Mungkin masih ada yang bertanya-tanya : Writer’s Residency atau residensi penulis itu ngapain aja sih? Apa sama dengan jalan-jalan biasa? Ke luar negeri, dibiayai, makan-makan, selfie-selfie; begitu?
Hehehe, nggak juga kali. Yah, sedikit banyak ada miripnya, tetapi ada tanggung jawab besar ketika kita mengikuti residensi penulis. Kita punya tangung jawab membawa nama negara Indonesia tercinta.
Residensi penulis, mirip karantina sebetulnya. Penulis diisolasi sejenak dari dunia luar, supaya bisa berkonsentrasi menulis. Tahu sendiri kan,penulis itu adaaa aja kerjaannya. Kayak saya yang ibu rumah tangga dan psikolog ini. Sehari-hari mencuci, memasak, berantem sama anak-anak (alamaaak!) , menemui klien dst. Belum lagi ngobrol sama tukang sayur, wah…tulisan nggak kelar-kelar.
Residensi penulis membuat kita fokus. Ya. F-O-K-U-S. Itu ternyata kunci utama menjadi penulis. Di residensi inilah kita kemudian nggak ngurusi apa-apa, kecuali masak ala kadarnya dan mencuci baju sendiri. Berhasilkah? Alhamdulillah, berhasil bagi saya.
Lingkungan yang asri, memunculkan inspirasi
Di residensi Art Space Yeonhui, milik dari SFAC atau Seoul Foundation for Arts and Culture ini, saya bisa menyelesaikan banyak tulisa. Bagi saya banyak karena dalam waktu 3 minggu, kalau di Indonesia rasanya sulit banget.
- Seksologi Islami, buku non fiksi yang insyaallah akan diterbitkan oleh Indiva Publishing 2018.
- Tiga buah buku anak serial Children Stories yang insyaallah akan diterbitkan oleh Ziyad Publishing. Masing-masing berjudul : Hii, Aku Takut; Yuk, Senyum dan Bertemu Orang Asing. Insyaallah terbit 2018.
- Cerpen Sepetak Nasi di Ujung Sumpit, yang saya kirimkan ke Kompas. Masih nunggu kabar.
- 3 Menit yang Bahagia, saya kirimkan ke Jawa Pos, masih nunggu kabar.
- Esai Mengapa Unsur Korea Menarik untuk Dituliskan dalam Novel dan Cerpen? Yang insyaallah akan diterbitkan oleh majalah Koreana, musim gugur 2018.
- Revisi untuk novel Sirius Seoul yang insyaallah diterbitkan Pastelbooks, 2018.
- Tulisan-tulisan lepas untuk blog
- Video-video pendek tentang Seoul seperti tentang SFAC, Itaewon, Line Store, HUFS (Hankuk University of Foreign Studies).
Perpustakaan di Yeonhui, Seodaemun-gu, asyik banget!
Kebayang kan, kalau di Indonesia, tugas utama sebagai emak-emak akan membuat waktu menulis tersingkirkan terlebih dahulu. Bukan saya mengeluh atau menyesal ya. Tetapi alhamdulillah, Allah kasih kesempatan saya ke Seoul untuk residensi selama 3 pekan; maka saya manfaatkan sebaik-baiknya.
Sehari-hari kalau nggak jalan keluar, saya akan duduk di depan netbook untuk menulis.
Nah, kalau anda mau ikut residensi penulis; rencana mau menulis apa aja?
Selain itu, kalau kita ikut residensi penulis maka harus ada hal-hal yang disiapkan.
- Belajar bahasa, meski sedikit. Kalau di Korea,setidaknya belajar untuk tahu huruf hangeul. Insyaallah gak sulit, kok. Dari hanya annyeong haseyo; sedikit-sedikit saya udah bisa merangkai kalimat. Meski dibantu sama google hehehe. Misal : joneun dwaejigogi meokji ahneunda yang artinya saya nggak makan babi. Atau joneun Indonesia-saramimnida yang artinya saya orang Indonesia
- Masak sendiri. Bisa kan? Wong sudah biasa masak mie J.
- Nyuci sendiri
- Berani jalan-jalan sendiri, belajar dari yang terdekat. Untuk melatih keberanian, cari convenience store Lalu cari halte bus terdekat. Lalu cari stasiun kereta terdekat. Daaaan….berani kesasar, ya! Saya udah bolak balik kesasar.
caranya masuk gmn mbak?
Coba lihat di situs resartis.org dek…di situ residensi penulis dari berbagai negara bisa kita apply.
Luar biasa Bunda… Sangat menginspirasi 😀