Perempuan Cantik Palestina (Gaza part 1)

Catatan Perjalanan Cinta & Love da'wahku Dunia Islam Fight for Palestina! Gaza Kami Jurnal Harian Kepenulisan Oase Perjalanan Menulis Rahasia Perempuan

“Andai hidung Cleopatra sedikit lebih pendek, wajah dunia tak akan berubah.”

Blaise Pascal (1623-1662) ternyata tidak hanya merumuskan segitiga Pascal yang terkenal. Ia pun menuliskan tentang bagaimana kecantikan Cleopatra membius banyak lelaki pada zamannya.

Sejarah mencatat, dunia terkadang takluk di bawah kecantikan perempuan. Benua Afrika memiliki sejarah legendaris berkenaan dengan kedudukan perempuan berikut paras rupawan mereka. Nefertiti, permaisuri Akhenaten; Cleopatra VII dari dinasti Ptolemaic yang disebut-sebut menjadi pemikat Julius Caesar dan Mark Anthony; Queen Farida Safinaz Zulfikar – istri I raja Farouk.

Perempuan tercantik di dunia, salah satunya berasal dari Alexandria, Mesir. Bukan hanya kebetulan Cleopatra VII dan Safinaz Zulfikar pun berasal dari kota tersebut.

Kecantikan, seolah menjadi syarat mutlak bagi perempuan era modern untuk menampilkan ciri khas kepribadiannya. Tengok saja idola anak muda zaman sekarang yang menggandrungi grup musik asal Korea dan Jepang, dimana sebagian besar mereka berwajah mulus cantik tanpa cela. Bahkan grup band lelaki.

Persyaratan menjadi anggota grup penyanyi tersebut : bersuara indah, bertubuh proporsional, cantik sempurna secara fisik, dan bersedia operasi plastik. Tren operasi plastik tampaknya mewabah di Asia Timur, tak peduli memakan korban nyawa seperti Wang Bei, artis China yang demikian cantik dan terpaksa kehilangan nyawa di meja operasi akibat kegagalan dokter saat membiusnya.

Indonesia, mulai memasuki gejala mempercantik fisik secara operasi plastik, tak peduli harga yang harus dibayar.
Seharusnya, kita belajar mempercantik diri seperti perempuan-perempuan Palestina. Layaknya kaum hawa, perempuan Palestina biasa mengolesi wajah mereka dengan minyak zaitun, minyak yang dipercaya terbaik merawat kekenyalan kulit dan mempertahankan kemudaannya.

Saat berada di Cairo, mata terbelalak menatap kecantikan gadis-gadis Mesir yang lalu lalang di tengah cuaca panas terik. Wajah aristokrat, kulit putih bercahaya, mata indah dan kontur wajah sempurna! Pantaslah salah satu kota di Mesir, Alexandria, dinobatkan sebagai penghasil gadis tercantik dengam mahar termahal : minimal 80.000 dollar! Itu belum termasuk biaya apartemen dan pernikahan. Tentu, jumlah uang itu mewakili betapa kecantikan gadis Alexandria pantas menjadi buah bibir.
Subhanallah, Maha Sempurna Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihannya. Menurut kisah yang beredar, salah satu yang memelihara kecantikan wanita Mesir adalah mereka senang mengkonsumsi susu sejak kecil sehingga kehalusan kulit terjaga.

Bagaimana dengan perempuan-perempuan Gaza?
Kecantikan kaum hawa Gaza, tak kalah menakjubkan.
Tetapi sungguh, kecantikan mereka berbeda dengan perempuan-perempuan di negeri lain. Kesederhanaan, ketekunan, kecerdasan, ketangguhan tampak dalam perilaku keseharian. Rehab Shubair, Ittimad Tarbawi, Abeer Barakat, Lina Ameer, Noha Sabhan adalah segelintir perempuan Palestina yang kami temui. Sorot mata mereka menunjukkan kesungguhan dalam menapaki masa depan. Tutur bahasa sopan dengan intonasi tegas. Tanpa polesan make up apapun, mereka tampil cantik dalam balutan abaya dan scarf warna warni. Polesan luar tampaknya tak mendominasi meski sekali waktu, dalam acara pernikahan gadis-gadis tampil lebih attraktif dalam dandanan dan pakaian.

Di Mesir, perempuan muslimah tetap mengenakan busana menutup aurat namun dalam corak dan model yang jauh lebih glamour, mengenakan perhiasan-perhiasan dan sebagian bermake up tebal; hal yang tidak dijumpai pada perempuan Palestina. Bukan dogma fundamentalis yang melarang perempuan tabarruj berlebihan, tetapi lebih kepada karakter perempuan Palestina yang suka bersikap sederhana serta lebih mengedepankan kecerdasan intelektual serta kekuatan pancaran cahaya ruhani.

Di tengah perempuan Palestina, pembicaraan adalah seputar bagaimana tetap mengurus keluarga secara baik sembari meningkatkan kapasitas diri. Di sisi lain, membahas ummat dan masyarakat menjadi agenda penting. Abeer Barakat sendiri menyatakan ia memiliki yayasan yatim piatu sekalipun kondisi keluarga mereka tak berlebih sangat. Memiliki yayasan yatim piatu sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat, di samping Abeer bercita-cita kelak menjadi teman dekat Rasulullah Saw di surga seperti dua jari yang tak terpisahkan. Noha Sabhan sendiri tak main-main dengan aktivitasnya : tengah hamil besar dan tetap mengurus pengajian. Hari-hari biasa murid pengajiannya mencapai 100-150 orang, di musim panas bisa dua kali lipat!

Efisiensi waktu, menjadi penting bagi perempuan Palestina.
Mereka membagi waktu sebaik mungkin untuk beragam kegiatan dan tak tersisa untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Televisi, agaknya juga dimaksimalkan bagi perkembangan mental keluarga.

Menikmati kecantikan perempuan Mesir dan Palestina tentu berbeda. Ada gelora metropolis di Cairo, menyaksikan tawa canda raut rupawan para duplikat Cleopatra. Di Gaza; ramuan kecantikan adalah kesungguhan dan kesederhanaan, sholat malam dan hafalan Quran, kepatuhan pada suami dan pengembangan diri, mengurus anak-anak dan peduli masyarakat. Selain minyak zaitun yang juga biasa dikenakan Cleopatra sebagai pemelihara kecantikan; perempuan Gaza memelihara pesona diri mereka dengan tidak mengkonsumsi junk food atau makanan instant.
Telur rebus, tomat, timun, yoghurt adalah makanan keseharian.

Berpuasa, bukan hal yang aneh dilakukan. Giat beraktivitas, hanya memakai khadimah yang dibayar 24 dollar sehari sekali dalam seminggu. Menghabiskan waktu dengan bersosialisai dan berorganisasi, turut berpartisipasi dalam kerja-kerja pemerintah membangun ummat. Pantas saja, mereka tetap ramping dan cantik tanpa harus sedot lemak apalagi operasi plastik.

0 thoughts on “Perempuan Cantik Palestina (Gaza part 1)

  1. subhannalloh , “Di Gaza; ramuan kecantikan adalah kesungguhan dan kesederhanaan, sholat malam dan hafalan Quran, kepatuhan pada suami dan pengembangan diri, mengurus anak-anak dan peduli masyarakat.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *