IBF Award

Catatan Perjalanan FLP Kepenulisan

 img_14291   sinta-2

tak dapat terlukiskan rasa hati saat mendapat kabar bahwa saya menerima IBF Award untuk kategori novel fiksi dewasa terbaik. Bahagia, haru, tak percaya. Awalnya mas Ali Muakhir sempat membocorkan kabar tersebut, begitupun mas Salman Iskandar. Saya tetap tak percaya,”…masa sih?” Ketika konfirmasi ke mbak Dee, beliau juga bilang,”…ntar aja deh, Mbak, kita nunggu kepastian dari pihak panitia IBF.”

Alhamdulillah, keputusan itu akhirnya datang juga. Bukannya berharap kemenangan, justru karena sudah tahu dapat ‘bocoran’ saya ingin kepastian. Kalau iya ya iya, kalau enggak juga enggak apa-apa. Asal jangan mengambang.

Alhamdulillah, Subhanallah, MasyaAllah, Innalillah. Berangkatlah saya ke Jakarta pada Jum’at pagi naik kereta api didampingi suami yang terpaksa ijin dari kantor demi mengantar sang istri. Sepanjang jalan, melewati sungai, sawah, laut , hutan, banyak yang dapat direkam oleh ingatan dan kamera hape. Anak-anak yang mengamati laju kereta kami dengan takjub di atas sepeda onthel yang usang, gerombolan petani yang berpanas-panas menghalau burung di sawah, mereka yang menggembalakan kambing, para petani yang hingga menjelang maghrib tetap bersabar merawat tanaman padi mereka demi kehidupan dirinya dan banyak manusia lain. Air mata menetes. Mereka tak merasakan enaknya naik kereta api Argo Bromo, tak merasakan enaknya menginap di hotel Alia-Cikini, tak merasakan kenyamanan pesawat terbang.

Tapi bukan berarti diri ini –yang telah meraih kemenangan- jauh lebih baik dari mereka yang menanam kebaikan dengan setiap tetes peluh.

Ketika penghargaan ini menghampiri, teringatlah pada :

1. Pak Maman S. Mahayana, yang pastinya lelah sekali membaca kalimat demi kalimat. Mengoreksi, mengkritisi, memberikan masukan. Kok budaya masyarakatnya nggak detil? Kok ada dialog yang aneh?

2. Mbak Rahmadianti, yang selalu menanggapi jika saya butuh bantuan ini itu. Membalas sms, menerima telepon, mengurusi hotel dan tetak bengek lain hingga sebagai seorang penulis saya merasa amat sangat dihargai , dicintai, dihormati dan diperlakukan dengan respectable.

3. Mbak Imazahra, yang demikian aktif dinamis membantu promosi buku dengan terobosan-terobosan yang mencengangkan. Semangatnya membuat kita terbakar bahwa kita harus berbuat yang terbaik untuk setiap karya kita. 4. Mas Taufan, editor yang lelah membaca karya saya. Sering saya sms-in dengan beragam problem naskah. Ia pula yang mencoba menyiapkan lay out dan cover yang terbaik

5. Mbak Asma Nadia, kakak saya yang satu ini termasuk motivator yang luarbiasa. Tanpa semangat, dukungan, dorongan mbak Asma; penghargaannya atas naskah-naskah saya mustahil Sinta bisa sampai di titik ini.

6. Mbak Helvy, legenda FLP. Sesibuk apapun, bunda kita ini mencoba membalas sms. Sekalipun ketokohan beliau tak diragukan. Mau diajak main ke rumah di Wnorungkut Utara, makan mie rebus seadanya. Memberikan nasehat yang mebuat kita merenung dan menyala,”…..Sinta, ayo, tulislah yang terbaik!”

7. Crew LPPH : mas Ratno, Azzura Dayana, mbak Nita, Mbak Aisyah. Merekalah yang mengurusi kelengkapan seorang penulis. Tahu sendiri kan, penulis tidak hanya masalah naskah dan cover?

8. Para distributor MMU yang mendukung acara saya di setiap event. Tanpa orang-orang seperti mas Fauzi, mas Musa, mas Yusuf, mustahil buku saya ada di toko-toko, sampai ke tangan pembaca, royalti masuk ke rekening.

9. Teman-teman FLP yang membantu jika mbak Sinta punya acara. Orang-orang di belakang layar yang membantu dengan dukungan moril, materil, doa. Anak-anak FLP Jatim, Cabang : Surabaya, Malang, Blitar, Jombang, Jember, dsb. Saat saya diwawancarai Citra FM Malang; Faris dan Yunus, juga Ismi menemani. Saat saya diwawancarai Giga FM, Ismi menemani. Saat saya ke Jakarta, anak-anak saya titipkan pada si kembar Vina-Vita; juga mbak Tuti di rumah. Saat saya minta doa, teman-teman FLP meng-amini. Sari, Lukman, Lutfi (Jombang & Surabaya), Asril, dsb….ustadz Fathoni, mas Beh, mas Haikal…mereka yang menghidupkan FLP cabang dan melaporkan perkembangan sehingga saya selalu diingatkan. ”Bunda Sinta….inilah dakwah pena kita yang sesungguhnya. Jangan terlena dengan royalti & penghargaan!”

10. Mas Ali Muakhir, mas Salman Iskandar, Mas Benny, mas Doel. Motivator penulis yang amazing.

11. Kang Irfan, ketua suku FLP yang selalu membesarkan hati kita semua untuk terus berjuang. Semoga beliau dapat terus amanah & istiqomah.

12. Juga suami saya ,tentu saja, yang selalu mengutip nasehat Abu Hanifah, Imam Ahmad, Hasan Al Banna dst. Ketika saya lelah, jenuh, tertekan, maka ia berujar,”….cobalah obati dengan baca Qur’an.” Anak-anak saya yang luarbiasa, bukan karena mereka super jenius atau indigo. Justru karena kesederhanaan berpikir dan berbahasa,”…..Ummi nulis buat apa sih?”

13. Seluruh wajah adik-adik FLP yang bergairah di dunia kepenulisan

14. Sms-sms yang masuk mengabarkan ,”mbak, aku dah nulis. Mbak tolong bantuain edit. ”dll Jika demikian, sesungguhkan buat siapakah piala IBF Award ini tertuju? Terlalu selfish jika hanya berpikir piala ini hanya untuk Sinta Yudisia dan The Road to The Empire. Terlalu pongah ketika saya berpikir,”…. akhirnya! Akhirnya aku bisa mengalahkan si A dan si B.”

• Jika ada kebanggaan di sini, marilah kita semua berbangga karena bisa menghidupkan syiar Islam. Lihatlah, da’wah Islam semakin berkilau dan berjaya.

• Jika ada piala di sini marilah kita jadikan perenungan tiap kali menulis, ”saya tak lagi boleh menulis sesuatu yang asal jadi, sekedar bisa dijual. Toh kalau royalti kecil, minimal dapat DP 1 juta atau jual flat putus 2-3 juta.”

• Jika ada piagam disini, marilah…saling mengingatkan bahwa kesombongan, ujub, merasa diri paling baik adalah saat kita justru terseret dalam kehancuran yang paling dalam

• Jika ada uang sebagai penghargaan, marilah kita renungkan beberapa ucapan berikut :

 Pak Nazaruddin Umar ,” profesi penulis belum bisa dijadikan sandaran di Indonesia. Tapi saya salut, anak-anak muda kita terjun di dunia kepenulisan karena syiar Islam.”

 Mbak Imazahra,”….menulislah yang bagus, Mbak. Nggak usah takut tidak akan dihargai. Begitu tulisan mbak bagus, penghargaan pasti datang berikut materi.”

 Maka mulailah segala sesuatu dengan niat da’wah. Sakit. Perih. Sulit. Ketika teman-teman menikmati royalti besar, kita gigit jari karena tulisan kita belum jadi-jadi akibat riset dan timbunan pekerjaan dakwah yang lain. Ketika si X bukunya sudah sekian, kita belum jadi-jadi karena ingin maksimal menulis dengan gaya terbaik yang kita miliki.

 Saat menulis Takudar & The Road to The Empire saya yakin, saya tahu, Allah tak buta. Ia tahu apa yang ada dalam bisikan hati kita. Ia tahu apa yang kita niatkan. Mahasuci Allah, tak pernah menyia-nyiakan tiap usaha hambaNya, tak lupa jerih payah hambaNya. Jangan khawatir. Keletihan kita pasti terbayar.

dengan segala kerendahan hati, Jazakumullah atas doa dan dukungan rekan-rekan semua. Adik-adik FLP tercinta, saudara-saudara da’wahku yang mengerti. Semoga penghargaan ini menjadi penyemangat bagi kita semua, secercah harapan bahwa tak ada yang sia-sia jika kita berusaha dan berkorban dengan yang terbaik. Jangan lupa doakan semoga novel-novel saya barakah, best seller, bermanfaat untuk ummat. Doakan pula kami sekeluarga dalam meniti jalan dakwah ini.

0 thoughts on “IBF Award

  1. Aww, Mbak Sinta, saya zulfairy dari Departemen Buku Anak Balai Pustaka. Hendak mengabarkan mengenai naskah mbak yg berjudul ‘Hantu Kubah Hijau’. Insya Allah akan kita terbitkan dalam waktu dekat, tetapi ada beberapa hal yang hendak kukonsultasikan via email nih. Boleh tahu email mbak Sinta? Trims. -Z-

  2. Mbak Sinta. Saya baca catatan perjalanan Anda. Terus terang saya sangat malu pada diri sendiri. Anda begitu sangat rendah hati, ikhlas. Semoga kerendahhatian Anda dapat memancar pada saya, pada teman-teman penulis lainnya. Dalam perkara rendah hati, saya ikhlas jadi murid Anda. Terima kasih. Anda telah “mengajari” saya untuk tidak ujub, sombong, dan itu tadi, tetap rendah hati.
    Selamat ya. Salam kenal untuk suami dan buah hati; putra (putri)-nya.
    MSM

  3. selamat ya mbak.mudah- mudahan masih menyusul karya- karya mba sinta yang lain yang tentunya lebih baik lagi baik mutu maupun sale nya.doakan agar aku segera membaca kisah takudar ini.

    1. wa’alaikumsalam. Kita saling berbagi ilmu dan saling mendoakan ya dek…semoga bisa sama-sama istiqomah. Doakan novel ini barakah & best seller ya…

  4. mbak sinta barakallah untuk kemenangannya. dulu sering baca tulisan mbak sinta:)
    sepertinya agenda pulang nanti, mesti beli buku inii:)

    salam kenal mbak,
    fety

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *