Suatu ketika, grup yang berisi orangtua murid SD kelas V ditutup. Putra putri kami sudah lulus dan masuk SMP.
Ketika satu persatu dikeluarkan, ada rasa sedih tak terjabarkan.
Ah…biasanya ada yang share tentang nasehat.
Share foto foto yang mengundang tawa atau haru.
Share kegiatan.

Left whatsapp ? Why?

Padahal, masih ada puluhan grup yang harus saya ikuti! Kehilangan satu toh tak masalah. Tapi, ada grup yang ketika dibubarkan rasanya sedih sekali 
Ada grup yang kita ingin Left group. Ada yang kita ingin bersama selalu. Ternyata benar kata Rasulullah Saw yang intinya : ruh manusia ibarat sepasukan burung membentuk formasi.

Pernah lihat burung terbang membentuk huruf V raksasa di angkasa ketika senja? Mungkin seperti itu gambarannya.
Kita sedih berpisah dengan orang-orang yang dekat di hati, meski tak kenal wajah, lupa nama. Namun disatukan dalam grup media sosial dan merasakan ruh yang sama.
Kita mungkin terikat dengan grup alumni, angkatan, teman seprofesi dll yang seolah memiliki latar belakang sama namun ternyata hati-hati kita tidak terikat. Mungkin saja kita merasa ada grup yang terlalu vulgar ketika membahas sesuatu, ada yang ketika beberapa individu melontarkan pernyataan kontroversial maka yang lainnya ikut emosi, atau ada pula yang merasa keterlibatannya di grup tidak mendapatkan manfaat.

Alone without whatsapp
Alone without whatsapp

Hm, bila hati tak terikat padahal seharusnya hati-hati para sahabat saling menyatu, tidakkah doa Rabithah dibutuhkan?

0 thoughts on “Left Group : Bertahan atau Keluar?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *