“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)

I remember my mother’s prayers and they have always followed me. They have clung to me all my life. ~Abraham Lincoln


Doa Ibu.
Ini bukan slogan yang menempel di gerobak bakso, mi ayam atau tahu tek ala Surabaya. Tetapi seorang Ibu betul-betul mampu mempengaruhi jalan hidup anak dan orang-orang di sekeliling. Anak yang ditelantarkan sang ibu akan menyumbang sejarah kelam macam Hitler, Jack the Ripper atau Marilyn Monroe. Ibu yang membimbing sang anak akan menghasilkan generasi macam Abdullah bin Zubair, Umar bin Abdul Aziz, Harun al Rasyid.
Tugas ibu di era millenium semakin penuh tantangan. Secara garis besar, ibu memiliki dua peran utama.

1. Makhluk Individu (ruh-jasad-aqal)
2. Makhluk sosial (anak, istri, ibu, teman & mas’uliyah yg lain)

• Semua dalam konteks ibadah kepada Allah SWT

Makhluk Individu
Tidak mungkin mengabaikan ibu sebagai makhluk individu. Bisa dibayangkan lapis kesabaran seorag ibu yang jarang sholat, tilawah, dzikir? Maka ibu harus punya watu di sela kesibukan bekerja untuk sholat dhuha, qilayul lain, membaca quran. Mereka yang punya kekuataan ruh tinggi berarti punya mental lebih stabil. Mental yang stabil tidak mudah goyah oleh intimidasi macam tangisan dan rengekan anak, pertikaian anak, permintaan-permintaan suami yang membutuhkan kesabaran serta setumpuk agenda perempuan lainnya.
Selain ketahanan ruhiyah, seorang ibu harus kuat fisik.
Tidak mungkin mengurus anak dan suami, mengerjakan perkerjaan lain dengan semangat klentrak klentruk akibat kurang asupan gizi. Pola makan, hidup sehat, kegembiraan diperlukan untuk mendapatkan kebugaran.
Aqal yang senantiasa terinjeksi ilmu-ilmu bermanfaat akan semakin mengokohkan figur ibu di tengah anak-anak dan keluarga. Bagaimana menjadi financial planner handal agar mampu mengelola harta suami? Bagaimana bisa menjadi teman diskusi enak bagi suami ketika membahas Vladimir Putin, pentas politik, hingga siapa Pep Guardiola, Alex Ferguson, atau Roberto Mancini? Bagaimana bisa menceritakan kepada anak-anak perihal global warming dan Indonesia 20 tahun ke depan? Tentu saja, bagaimana mengokohkan Quran dan Siroh Nabawiyah dengan bahasa yang mampu dicerna anak-anak dengan beragam level agar mereka merasakan kembali kebutuhan agama dengan kapasitas perkembangan mental dan IQ masing-masing.

Makhluk Sosial
Sebagai seorang individu, kita masih tetap menjadi anak bagi orangtua. Kita juga saudara perempuan, teman bagi sesama, anggota masyarakat. Tak mungkin mengeliminasi salah satu peran, meminimalisasi mungkin. Kedudukan manusia, dalam hal ini perempuan, bagai rantai kehidupan yang saling berkelindan satu sama lain. Kita akan menjadi istri yang baik manakala berhasil taat kepada orangtua suami. Kita akan mengambil hati suami manakala kita mampu menempatkan diri di tengah keluarga besar. Selain tanggung jawab dalam keluarga inti dan keluarga batih yang lebih besar; tak mungkin menghindari peran di tengah masyarakat.
Apa jadinya bila hanya mendekam terus di rumah, tak pernah ikut arisan PKK atau pengajian di masjid? Tetangga pasti akan senang bila kita mengambil posisi sebagai sekretaris atau bendahara sehingga beban struktural masyarakat dalam level RT, RW, masjid kompleks, dapat terbagi. Apalagi bila ternyata Allah SWT menitipkan kepada kita kesabaran, keahlian dan kecerdikan menjalani tugas seperti guru/dosen; paramedis, petugas penyuluhan, dsb. Pendek kata, perempuan semakin banyak tantangan dan harus semakin memiliki kehalian dan kekuatan ruh-fisik-aqal dalam menuntaskan problematika ummat.

Great Mother of Trenggalek
Ada kisah manis ketika 26 Desember lalu diundang ke Trenggalek.
Siapa yang pernah ke sana? Aih, kota kecil dengan pagar perbukitan, demikian nyaman dan tenang. Oleh-olehnya itu lho…kue manco dan kripik tempe yang gurih sekali. Makanan khas Trenggalek memang jenis kripik seperti kripik pisang, alen-alen.
Ada yang unik ketika LMI & Salimah meyelenggarakan semiar Thanks for Bunda. Biasanya, yang mendapat bingkisan adalah anak yatim. Tetapi kali ini….Bunda Yatim. Ahya, Bunda Yatim haruslah mendapatkan kegembiraan pula, sebab membesarkan anak yatim tidak sama dengan anak-anak dengan orangtua lengkap. Ada sebuah hadits Rasul Saw yang kuranglebih intinya demikian : bahwa di yaumil akhir, Rasul akan bersama para janda di yaumil akhir -bagai jari yang saling merapat- yang ketika ditinggalkan suaminya di masa muda masih segar dan cantik, tetapi memilih berkhidmah membesarkan anak-anaknya. Wallahu a’lam.
Ibu?
Coba simak perkataan seorang penyair berikut.

One good mother is worth a hundred schoolmasters. ~George Herbert
1 ibu yang hebat = 100 kepala sekolah!

Kalau 2011 belum berhasil menjadi Ibu Hebat, ayo semangat memperbaiki diri di 2012 untuk menjadi Ibu Hebat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *