik terbit maupun dalam proses. Di antaranya TAKHTA AWAN, sekuel dari The Road to The Empire. EXISTERE alhamdulillah diterjemahkan di Malaysia. Ada cerpen dan artikel yang dimuat di Republika, atau di media lokal.
Apa target 2012?
Menyelesaikan Takudar III.
Menuntaskan kuliah.
Berburu referensi psikologi Islam terutama yang digagas oleh narasumber seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al Misykawaih, Ibnu Sirrin dan masih banyak lagi. Ada beberapa target buku yang masih rahasia (hee..!) tetapi selalu, doa dari saudara-saudaraku adalah senjata terhebat kaum muslimin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *