Pernah dengan efek placebo?
Placebo effect adalah fenomena ketika orang merasakan manfaat setelah mengkonsumsi sesuatu yang sebetulnya hanya merupakan zat inactive saja. Misal ada 90 orang yang sedang diteliti menggunakan obat A sebagai obat flu. 30 orang diberi obat A, 30 orang tidak diberi obat apapun, dan 30 orang lagi diberikan kapsul kosong hanya berisi air tetapi diberitahukan bahwan kapsul tersebut berisi obat A.
Hasilnya?
Orang yang mengkonsumsi obat A sembuh dari flu, orang yang tidak mium obat A tetap sakit. Dan orang yang pura-pura diberi obat A ternyata juga sembuh dari flu! Orang yang pura-pura diberi obat A dan menyatakan diri sembuh, inilah yang disebut efek placebo.
Kita sebetulnya bisa memanfaatkan kasus placebo ini untuk diri sendiri dan keluarga.
Obat Flu Berat
Saya sering flu berat. Mungkin karena begadang malam saat harus menyelesaikan tulisan. Biasanya, yang bisa menyamankan tubuh adalah segelas teh hangat manis dengan irisan lemon.
“Lho, yang manjur ya air jeruk lemon hangat ,” tegur ibu. Beliau seringkali mengkonsumsi kunyit dan lemon sehari-hari.
“Nggak kok,” saya bersikeras. “Teh lemon menyembuhkan juga.”
Dan, teh lemon itu masih ada syaratnya : dibuatkan oleh suami atau anak-anak.
Apakah teh lemon itu yang menyembuhkan? Atau saat sakit saya pingin lebih egois dan manja dan cari-cari perhatian? Ataukah sebetulnya teh lemon itu diganti segelas kopi pans atau susu panas, tetap menyembuhkan; asal yang membuatkan suami dan anak-anak?
Entahlah.
Yang pasti rumus kesembuhan saya adalah minuman panas + dibuatkan orang kesayangan.
Apakah rumus ini berlaku buat anda? Belum tentu. Anda harus cari efek placebo sendiri.
Obat Sakit Perut
Penyakit saya yang lain adalah sakit perut. Kembung karena masuk angin hingga sering diare.
“Lha kamu itu sakit perut kok malah makan rujak, sih?” tegur ibu saya keras.
“Ini bukan bakteri kok, Ma,” jawab saya sok tahu. “Ini masuk angin.”
“Wis karepmu!” kata ibu saya , menyerah. Terserah elo deh!
Kalau masuk angin parah gegara begadang, penyakit yang timbul adalah diare. Kembung parah. Sampai agak muntir-muntir. Kalau sudah begini bisa dipastikan sulit tidur dan nggak doyan makan apapun. Padahal bisa tidur dan bisa makan adalah salah satu kunci kesembuhan. Akhirnya, saya berpikir keras, makanan apa yang merangsang nafsu makan supaya saya doyan makan dan segera sembuh.
Mie instan + telur + cabe, rujak pedas, sambel terasi; kadang malah jadi pintu kesembuhan. Syaratnya yaitu tadi, harus yakin bukan karena penyakit akibat bakteri hehehe.
Secara teori orang sakit perut harus menjaga makanan. Tapi kadang, kalau sudah mulut pahit dan gak doyan makan, saya yakin bahwa makanan ‘unik’ yang saya pilih justru membantu sembuh.
Placebo & Covid 19
Tanpa perlu memandang remeh pada Covid 19; sebagian kita terbagi dalam beberapa kubu. Sangat ketakutan, atau sangat meremehkan. Seharusnya kita berada di tengah-tengah. Tetap waspada, menjaga diri seperti yang disarankan pakar kesehatan, tidak cemas berlebih sehingga menjadi anxiety.
Katakanlah, kita memang sudah membawa virus Covid 19 dalam tubuh kita. Apa yang terjadi ketika kemudian panik setengah mati, merasa sebentar lagi mati, rasa kering di tenggorokan akibat cuaca panas sudah seperti sesak nafas hebat sehingga merasa perlu segera ke RS?
Pandangan “sebentar lagi mati” itu sangat bagus dalam konsep agama. Tapi bukan dihadapi dengan meratap, heboh dan panik. Justru sebaliknya : memperbanyak ibadah, membuat wasiat, memberikan nasehat penting kepada keluarga sekitar, jika masih ada harta disimpan utk ahli waris dan sebagian dibagikan. Bayangkan andai “sebentar lagi mati” justru dihadapi dengan panic buying lantaran takut mati kelaparan.
Bayangkan placebo effect ini ketika ternyata kita memang terjangkit Covid 19.
- Meminum kunyit dan meyakininya bahwa kunyit anti inflamasi dan mampu menaikkan daya tahan tubuh. Tak peduli ada jurnal yang (memang benar) menyatakan kunyit tak ampuh.
- Meminum lemon dan meyakininya memiliki banyak vitamin C, meski ada yang meyatakan vitamin C tak banyak memberikan pengaruh.
- Banyak minum air putih, yakin bisa sembuh, meski ada yang menyakininya tak ada hubungan air putih dengan kekebalan tubuh.
- Banyak berdiam di rumah dan meyakininya bahwa ini ampuh untuk memutus mata rantai Covid 19, meski berita berkata semua orang di kota besar adalah OTG.
- Banyak minum air kacang hijau yang banyak mengandung vitamin E dan meyakininya bagus untuk melawan Covid 19 meski jurnal yang menyatakan itu masih sedikit.
Manusia selau butuh obat dan merasa nyaman ketika mengkonsumsi obat yang diyakininya mujarab. Ada orang yang merasa harus beli obat paten, meski isinya mirip dengan generic. Ada orang yang merasa harus minum obat tertentu, meski kunci sebenarnya harus istirahat dan makan bernutrisi.Ada orang-orang yang merasa sakit ketika belum bertemu dokter, dan harus ketemu dokter, dan langsung sembuh ketika dokter bilang, “Anda gakpapa, kok, !”
Meski sekian banyak membaca sumber berita dan tidak ada satupun tanda-tanda sakit yang diderita; rasa-rasanya tubuh tetap sakit dan penyakit “jangan-jangan” timbul tenggelam di benak. Jangan-jangan sudah terjangkit. Jangan-jangan sudah parah. Jangan-jangan sudah positif. Bahkan ketika tubuh tidak tumbang karena Covid 19, orang bisa mati karena rasa cemas dan takutnya yang berlebih.
Manusia butuh obat ketika ia (merasa) sakit.
Kalau kita merasa terus-terusan sakit, obat semahal apapun tidak menyembuhkan. Sebaliknya, bila yakin bahwa obat murah pun bisa menyembuhkan, tubuh segera pulih.Tentu, ini tanpa mengabaikan saran dan kepakaran ahli medis, ya!