Suatu malam, sms masuk ke hapeku :
Info Valid Palestina dari Mer-C :
Saat ini kapal ”Mavi Marmara” yang ditumpangi tim Mer-C pukul 23.30 waktu Turki telah berlayar menuju Gaza bersama 8 kapal lainnya dengan 800 penumpang dari 50 negara. Waktu tempuh ke Gaza diperkirakan 15-20 jam. Angkatan laut Israel telah bersiap menghadang untuk menembak kapal2 bantuan kemanusiaan utk Palestina ini & memenjarakan para penumpang. Mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia smoga mereka selamat sampai tujuan. Tolong sebarkan!
(www.mer-c.org # sms dari Dr..Yose Rizal) mohon forward ke rekan2 yg lain semoga saudara2 kita disana diberi kemudahan untuk mleintasi hadangan pasukan Israel.
Mendapat sms ini, hati siapa tak gemetar?
Siapa punya cukup keberanian untuk berangkat kesana, dengan misi kemanusiaan, walau terdengar mustahil karena kita ibarat melawan raksasa zaman ini? Tapi orang-orang ini tetap berangkat dengan segala kemustahilan, kemusykilan, ketakberdayaan, bersandar pada satu kekutan : bahwa kebenaran dan keadilan harus ditegakkan di atas muka bumi.
Kuforward ke teman2. MasyaAllah! pulsaku habis. Sudah malam, aku tak bisa beli. Maka baru tadi pagi kuforward ke teman2 yang sekalipun sangat terlambat, kuharap, daya gentarnya memacu kita untuk senantiasa memanjatkan doa dan menguatkan tekad, masih ada saudara2 kita yang punya keberanian luarbiasa berjihad dengan cara yang mereka mampu lakukan.
Sungguh, secara teori, jika seluruh kaum muslimin di atas dunia ini bersatu, meng embargo Israel dan antek2nya, menembakkan senjata apapun yang kita punya dari arah Arab, Iran, Mesir, Turki, Indonesia, Malaysia dsb, mustahil Israel tak rata dengan tanah. Tapi begitulah teori, sementara kaum muslimin di belahan dunia lain masih disibukkan dengan kecintaan pada dunia. Maka, apa yang ada pada kita sekarang, apapun itu, tak boleh menjadi penghambat untuk mendukung Palestina. Kita mungkin tak punya senjata, tak punya uang, kedudukan, jabatan, apapun yang dinisbatkan pada kekuatan. Kita masih punya air, sajadah dan tempat sholat. Kita masih bisa melantunkan al fatihah.
Janganlah kemudian segala keterbatasan ini menjadikan kita menganggap : mustahil dan percuma saja membantu Palestina! Mustahil dan percuma saja mengirimkan bantuan kesana.
Segala yang kita upayakan tak akan sia-sia.
Kata siapa perjuangan itu butuh waktu pendek, satu generasi, dengan satu macam pola perjuangan saja? Perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan ditempuh dengan ribuan cara : belajar, bekerja, berdiplomasi, berperang, berdagang, bernegosiasi dan seterusnya. Yang lain harus tetap berjalan sesuai sunatullah seperti menikah dan memiliki anak, agar regenerasi terus berjalan.
Banyak pejuang belum berhasil meraih apa yang mereka upayakan, tapi tongkat estafet mereka serahkan pada golongan dan generasi sesudahnya.
Bantulah Palestina dengan apa yang kita punya.
Doa. Sholat malam. Uang. Jangan lupa, wariskan kepada anak-anak kita satu cita-cita: jika Abi-Ummi, Ayah Bunda, Papa Mama, Bapak Ibu, suatu saat nanti tua dan tak sanggup lagi berjalan, kalianlah yang bertugas untuk membela Palestina hingga ia kembali ke pangkuan kaum muslimin.
Jujur, mungkin kita penakut dan pengecut untuk berjihad ke sana, tetapi kita masih punya sisa kebaikan untuk mewariskan keberanian pada anak-anak kita : ayo nak, jadi orang pandai biar bisa membuat pesawat yang dapat menghancurkan kantong-kantong kekuatan Israel.
Assalamu alaikum
mohon ijin buat copas di blog saya
Silakan, mas taufik 🙂