Duhai waktu…

Catatan Perjalanan Jurnal Harian Kepenulisan

626time9gt

Rasulullah Saw pernah bersabda yang intinya, kaum muslimin sering melalaikan dua hal penting dalam hidupnya : kesehatan & waktu luang.

Bukan sekali dua kali kita menyesali mengapa tahu-tahu hari telah menunjukkan bulan sekian tanggal sekian? Mengapa hari cepat berlalu; serasa belum mengerjakan apapun tahu-tahu sudah menjelang Ashar! Duh, ngapain aja seharian?

Kadang aku sendiri lelah dikejar deadline.

Harus belajar psikologi faal, membedah anatomi otak mulai 12 pasang saraf cranial hingga fase-fase neuron bekerja. Belajar psikologi sosial, psikologi umum, psikologi kepribadian dengan memahami betul apa pendapat Schachter, Bandurra, Pavlov, Maria Montessori dst. Belajar mengkalkulasi statistik yang njelimet.

Belum lagi tugas mengedit naskah. Menolak? Impossible. Kurasa, mengedit naskah adalah salah satu sumbangsihku buat dunia kepenulisa yang telah mengasuhkan menjadi seorang penulis hingga seperti sekarang. Dulu para editor pun bekerja pusing meneliti huruf demi huruf, kalimat demi kalimat naskahku. Mengkoreksi kesalahan logika dan ending ceritaku hingga mengomentari tokoh dll.

Sekarang, aku juga harus membantu teman-temanku melewati kesulitan yang sama.

Di saat yang lain, naskahku tentang Dolly belum kelar juga.

Naskah ini memang lumayan lama karena aku kan nggak mungkin riset kesana ? Setelah The Road to The Empire dan Reinkarnasi yang merupakan masterpieceku, aku ingin cerita tentang Dolly dan para pelacurnya yang mencari hikmah dalam kegetiran hidupnya menjadi karya terbaikku selanjutnya. Novel ini sudah 200 halaman, aku ingin ia mencapai kurang lebih 500 halaman.

Kenapa sih aku mau repot-repot membuat novel sedemikian tebal?

  1. Aku mengkalkulasi jika 500 halaman x 200 kata x 10 huruf (kurang lebih )..semoga setiap ceceran keringat dan kerja kerasku menjadi pemberat timbangan di yaumil akhir kelak. Amiiin. Dari semua kerja da’wahku, tak ada yang bisa kubanggakan selain berkiprah di dunia kepenulisan. Menjadi ustadzah dengan mengisi majelis-majelis ta’lim belum kukuasai betul. Memang, ibu-ibu di rusun (rumah susun) Penjaringan & Wonorejo telah akrab denganku tetapi aku belum menjadi ustadzah yang baik bagi mereka.

  2. Suatu saat kelak mungkin aku bisa jadi psikolog handal yang mendalami psikologi klinis, pendidikan, sosial, atau anak. Tetapi waktu itu masih memakan waktu bertahun-tahun lagi. Semoga aku bisa menyelesaikan kuliah sebaik-baiknya, menjadi mujahidah terbaik ummat ini yang dapat memberikan solusi tepat bagi masalah-masalah kejiwaan.

  3. Jika ingin menciptakan satu aliran baru dalam dunia psikologi – aku ingin sekali!- tampaknya inipun tidak dapat memakan waktu sebentar. Bayangkan saja…aku perlu kembali membongkar seperti apa sih asal muasal psikologi hingga berkembang seperti sekarang/ Kemana perginya para terapis muslim?

  4. Aku juga sudah terlanjur mencintai dunia kepenulisan yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran langkah demi langkah.

  • merumuskan ide. Ideku ini bagus nggak untuk mencerahkan pembaca?

  • Mana setting cerita yang tepat? Jawa, Indonesia atau luarnegeri?

  • Darimana saja aku dapat ide ceritanya –kliping, buku, internet, wawancara, observasi dll?

  • Apa judulnya yang menggigit, menarik, mempesona, mendobrak?

  • Apa judul sub babnya?

  • Bagaimana nanti respon pembaca?

  • Sampai dimana daya tahanku menyelesaikan novel ini ? Tidak semua novel mampu kuselesaikan dengan baik! Kubah Bulan-novel ini hanya selesai 50 halaman. Aku sungguh mentok di fiksi ilmiah.

Duhai waktu…

24 rasanya tak cukup

4 anakku tumbuh besar. Inayah, SMP kelas 1 telah tumbuh menjadi gadis remaja. Ia tak suka menulis cerpen atau novel sekalipun bahan bacaannya lumayan banyak ; the Kite Runner, Rahasia Meede, Congo dll dilahapnya dalam tempo beberapa hari. Ia lebih suka menulis puisi-puisi dan betapa aku sebagai ibunya merasa dibebani rasa bersalah. Bisakah aku mendampinginya tumbuh mengasah kemampuan menjadi salah seorang sastrawan muslimah yang mampu mengasah kepekaan kaum muslimin?

Tanah merah

membasah

oleh hujan

oleh airmata

Kamboja luruh di tangan

bersamaan dengan datangnya

Malam

Ketakutan

Kecemasan

Dirasakan

Hanya tangis

Tangis

dan tangis

Hanya tangis anak kecil

yang terdengar

di antara gubuk kayu

berwarna merah basah

dan hanya desir angin malam

yang menakutkan

yang menusuk kulit

Duhai waktu…semoga kita tidak termasuk orang yang merugi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *