FLP Banjarmasin & Banjarbaru : denyut seiiring alunan sungai Kuin hingga Barito

Catatan Perjalanan da'wahku FLP Perjalanan Menulis

      

            Rindu sekali tangan ini untuk menulis, setelah sekian pekan harus berkutat dengan makalah Psikodiagnostik dll. Rindu sekali menatap laptop yang teronggok di sudut kamar, tetapi fikiran harus terpusat pada Psikologi Faal dan teori-teori psikoanalis, behavior dan humanistic. Bahkan, ketika harus berangkat ke Banjarmasin untuk bertemu dengan pejuang pena Banjarmasin yang luarbiasa, tas penuh berisi catatan-catatan kuliah.

            Rindu ingin menyelesaikan kisah Dolly yang tinggal finishing touch.

Rindu ingin melaporkan perjalanan luarbiasa ke Kalimantan Selatan.

Rindu ingin menyapa adik2 FLP Jatim.

Rindu ingin berkirim sms dan menjawab sms tapi…tak ada senjata lain selain bersabar.

            Alhamdulillah…, UAS selesai dan kembalilah tangan ini memainkan tugasnya kembali.

FLP…..

            adakah tulisan kuno masyarakat Banjarmasin?

            Adik2 FLP tak bisa menjawab. Mereka bilang, tulisan kuno masyarakat Banjarmasin mirip Arab gundul. Konon kabarnya penduduk yang mendiami wilayah ini adalah orang-orang Jawa kuno sehingga banyak bahasa adaptasi seperti ’ulun’ yg artinya ’saya’ ternyata bahasa Jawa Kuno (wuiih.. juga baru ngerti L)

            Lalu sang ketua panitia Angga menyampaikan, bahwa ternyata salah satu ciri masyarakat prasejarah adalah tak ada sisa kebudayaan tertinggal yang bisa dipelajari seperti tulisan. Berarti manusia yang tak meninggalkan jejak tulisan adalah manusia pra sejarah…^_^

            Jadi, sudah menjadi tanggung jawab, tantangan, kewajiban kaum muslimin untuk belajar membaca dan menulis senantiasa sebagaimana para ulama dulu slalu belajar, mengajar, belajar, mengajar. Meninggalkan jejak warisan berupa tulisan-tulisan yang hingga sekarang belum semua kita telaah.

            FLP wilayah Kalimantan Selatan dipimpin oleh seorang motivator yang energik, pak Khairani, yang pada tanggal 17 Januari bersamaku di gedung  dekat Deskranasda, jalan Sudirman, tepat di seberang sungai Barito yang luas! Selain aktif di FLP, bapak satu ini kepala sekolah SDIT dan motivator yang handal. Hm, minder juga ngisi bareng beliau J

            FLP Banjarmasin sendiri diisi oleh orang-orang yang aktif bak bola bekel (analoginya selain itu apa ya?). Ada Sri Murni, ketua FLP Banjarmasin, Ni’mah, Suha Wilya, Tiya, Yuli, Puput, Ruwaidah, Isfi dan masih banyak lagi yang wajah-wajah mereka lekat di ingatan. Selain aktif di FLP, mereka juga aktif di profesi masing-masing baik lembaga zakat, guru trainer, mahasiswa dll. Mereka juga aktif menulis dan tulisan2nya terpampang di media massa setempat. Kaget juga ternyata tulisan mereka sudah banyak. Bukannya terbalik tuh, mb Sinta yang harusnya berlajar dari kalian? Solanya kalau suruh nulis artikel atau opini…duh, kok susah banget, kebanyakan diksi yang panjang-panjang.

            Jangan bayangkan Banjarmasin seperti Jakarta atau Surabaya. Sekalipun termasuk salah satu kota besar di Kalimantan Selatan, banyak kendala yang jauh lebih berat tetapi tak menyurutkan langkah da’wah mereka.

            Tinggal di Banjarmasin selama 2 hari ternyata sangat kurang.

            Belum puas menikmati sungai-sungai yang sangat jarang kutemui di Jawa, apalagi Surabaya. Budaya yang kaya yang tak mungkin kita temui di tempat lain : orang-orang yang begitu bersahabat dengan sungai. Kakek nenek mengayuh gesit perahu melintasi sungai Barito, berbarter dagangan, mengisi waktu hidup mereka dengan pekerjaan halal hingga akhir hayat. Perahu tak semuanya menggunakan mesin, sebagian masih di kayuh tangan. Aku heran sendiri, bagaimana tangan-tangan renta itu begitu kokoh mengayunkan dayung, melawan arus sungai.

            Dimana-mana jembatan kayu.

            Dimana-mana rumah kayu.

            Sejuk sekali melihat bangunan yang terlihat kokoh, dingin, sejuk; rumah luas yang berdiri di atas sungai dengan lantai kayu Ulin. Masjid Sultan Suriansyah pun berdinding dan berlantai kayu; di Surabaya bangunan yang memakai kayu hanyalah jembatan di kali Keputih, rumah-rumah gusuran.

            Kalau aku sedang menyelesaikan novel dengan setting Tegal yang eksotis (ingat…Tegal bukanlah identik dengan Warteg Boyz- ok..ok..okelah kalo begitu!) dan dikawinkan dengan Surabaya; FLP Banjarmasin & Banjarbaru insyaAllah bisa menuliskan keindahan sungai-sungai dengan segala kehidupannya yang unik, kehidupan tradisional yang menentramkan, berbeda dengan hiruk pikuk Surabaya.

0 thoughts on “FLP Banjarmasin & Banjarbaru : denyut seiiring alunan sungai Kuin hingga Barito

  1. Bunda,
    Terharu baca diary nya
    Jadi teringat waktu kebersamaan bersama Bunda
    Kangen pengen ketemu lagi….
    Miss you always…

    1. Salah satu perjalanan paling mengesankan adalah perjalanan mbak ke FLP Banjarmasin. Semoga kita selalu bertaut dalam perjuangan ini ya dek….;-) keep in touch, ya…

  2. mbak,kapan ke bjm….kangen banget lho sama mbak sinta!oh ya putri juga baca novel the road to the empire. isinya bagus banget. kapan ya putri bisa nulis novel sebagus itu…doa in ya mbak ya….!

  3. ka’ gimana caranya gabung dengan FLP banjarmasin, sy udah gabung dengan FLP pusat, dan ga tau gabung di bjm. mohon bantuany, , cozx sya sangat tertarik dengan kegiatan-kegiatan FLP di Banjarmasin, aku penggeeeennn iiikkkkuuuttttt , , , 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *