EXISTERE di acara World Book Day, 23 April 2011 : Peta Prostitusi dan Penyebab timbulnya PSK Jalanan & PSK elite
Silakan membaca ulasan di bawah . Lebih dari mengernyitkan dahi, semoga kita dapat merenung dan mengambil langkah-langkah tepat bagi bangsa ini.
Suatu kehormatan tersendiri ketika YPPI (Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia) meminta buku Existere dibedah pada acara World Book Day. Sekali lagi, banyak ilmu yang didapat dari acara sharing/diskusi macam ini. Bukan itu saja, semangat untuk menulis terpompa tiap kali buku kita mendapat apresiasi dan kritik.
Peta Prostitusi & Penyebab
Mbak Asiah Sugiarti, aktivis di lembaga HIV/AIDS. Ia mendampingi para PSK agar dapat mengambil pilihan-pilihan yang lebih sehat bagi hidupnya. Menurut mbak Asiah, tak satupun perempuan mau berkubang di dunia hitam selamanya. Mereka umumnya mencanangkan keluar dari pekerjaan 3, 5 atau 7 tahun ke depan. Masalahnya : bagaimana mereka akan keluar? Persiapan macam apa, keahlian seperti apa yang perlu disiapkan? Dan apa yang menyebabkan mereka tidak akan kembali lagi ke lembah hitam? Sangat, sangat kecil komunitas yang berisikan PSK insaf; pada akhirnya lebih banyak yang menghabiskan usia sebagai prostitutee karena ketika keluar dari Dolly atau tempat prostitusi lain; mereka sama sekali tak punya bekal sehingga bolak balik . Naudzubillahi mindzalik…
Yang mencengangkan adalah, ketika mbak Asiah menceritakan peta prostitusi. Hampir setiapkotadi Jawa Timur ada, baik kelas rendah atau kelas tinggi. Bahkan, mb Asiah mendampingi para PSK dikotaX , kelas rendah, yang menjajakan dirinya di sawah-sawah hanya beralaskan koran dan senter dan…..98-99% terkena penyakit kelamin seperti sifilis dan GO.
“Mbak Sinta bisa bayangkan, kenapa mereka kena penyakit kelamin? Mereka cebok pakai air sawah!”
Saya sendiri tidak habis pikir, para lelaki penikmat cinta itu apa tidak memilih menikah saja sehingga lebih sehat alat reproduksinya?
Ada beberapa penyebab gadis-gadis menjual diri :
- Faktor Ekonomi
- Faktor pendidikan. Kata pak Kartono (mantan mucikari), banyak di daerah Dolly yang hanya lulus SD, SD tidak lulus, bahkan belum bisa baca.
Ekonomi & pendidikan memang menjadi penyebab, tetapi mbak Asiah balik bertanya : bagaimana dengan anak SMA dan mahasiswi yang menjadi penjaja cinta? Benarkan faktor ekonomi & pendidikan?
Disinilah mbak Asiah menjelaskan peta berikut : prostitusi kelas atas. Mereka terjebak dalam lingkaran setan karena 2 hal :
- Faktor keluarga yang berantakan
- Konsumerisme! Ya Tuhan…..yang ini ternyata banyak!. Gadis-gadis muda yang ingin punya blackberry, ingin gaun bagus, ingin glamor dan cantik..mereka dipinjamin uang, lalu terjerat rentenir dan begitulah.
Belakangan faktor ekonomi dan pendidikan hanya ada di PSK jalanan, tapi tidak PSK gedongan. Maka kita perlu mewaspadai suatu arus di masyarakat yang seolah tidak peduli pada bahayanya keretakan keluarga : perselingkuhan, ketidak akuran suami istri, eksploitasi anak….dsb dll, menjadi santapan empuk berita yang dikonsumsi banyak mata sehingga afeksi, kognisi, konasi menjadi demikian rapuh. Cerai? Berantem? Cacimaki? Biarin aja…..!
Tidakkah kita merasa terpanggil untuk mengkampanyekan : Keluarga Harmonis, Anak-anak Bahagia, Negara Aman sentosa?
