“Banyak hal baru di buku ini. Detail mengupas masalah keluarga dari pernik-perniknya, cocok buat yang mau menikah atau sudah menikah. Yang kita awam masalah seksologi dan trauma-trauma, mbak Sinta bisa mengupas dengan netral, yang kadang dikalangan kita tidak terpikir,” Agustina, Jakarta
Mengapa menulis Psikologi Pengantin?
Masalah pernikahan yang dihadapi pasangan muda atau pun pasangan matang, berkembang dari waktu ke waktu. Perselingkuhan, relasi dengan anak dan orangtua (juga dengan pasangan), money management, pilihan karier dan masih banyak lagi. Hal yang tabu untuk dibicarakan –hubungan intim- ternyata sangat sensitive untuk segera dibahas sejak awal pernikahan agar masing-masing mendapatkan jalan keluar.
Terpanggil menulis panduan yang ringan namun memberikan informasi lebih, Psikologi Pengantin disusun.
Hal utama yang ingiin disampaikan adalah, agar setiap permasalahan pernikahan diselesaikan dengan cara bijak, ilmiah, dengan langkah-langkah bertahap yang terprogram. Bukan sekedar berlandaskan kata orang atau semata-mata keputusan emosional belaka.
Masalah seksual misalnya.
Kepada siapa kita bertanya bila ada hambatan dengan pasangan?
Ah, bukankah masalah ranjang memalukan untuk dibahas? Seolah yang mengadukan maniak dan tidak mau menerima apa adanya. Hal ini tentu saja sangat salah. Hubungan seksual adalah ibadah dalam Islam. Setiap ibadah seperti sholat, zakat, puasa, haji , ada aturannya. Ada rambu-rambunya, selain hikmah yang didapatkan. Sholat perintah Allah Swt, hikmahnya berupa kesehatan fisik dan mental. Hubungan seksual adalah perintah dari Allah Swt yang sampai termaktub dalam Quran. Hikmahnya menimbulkan kestabilan emosi. Bila orang mengabaikan sholat , apakah jadinya? Sebagaimana orang menjadikan seksual sebagai permainan belaka, apakah dampaknya?
Ada beberapa hal yang bagi saya menarik untuk dituliskan.
Psikologi Pengantin membahas prewedding dan post wedding. Di antaranya pre dan post, terdapat sub bab khusus membahas seksologi. Dalam prewedding, bahasan karierku dan kariermu salah satu yang saya pribadi sukai. Teman-teman yang saya temui sepanjang lawatan di dalam negeri dan luar negeri memberikan banyak pengalaman baru terkait karier masing-masing . Begitupun me-time, yang tercantum dalam post wedding. Mengapa me-time penting bagi masing-masing pasangan? Mengapa suami tetap butuh waktu untuk berkumpul dengan teman-temannya , begitupun istri perlu waktu untuk mengembangkan diri dan menyalurkan hobby?
Lalu, apa pula isi seksologi? (bersambung)
Menarik sekali Bunda Sinta 🙂
Hehe iya Bunda…
assalamualaikum. ibu saya ingin membeli buku psikologi pengantin tsb, dan sudah menghubungi mba vidia dan blm ada tanggapan bu. kira2 ada kontak yg lain yg bisa dihubungi kah bu? terimakasih bu
Wa’alaykumsalamwrwb.
Terimakasih sudah mengapresiasi karya saya, Lia.
Kata Vidia sudah mengontak balik Lia ya?
Semoga Lia bersabar sebab stok Psikologi Pengantin di gudang Indiva habis. Doakan reprint nya bisa segera selesai ya 🙂
Menarik bukunya mbak Sinta, bukunya udah nyampe di Gramedia ga mbak?
Atau harus pesen langsung ke mbak Vidianya?
*cetakan yang barunya udah kelar mbak?
Assalamu’alaykum wr wb Bundaa,, saya sedang sangat butuh buku ini menjelang pernikahan. Tapi belum ada respon dalam pemesannya 🙁