Bagi anda , Perempuan, dua hal ini sangatlah penting.
Kita tidak sedang membahas pornografi, namun melihat dari sisi kemanfaatan sebuah tubuh yang sehat berikut organ-organ pentingnya.
Payudara
Saat perempuan hamil, salah satu hal yang penting diperhatikan adalah merawat payudara. Bagaimana calon ibu membersihkan buah dada dan puting susu agar jabang bayi yang baru lahir, dapat optimal memperoleh colostrum saat pertama kali lahir dan ASI selama dua tahun penuh.
Bahagiakah menyusui?
Tentu. Betapa sempurnanya perempuan yang mampu mendekap bayi dan memberikan air susu selama dua tahun penuh. Selain bahagia, tentu ada masa-masa menegangkan bersama payudara. Setiap ibu, pasti pernah mengalami masa-masa air susu seperti mampet, bungsu, sehingga buah dada membengkak besar. Sakitnya bukan alang kepalang! Badan menggigil, demam tinggi, meriang hingga gemetar tak tertahankan. Namun menyusui, tetap harus jalan.
Atau saat payudara terluka karena si bayi menggigitnya. Rasa sakitnya…subhanallah. Setiap kali si bayi menyusui, harus berjuang untuk mengatasi rasa sakit sekaligus memenuhi kewajiban sebagai ibu.
Atau anda yang belum hamil dan melahirkan, tentu pernah merasakan menjelang haidh. Sakitnya payudara yang menegang.
Terbayangkah , bila payudara perempuan, tempat bayi menyesap air susu selama dua tahun, tiba-tiba dijangkiti sel-sel liar yang hidup dan menggerogoti kehidupan : kanker? Tentu kita tak berharap sama sekali mengidapnya, namun membayangkan seperti apa rasa sakitnya, pastilah bisa.
Survivor 1
Seorang sahabat, bu Sirikit Syah namanya. Ia salah satu perempuan tangguh yang selamat dari kanker payudara. Menurur dokter, penyebab kanker bu Sirikit akibat beliau terlalu sering terpapar polusi. Sebagai seorang dosen, kadang beliau naik mobil pribadi, kadang lebih suka angkutan umum. Saat menunggu angkutan umum di terminal Bratang, Surabaya, misalnya; polusi yang berhamburan tak terkatakan jumlahnya.
Beliau menjalani operasi, diangkat satu payudara berikut daging yang berada di sekitarnya sekitar lima senti hingga dada seperti berlubang.
Tak setiap perempuan seberuntung bu Sirikit. Masih ingat cerita yang beliau tuturkan, bahwa bu Sirikit bersiap dalam satu kunjungan ke luar negeri ketika didapati dadanya terasa sakit dan nyeri. Ketika memutuskan untuk periksa ke dokter, terkejutlah beliau bahwa kanker di payudaranya berada dalam stadium mengkhawatirkan. Dokter menyarankan penangguhan kepergian dan operasi bu Sirikit dilakukan di salah satu rumah sakit terpercaya di Surabaya.
Berhubung bu Sirikit salah satu tokoh masyarakat yang dikagumi, kalangan dokter pun sepakat memangkas biaya. Biaya rumah sakit hanya biaya operasional, sementara ongkos para dokter gratis. Itupun memakan jumlah puluhan juta rupiah! Alhamdulillah…operasi berjalan lancar.
Saat saya berkunjung ke rumah beliau, dari balik jilbab, mencuat slang seperti slang kateter yang terpasang dari bekas luka, terhubung ke botol. Botol tersebut di bawa dalam tas yang dikempit kemana-mana. Dari slang tersebut, mengalir cairan merah. Kata bu Sirikit, memang demikian perlakuan terhadap bekas luka operasi kankernya.
Bu Sirikit beruntung dikaruniai seorang lelaki, pak Khairul Anam, suami setia yang senantiasa merawatnya pra dan pasca operasi. Pak Khairul pula yang membuatkan sirup daun sirsak setiap hari, juga menyediakan lauk putih telur. Para tetangga, handai tolan, berganti-ganti mengirimkan lauk putih telur kepada bu Sirikit.
Sekarang, beliau telah sehat seperti sediakala, beraktivitas seperti biasa.
Apa yang menjadi catatan dari kisah beliau?
Jangan sepelekan sakit di daerah dada bagi perempuan, tetap optmis serta waspada terhadap pengaruh polusi yang didapat dimana-mana. Tentu, pasti dalam benak kita mencatat : hm, biaya operasi? Puluhan juta ya…belum termasuk kemoterapi.
bu Sirikit dan kanker payudara
Survivor 2
Saya mengenal kakak cantik ini dalam perjalanan ke Jepang, beberapa bulan lalu. Kami selalu sekamar, berbagi makanan dan bertukar cerita.
Tiga macam kultur sel kanker yang digunakan dalam peneltian adalah sel Hela, sel Kanker Rongga Mulut dan sel Mesenkim Sumsum Tulang. Ketiga kultur tersebut dibagi menjadi dua kelompok, dengan masing-masing 8 replikasi, yakni kelompok perlakuan yang akan dipajan dengan ECCT selama 24 jam dan kelompok kontrol. Setelah 24 jam akan dihitung jumlah sel hidup dan sel mati dengan menggunakan pewarnaan Tryphan Blue, serta diperiksa ekspresi protein Tubulin A, Cyclin B, p53, dan Ki-67.
Penelitian ini mendapatkan kelompok sel yang diberikan pajanan ECCT menunjukan jumlah kematian sel yang lebih banyak secara bermakna dibanding kelompok kontrol, terjadi baik pada sel kanker maupun sel non kanker.
Terhadap viabilitas sel, ECCT menurunkan jumlah sel kanker hidup secara bermakna. Sedangkan pada kultur sel nonkanker, yakni sel mesenkim sumsum tulang, ECCT memengaruhi jumlah sel hidupnya, namun tidak bermakna secara statistik. Dalam hal prosentase kematian, ECCT meningkatkan prosentase kematian pada ketiga jenis kultur sel.
Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa sel kanker yang dipajan dengan ECCT selama 24 jam, akan meningkatkan ekspresi Tubulin A, Cyclin b1, p53 dan Ki-67 secara bermakna dibanding kelompok kontrol.
Dokter Sahudi menyimpulkan dari penelitannya bahwa medan listrik AC bertegangan rendah dengan frekuensi menengah yang dikeluarkan oleh alat ECCT dapat mematikan sel kanker melalui mekanisme mitotic catastrophe.
Terdapat beberapa kesimpulan penting dan temuan baru pada penelitian ini yang perlu dicatat oleh publik dan masyarakat saintis.
Tiga temuan baru dari penelitian ini adalah :
1. Pajanan medan listrik energi lemah dengan frekuensi 100 KHz dari alat ECCT dapat meningkatkan prosentase kematian sel kanker.
2. Mekanisme kematian sel pada pajanan medan listrik energi lemah dengan frekuensi 100 MHz dari alat ECCT adalah dengan hamabtan polimerisasi mikrotubulus pada saat sel sedang mitosis.
3. Kematian sel pada pajanan medan lsitrik alat ECCT adalah melalui fenomena mitotic catastrophe.
Penelitian dr. Sahudi, Sp. B (K)KL adalah salah satu bukti ilmiah bahwa penggunaan alat ECCT dapat membantu pasien menghadapi diagnosis kankernya. Dokter Sahudi berharap ada penelitian-penelitian lanjutan yang akan memperjelas dan mempertegas bahwa ECCT adalah salah satu sumbangsih putra bangsa dalam membantu pasien-pasien kanker stadium awal hingga stadium lanjut untuk lebih memiliki harapan hidup.
Sangat disayangkan bila terobosan ECCT yang juga termasuk murah secara pembiayaan dibandingkan pengobatan kanker sebelumnya; dihambat atau bahkan dihentikan. Masyarakat Indonesia perlu diberikan kesempatan lebih luas untuk memilih tindakan apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan taraf kesehatan, termasuk bagaimana cara beradaptasi dengan penyakti mematikan seperti kanker.
Pemerintah seharusnya bangga dan berbahagia, di tengah segala kendala ekonomi dan politik yang muncul di tanah air, masih terdapat orang-orang kreatif yang berusaha memunculkan solusi. Bila, kreatifitas tersebut dianggap tidak sejalan dengan visi misi bangsa; seharusnya diberikan kesempatan untuk membuktikan, mengumpulkan testimoni, menjelaskan secara ilmiah, berdialog dengan publik dan insan pers agar tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Bila, ECCT benar-benar dibekukan operasionalnya di Indonesia, betapa banyaknya pasien kanker yang semakin tak memiliki harapan hidup.
Mari, bersama-sama kita peduli pada saudara saudari kita yang mengidap kanker. Tidak harus menjadi penderitanya terlebih dahulu, untuk mendukung orang-orang seperti Dr. Warsito Purwo Taruno dan alat ECCT & ECVT nya dapat diakses oleh sebanyak mungkin warga negara Indonesia yang kita cintai.
———————–
Agar surat ini sampai ke Bapak Jokowi, tolong bantu kami dengan menandatangi petisi ini di link berikut:
https://www.change.org/p/jokowi-bapak-jokowi-tolong-izinkan-penggunaan-ecct-untuk-penderita-kanker-di-indonesia .
Satu tandatangan, satu harapan bagi kami. Terima kasih 😊
#Hope4NoHope
Assalamualaikum,
Anda memang luar biasa. Ini baru pertama kalinya saya membaca artikel Anda tapi sudah banyak tertarik dengan tulisan anda yang lain. Perkenalkan saya Ratna Deviana Paraton, 17 tahun. Saya ingin sekali menjadi seperti anda seorang psikolog hebat, memberi inspirasi pada orang lain, dan mengenal sepenuhnya apa itu cinta dan perbedaannya dengan hawa nafsu. Salam kenal