Parasite (기생충) pemenang festival Cannes 2019 : Berhati-hatilah Ketika Bicara

 

“Syukurlah, semalam hujan turun.”

Anda pernah mengucapkan ini?

Bukankah itu ucapan yang wajar?

Itulah yang dikatakan Mrs. Park yang cantik dan kayaraya lewat telepon ketika tengah ngobrol bersama temannya. Tetapi, ucapan itulah yang mengubah raut wajah tuan Kim, sopirnya yang baru saja selesai membantu Mrs. Park berbelanja dalam jumlah besar untuk pesta ultah si bungsu, Dasong.

Hujan bagi tuan dan nyonya Park adalah tidur di sofa empuk sembari berpelukan, sembari mengamati si kecil Dasong tidur di tenda yang berada di pekarangan luas nan indah, dari ruang tengah keluarga mereka yang cantik dan nyaman lewat sebuah jendela kaca besar pembatas dinding.

“Tendanya beli di Amerika,” begitu kata nyonya Kim.

Hujan semalam, bagi keluarga sopir Kim, adalah sebuah bencana besar. Hujan dan banjir ini digambarkan demikian  mencengangkan, memilukan, dan tentu saja –merepotkan.

“Hujan membuat air limbah menguap!!” jerit tetangga.

Hujan  membuat rumah petak tuan Kim, yang lebih rendah dari jalan raya, cepat menyapu barang-barang. Di Korea, flat paling bawah yang biasanya hanya mendapatkan sedikit sinar matahari dan seolah berada di bawah tanah, adalah flat berharga paling murah. Hujan membuat tuan Kim meneriaki putranya Ki Woo agar segera menutup jendela kecil rumah mereka agar rumah tidak tenggelam. Hujan membuat Ki Jung, putri tuan Kim harus menekan kuat-kuat tutup kloset, agar kotoran dalam kloset  tidak muncrat kemana-mana. Maklum, banjir akan membuat kloset meluap. Percayalah, melihat Ki Jung/ Jessica berjuang menutup kloset yang terus memuncratkan kotoran hitam keluar tiap kali riak gelombang banjir datang, perasaan kita campur baur antara jijik dan iba.

Situasi banjir di lingkungan kumuh ini demikian mencekam.

Hujan malam itu, membuat seluruh penghuni perkampungan kumuh terpaksa mengungsi.

Mereka tinggal di stadion. Berebut baju bekas dari sumbangan warga sekitar. Di saat yang sama, nyonya Kim tengah memilih-milih baju apa yang akan dikenakan di pestanya, dari ruang khusus miliknya yang menyimpang ratusan baju di almari-almari.

Bagi orang kaya, hujan adalah situasi yang demikian romantic. Bagi orang yang tak punya rumah, itu adalah bencana.

parasite - cannes.jpeg
Parasite, pemenang festival Cannes 2019

Kelebihan Parasite (기생충 : Gisaengchung)

Film ini disutradarai Bong Joon Ho dan ditulis juga olehnya. Sebagaimana film Korea pada umumnya yang gado-gado; film ini begitu kocak, konyol, horror, menyentuh dan juga, lumayan sadis di adegan pembunuhan. Adegan demi adegan kita diajak untuk semakin larut dalam kekonyolan, yang semakin lama semakin mencekam akan rahasia tersembunyi di tengah rumah megah tuan Park.

Korea mendapatkan Palme d’Or untuk tahun ini dan memang, Parasite pantas mendapatkannya. Ada beberapa pesan penting yang disampaikan secara mendalam oleh Bong Joo Ho.

 

  1. Kebohongan akan terus ditutupi oleh kebohongan lain.

Berbohong itu sangat addictive. Buat kecanduan. Awalnya bohong, menipu, memfitnah lalu bertambah serakah. Itulah yang dilakukan keluarga Kim. Kita akan bersimpati pada kehidupan mereka yang sangat miskin, tapi juga miris.

Awalnya Ki Woo/ Kevin berbohong. Lalu ia ingin semakin menipu keluarga Park. Maka ia berbohong demi saudarinya Ki Jung/ Jessica agar bisa diterima sebagai guru privat seni di tengah keluarga Park. Jessica lalu memfitnah supir keluarga itu agar bisa memasukkan ayahnya, tuan Kim sebagai supir. Tuan Kim, Kevin, Jessica akhirnya memfitnah housekeeper keluarga Park yang baik hati, Moon Gwang agar bisa memasukkan ibunya. 4 sekawan ini lalu bahu membahu dalam berbohong dan menipu demi mengeksploitasi keluarga Park.

 

  1. Berhati-hatilah dalam berucap

Kadang, manusia khilaf berkata-kata.

Sebagai orang kaya, tuan dan nyonya Park sebetulnya cukup baik hati. Hanya saja, mereka terbiasa memerintah dan menjadikan kepentingan pribadi mereka jauh lebih penting daripada kepentingan orang lain yang lebih rendah, termasuk pembantu dan sopir mereka.

“Syukurlah, semalam hujan.”

“Baunya tuan Kim, tukang masak dan Jessica sama,” kata Dasong.

“Orang-orang bawah tanah punya bau yang khas.”

“Tuan Kim punya bau, yang bisa menembus kursi sampai tercium dari bangku belakang,” kata tuan Kim kepada istrinya.

Banjir, bau busuk, baju jelek, kurang makan, bertahan hidup dari hari ke hari adalah keseharian manusia miskin yang tinggal di kampung kumuh. Mungkin, awalnya keluarga Kim senang menipu keluarga Park dan mereka berlagak seolah menjadi pemilik rumah megah tersebut. Lama-lama, komentar tuan dan nyonya Park yang sebetulnya biasa saja, menjadi tikaman yang luarbiasa menyakitkan.

parasite - keluarga miskin
Kemiskinan keluarga Kim yang digambarkan sangat apik, sumber Tribunnews
  1. Jangan mudah percaya pada orang lain

Kehidupan orang kelas bawah yang harus bertaham demi sesuap nasi, digambarkan sangat apik. Masyarakat marginal seringkali harus mempergunakan banyak cara agar bisa mendapatkan uang, termasuk berbohong dan menipu. Keluarga Kim digambarkan sebagai keluarga yang kompak dan tough, sebaliknya keluarga Park meski kayaraya sangat rapuh. Mengapa mereka mudah percaya pada  Kevin, Jessica, tuan Kim dan nyonya Kim? Nyonya Kim tidak bisa mengurus rumah dan memasak, sehingga ia harus punya housekeeper. Siapa yang bisa mengerjakan tugas rumah tangganya, akan ia percaya. Dahye dan Dasong punya kesulitan belajar. Nyonya Park tidak bisa mengajari putra putrinya, maka ia sangat membutuhkan guru les yang akan membantunya; itu sebabnya nyonya Park sangat tergantung pada Kevin dan Jessica. Tuan dan Nyonya Park sudah terbiasa dilayani. Hidup tanpa supir sangat tak nyaman. Maka ia sangat percaya pada tuan Kim. Melihat orang miskin mengeksploitasi orangkaya, sungguh sebuah parodi sarkasm. Biasanya orang kaya yang mengeskploitasi orang miskin, kali ini sebaliknya.

Seharusnya, kita tidak mudah percaya omongan, hasutan, fitnah yang ditujukan untuk menjatuhkan seseorang. Sepertinya bagus buat kepentingan diri kita sendiri, tetapi kenyataannya sebaliknya.

parasite - nyonya Park.jpg
Parasite – Nyonya Park yang cantik dan naif
  1. Hidup tak perlu membuat rencana.

Ini perkataan yang mak jleeeeb bangettt.

Meski saya kurang setuju dengan pendapat tuan Kim.

Saat terkena bencana bajir limbah, tuan Kim, Kevin dan Jessica harus mengungsi dengan ratusan penghuni kumuh lainnya di stadiun.

“Ayah, apa kau punya rencana?” tanya Ki Woo.

“Tidak,” kata tuan Kim.

“Kenapa? Kau bilang, kau selalu punya rencana.”

“Percayalah Nak, hidup itu tidak seharusnya direncanakan. Sebab semua akan meleset dari rencana.”

Ooowwwwh.

Kita boleh tak percaya perkataan ini.

Tapi tuan Kim mengatakan kalimat itu dalam kondisi yang demikian pedih, membuat hati permirsa tercabik. Seolah, bagi orang miskin seperti mereka; tak perlu membuat rencana apapun dalam hidup.

Sebab, seringkali hidup tak terjadwal sesuai rencana.

parasite - kompaknya keluarga kim.jpg
Kompaknya kakak beradik Kim – Parasite

 

 

 

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *