Kumpul kebo? Pasti pernah dengar ya.
Rerata kita yang masih lekat dengan kultur timur nggak akan setuju. Apalagi yang lekat dengan kultur religius. Kumpul kebo artinya hidup serumah, tanpa ikatan pernikahan sah. Kenapa kumpul kebo, bukannya kumpul kucing, kumpul ayam, kumpul kodok; saya nggak tahu. Intinya, kumpul kebo sudah hidup seatap bak suami istri yang sesungguhnya. Makan tidur bareng, tapi tidak ada buku nikah. Tidak ada ijab qabul. Tidak ada saksi, penghulu, pun tentunya tidak ada komitmen. Bubar ya bubar aja.
Lalu apa kumpul kebo?
Apakah itu versi lawan dari kumpul kebo?
Makna pisah kebo dalam tradisi lama
“Pisah kebo” artinya hidup tidak serumah, meski masih suami istri. Penyebab pisah rumah, atau setidaknya pisah ranjang, adalah karena pertikaian, perselisihan, adanya ketidaksepahaman. Tetapi, di sini suami belum menjatuhkan talaknya. Belum terlontar kata-kata ‘cerai’ dari mulutnya atau perkataan serupa.
Pisah kebo di sini memiliki tujuan positif dan membangun.
Suami istri yang sedang tegang berat, harus dipisah. Ya, bagaikan minyak sama air. Kutub utara selatan. Balon dan jarum. Jerawat dan ujung jari jemari. Kalau ketemu, mungkin akan saling pencet , saling sikat sampai meletus salah satunya. Kalau nggak ada yang jedorrrr; kayak belum manteb. Pernah kan lihat suami istri kayak gini?
“Aku mau ngomong, Mas!”
“Ya udah aku dengerin!”
“Mas itu emang gak perhatian. Aku ngomong cuma diem. Aku ngomel cuma muka masem. Aku maunya Mas ngomong, kita diskusi!”
Suami yang udah nggak tahan dengar omelan, maunya langsung cabut. Tapi istrinya nggak membolehkan suami kemana-mana. Pokoknya suaminya harus dengar, sampai salah satu meledak. Entah suami meledak karena nggak tahan kuping, atau istri meledak nggak tahan lihat suami diamnya keterlaluan.
Situasi yang serba salah dan tidak menentu ini, karena tiap kali bahasan mesti panas, kadang bisa diselesaikan dengan “pisah kebo”.
Kemana perginya kalau pisah kebo?
Lagi ke rumah orangtua?
Nginap di hotel?
Curhat ke saudara?
Oho, tunggu dulu.
Ada beberapa pisah kebo yang sukses membuat suami dan istri mesra kembali, lebih lengket dari alas sepatu yang nginjak permen karet.
- Sebut Romi dan Suci (samaran) . Kebetulan, cek cok terus. Nggak pernah ada kata temu karena memang berbeda latar belakang, berbeda persepsi dan gaya komunikasinya beda banget. Si suami pintar dan kalem, istrinya over ekstravert dan harus dikasih tahu berkali-kali biar ngerti. Jadilah tiap kali ketemu, kayak balon nitrogen ketemu jarum. Jedar. Jeder. Jedor. Sekalem-kalemnya suami, kalau istrinya over cerewet akhirnya panas juga. Situasi rumah yang nggak pernah adem, akhirnya membuat penengah suami istri tersebut mengajukan usulan.
“Kamu harus minggir sebentar ke pesantren!” ujar mediator kepada Suci.
Suci menurut. Dengan seizing suami tentunya, Suci menyepi ke pesantren. Nggak jauh dari kota mereka tinggal, jadi Romi sering nengok si istri.
Eh, setelah pisah kebo seperti ini, timbul rasa sayang. Ternyata kalau jauh, kangen juga ya?
2. Beda Romi dan Suci. Beda pula Awan dan Bintang (samaran). Sama seperti Romi dan Suci, ampun deh dua-duanya. Kali aja tempurung kepala keduanya bukan tersusun dari unsur kalsium, tapi dari besi seperti kepala Magneto. Kerasnya minta ampun. Nggak ada kata ketemu. Kalau sudah marahan, entah di depan anak-anaknya juga berantem. Kan nggak baik kalau begitu, ya?
Untung saja, Bintang bisa pisah kebo sesaat. Kemana dia lari? Ternyata lari ke…rumah orangtua Awan. Bukan ke rumah orangtuanya sendiri lho.
“Kalau aku ke rumah orantuaku, mesti disuruh pisah,” kata Bintang. “Mending aku lari ke rumah mertuaku. Meski tetap aja diomelin, dimarahin, tapi mereka biasanya kasih masukan supaya aku sabar. Aku mau ngalah. Meski aku jengkel karena disuruh sabar; nginap di rumah mertuaku membuat aku merasa harus mempertahankan keutuhan rumah tanggaku. “
3. Ada lagi suami macam Tatsuo dan Yong Hae ( kalau ini nama tokoh yang ada di novel Sirius Seoul hehehe). Begitu istri-istri mereka buat masalah, para suami ini memutuskan pisah kebo. Ninggalin istrinya sejenak. Buat ngapain? Kalau Tatsuo ninggalin istrinya buat naik gunung. Kalau Yong Hae ninggalin istrinya buat mancing 2-3 hari. Hihihi…betah banget ya? Para suami ini pisah kebo dengan istrinya, untuk menikahi hobi-hobi mereka yang mungkin sudah lama ditinggalkan. Ada yang naik gunung, mancing, ke toko buku ( kalau ini mah cuma beberapa jam!) dll.
Para suami ini pisah kebo untuk menenangkan diri, mendinginkan pikiran, memuaskan letupan emosi yang disalurkan ke hobi bermanfaat. Kalau pikiran dan hati sudah lapang; kembali ke rumah. Siap-siap diomelin lagi ya, hehehe.
Baguskah pisah kebo?
Pisah kebo bisa jadi alternative penyelesaian, ketika kedua belah pihak merasa sama-sama benar. Merasa sama-sama nggak mau menurunkan tensi perseteruan. Kadang, pisah kebo bisa dilakukan baik-baik. Artinya, istri minta izin sama suami. Suami minta izin ke istri. Tapi yang kayak gini kayaknya agak susah kalau jujur, ya?
“Mas, aku lagi mangkel banget sama kamu. Izinkan aku ke pesantren ya!”
“Dek, Abang lagi setengah mati sebel sama kamu. Sampai-sampai Abang ingat cewek yang Abang taksir waktu TK dulu. Izin mancing ya?”
Kayaknya gak bisa deh pakai bahasa jujur kayak gitu.
Salah satu pihak harus berkepala dingin, untuk menjalankan aksi pisah kebo.
Suci misalnya bilang, “ Mas, aku pingin belajar fikih deh. Biar ngerti dikit-dikit agama. Tahu sendiri kan, agamaku masih jelek.”
Romi ridho melepas istrinya. Bayangkan kalau Suci terus terang ngomong kalau dia lagi gak pingin ketemu suaminya!
Bintang pun demikian.
Izinnya, pingin ngajak anak-anak jenguk kakek neneknya. Padahal sebetulnya ia ingin menghindar sesaat dari suaminya.
Tatsuo dan Yong Hae pun demikian.
“Naik gunung bareng anak mapala,” atau ,”diajakin mancing sekalian reunian bareng teman SMP.”
Saat pisah kebo, para suami atau istri punya kesempatan sesaat menjauh dari akar masalah, pemicu masalah atau penyebab masalah. Dalam kondisi tenang dan menepi ( bukan menyepi, karena bisa jadi tempat yang dituju malah ramai seperti pesantren atau rumah mertua); ada kesempatan untuk menimbang lebih.
Banyak sekali, setelah pisah kebo, suami istri yang menyadari kekurangan diri dan kelebihan masing-masing.
Kata Romi, Suci lebih kelihatan tenang dan kalem dari pesantren; begitupun Suci jadi kangen kepada Romi. Awan lebih menghargai Bintang, karena istrinya mau menginap di rumah ibu bapak Awan sekaligus berkesempatan melayani mereka meski sebentar. Ayah ibu Awan senang pula melihat cucu-cucunya. Melihat Bintang mendapatkan dukungan penuh dari ayah ibunya, Awan pun lebih menurunkan tensi.
Tatsuo pun demikian.
Naik gunung hanya lihat pohon, rumput, batu; jadi ingat sosok istrinya yang bisa masak.
Yong Hae, setelah berhari-hari bertemu ikan, pun teringat sosok istrinya yang meski nggak bisa masak, selalu menyediakan teh hangat manis. Plus aroma panas omelan.
Pisah kebo dengan tujuan merenungi diri, merenungi makna pernikahan, mengingat tujuan hidup sembari menuliskan satu demi satu kebaikan pasangan jiwa; akan membawa kerinduan untuk bersama kembali.
Ah, meski dia galak, keras, terlihat jahat; sesungguhnya gak ada pasangan jiwa yang lebih unggul dari pasangan yang telah Tuhan pilihkan untuk kita.
Kunci pisah kebo :
- Niat
- Pilih tempat yang baik
- Pilih rekan/ mediator yang baik
Jangan sampai pisah kebo ke hotel, dengan layanan plus-plus!
——————————-
Sebagian tulisan kusisipkan dalam Seksologi Pernikahan Islami
Jujur saja, saya baru dengar istilah ‘Pisah Kebo’, Mbak. Biasanya cuma tahu ‘Kumpul Kebo’ saja. Ternyata Pisah Kebo ini bisa jadi salah satu alternatif solusi masalah pernikahan ya. 🙂