“Ummi harus nonton!” anakku mengirim teks. “Aku udah nonton sama temanku di Yogya.”
“Yah…kalau film begitu, Ummi gak ada temannya buat ke bioskop.”
“Ummi harus ajak Abah dan adik-adik buat nonton. Bagus banget! Gimana tentang dunia maya saat ini. Gimana orangtua harus belajar.”
Aku penasaran banget. Film-film psikologis memang sengaja kutonton untuk memberikan pelajaran visual, minimal untukku pribadi seperti film Split yang dibintangi James Mac Avoy. Split hanya kuunduh dari youtube. Tapi begitu lihat trailernya, kurasa Searching adalah film yang harus kutonton sekeluarga dan aku harus mendorong orang menonton film ini juga.
Membagi Kebahagiaan di Media Sosial
Apa kita sering membagi pengalaman manis di medsos? FB, IG, twitter, dst? Ya. Makan, jalan-jalan, apalagi kalau mencapai prestasi. Pasti akan diunggah. Begitupun keluarga David Kim yang senantiasa mengunggah kisah bahagianya. Cerita dimulai ketika David Kim mengunggah foto-foto bahagianya bersama Pam, istri tercintanya yang cantik dan baik. Apalagi ketika hadir anak perempuan mereka, Margot, maka nyaris semua kehidupan Margo dibagi ke medsos. Lahirnya, ultahnya, sekolahnya sampai les-lesnya. Sejak Margot bayi lho, kisahnya sudah menghuni media social! Sah-sah saja kan?
Termasuk, ketika David Kim harus menghadapi kenyataan pahit : Pam menderita kanker lymphoma dan akhirnya meninggal.
Pembukaan kisah ini begitu sedih. Rasanya berterima kasih sekali kepada media social, seperti facebook karena menjadi alat yang dapat menyimpan semua informasi dan memori terindah ktia.
Apakah followers itu teman sejati?
Konflik mulai muncul ketika Margot tiba-tiba menghilang. David kehilangan jejak ketika tiba-tiba Margot yang mengaku kerja kelompok Biologi, tidak pulang ke rumah. Awalnya, orang-orang menyangka hanya sekedar kenakalan biasa. Yah, namanya remaja. Pingin bolos, pingin hang out ke mana, gitu. Atau diam-diam punya pacar yang nggak direstui orangtua.
Perbincanga-perbincangan David dengan Peter, adiknya, membuat kita sebagai orangtua merenung.
“Kamu sudah kontak semua teman-temannya?” tanya Peter.
“Aku sudah kontak semua temannya di facebook!”
“Coba cari teman off-linenya,” saran Peter. Maksudnya, teman yang bukan dari teman dunia maya.
“Aku nggak tahu,” jawab David jujur.
“Yah, kalau kamu saja sebagai ayahnya nggak tahu, who would?” sahut Peter.
Menampar banget.
Who would?
Kalau ayah ibunya aja nggak punya kontak teman-teman off line sang anak, lalu mau mengharap siapa?
Teman Medsos Kadang Jahatnya Minta Ampun!
Ketika David menelepon satu-satu , -bayangkan : teman facebook yang ratusan !- untuk mencari keberadaan anaknya; mulai terkuat sedikti demi sedikit misteri. Nggak ada satupun yang mengaku sebagai teman Margot. Termasuk Isaac, yang ibunya merupakan sahabat baik David dan Kim. Semua mengaku begini.
“Kami nggak terlalu dekat,” jawab teman Margot (lupa namanya) cewek negro yang cantik.
“Soalnya papa mama kami kan teman dekat kamu, Mr Kim.”
“Margot selalu makan siang sendiri.”
David yang nge-blank bertanya dengan pertanyaan ala ortu : tapi kan kalian ngajak Margot belajar kerkel? Ngajak dia jalan-jalan?
“Errrg, tapi kami bukan teman dekatnya.”
Whattt???
Kepanikan David mulai memuncak. Film ini juga mengetengahkan adegan-adegan lucu ketika David nggak tahu apa itu tumblr (dia mengetik searching : tumbler), apa itu YouCast.
Yang buat nyesek banget dan ini bukan yang terjadi di tengah-tengah kita :
Ketika Margot dikabarkan menghilang dan diperkirakan meninggal, teman-temannya mengunggah berita-berita yang jauh dari ekspetasi :
- Youtuber negro cantik ngaku bukan temannya mengatakan : “aku ini sahabat dekatnya.” Langsung menuai ribuan views.
- Aku ini menjadi relawan, kata temannya yang lain.
- Pray for margot, ayo galang dana!
- dll
Teman-teman Margo yang nggak mengaku satupun sebagai teman baiknya, tetiba ngaku-ngaku jadi teman baik dan mengunggah status mereka di medsos agar mendapat like dan view banyak berikut dapat duit!
Belum lagi, berita David mencari Margot banyak diunggah ke medsos oleh para relawan yang mencari Margot, baik berupa video atau foto. Dan captionnya, ampun. Bukannya simpati, yang nggak tahu permasalahan malah mengatakan : yah, pasti keluarganya berantakan. Semua berawal dari rumah. Bahkan muncul hashtag #dadfail. Foto David beredar sebagai foto yang cute tapi jahat. Malah ada orang yang mulai sinis, ngapain juga capek-capek jadi relawan?
Bisakah kita bayangkan perasaan orangtua seperti David?
Pantas saja kemudian David jadi hilang kendali dan memukul seorang pemuda yang diduga menghabisi Margot.
Kemana Margo?
Margo diduga jadi prostitutee. Margo diduga jualan narkoba. Margo diduga melarikan diri. Margo diduga terlibat perdagangan illegal. Semua prasangka buruk muncul.
Manisnya, ketika semua orang sudah menyerah bahkan ungkapan belasungkawa muncul, insting David sebagai seorang ayah muncul saat mengenal dari Youcast teman ngobrol Margo bernama fish_n_chip.
Lalu?
Anda sepertinya harus nonton bersama keluarga.
Apa yang menyebabkan Margo dalam bahaya , adalah karena fish_n_chip tahu semua (catat : semua) informasi tentang Margo termasuk ibunya yang sakit lymphoma. Fish_n_chip mampu menjebak Margo beradasar semua informasi sambung menyambung yang didapatnya dari medsos.
Reviewnya bagus…jadi pengen nonton dan makin penasaran dengan fish_n_chip nya.
Ayo, Mas. Mumpung masih tayang. Gak rugi waktu nonton film ini. Apalagi teknik pengambilan gambarnya beda banget dengan kebanyakan sinema yg lain!
Setuju banget sama anak Ibu yang merekomendasikan film ini. Alhamdulillah, saya sendiri sudah nonton. Dari segi perfilman, plot twistnya keren. Dan yang paling penting, film ini bisa jadi pelajaran baik bagi orangtua maupun si anak.
Betul, Kak. Twistnya bikin kaget. Tapi pembelajaran lagi. Jadi ortu jangan terlalu over protektif seperti mamanya Robert 🙁
Instinct seorang ibu ya…yang membuat kita belajar lagi. Pernah lihat ibu2 yang melabrak anak kecil karena anak tsb berantem dg anaknya.
aduh belon sempet nonton, bagus ya
Bagus bangetttt, Kakak!