Konsumerisme menjadi setan baru yang benar-benar dipertuhankan.
Pernah menghitung tayangan iklan televisi?
Iklan mobil, ponsel, bank, gaya hidup glamour, kecantikan…seolah hidup tak akan sempurna tanpa menjadi kaya. Tak satupun iklan yang mengajak orang untuk lebih meningkatkan kapasitas diri seperti iklan Mari Berwirausaha! atau Ayo, ke Perpustakaan!; Jangan curang ah, nanti jadi Koruptor!. Dan lain-lain iklan layanan masyarakat yang dapat memberikan semangat , dorongan, untuk terus maju-maju, produktif…bukan menjadi bangsa konsumtif. Ketika orang berpikir untuk membeliiii terus tanpa produksi, sementara kemampuan tidak ada, jalan pintas jadi pilihan. Korupsi, menipu, PSK…ingat kaus kredit card? Satu media massa terkemuka sempat menuliskan bahwa gaya hidup menyebabkan orang memiliki kartu gesek tanpa melihat kemampuan.
Existere menurut Vincentius W, Pustakawan
Existere bagi pak Vincent patut menjadi koleksi perpustakaan di Indonesia. Menurutnya ada beberapa kelebihan seperti fungsi Pendidikan, Informasi, Kultural, Rekreasi. Beberapa buku memang telah mengupas Prostitusi seperti ”gang Dolly” atau ”Surabaya Undercover”, tetapi menurut pak Vincent baru Existere yang menceritakan secara detil bagaimana seseorang memasuki dunia prostitusi sejak dari rasa lapar dan keluarga miskin hingga memasuki ranah hitam tersebut.
Pak Vincent juga berpendapat, baik tokoh maupun kisahnya demikian akrab dalam dunia keseharian .
Existere bagi yang belum Menikah, menurut Echa
Echa sang moderator, terkesan dengan beberapa adegan J
”Tuhan tidak sedang melempar dadu .” (ini perkataan seorang filosof, mba Echa…)
Nasehat sang eyang putri, bahwa senjata utama perempuan adalah sabar . ”Sabar yang seperti samudera, tidak berbatas.” (mudah dicapkan, sulit dilakukan ya?) Menurut Echa, pesan ini cocok bagi mereka yang belum menikah sebagai salah satu bekalan ilmu.
Pak Sandro, tokoh nyata dalam kisahku
Andaikan Existere difilmkan, maka ingin sekali tokoh pak Sandro dimainkan oleh pelaku aslinya. Seorang mucikari insaf yang melalui hidup dengan pukulan, derita bertubi. Mendengar kisah hidup pak Sandro rasa hati ini menangis…semoga Allah SWT berkenan mengampuni, membantu beliau untuk istiqomah di jalan kebenaran dan ters berjuang mengentaskan orang-orang dari lembah kegelapan.
Kita tidak dapat menutup mata, Dolly dihuni 1200-1500 PSK. Kremil 300-400. Itu masih data yang tercatat, belum yang terselubung. Konong, yang terselubung jauh lebih banyak.
Mengentaskan dunia pelacuran butuh kesungguhan dan kerjasama dari semua pihak. Agamawan, penegak hukum, pekerja sosial, praktisi pendidikan, paramedis, psikolog, pemerintah terkait. Bukan mustahil suatu saat dunia pelacuran ditutup. Kalaupun sebagian orang beranggapan mustahil setidaknya kita harus mendukung upaya bahwa tidak perlu prostitusi dilegalkan. Bukan hanya sangat dilarang oleh agama, dilaknat Tuhan dan malaikatNya; tetapi juga sangat tidak manusiawi mempekerjakan perempuan di bawah umur, atau usia produktif, atau usia senja di pekerjaan yang sangat tidak sehat bagi kesehatan fisik dan mental.
Subhanallah… menarik sekali mba. FLP tegal jadi ingin membedahnya.. Insyaallah… Semoga Allah memberikan jalan dan kemampuan temen2 FLP Tegal ini untuk mengadakan Bedah Buku EXISTERE…^_^
InsyaAllah….saling mendoakan ya 🙂