SENSASI EXISTERE : teka teki dunia prostitusi
(Laporan bedah buku di sentra da’wah AL HARAMAIN, 22 Agst 2010)
Dunia prostitusi, membuat banyak orang penasaran & bertanya-tanya. Apa iya EXISTERE hanya sekedar mengambil setting Dolly sebagai sensasi saja, best seller, menerima setumpuk royalty? Untuk apa sih menulis dunia pelacuran? Apa sebetulnya yang ingin mbak Sinta sampaikan? Kalaupun ada harapan, harapan yang seperti apa tentang dunia prostitusi? Pertanyaan yang tak kalah penting : menurut mbak Sinta, mungkinkah dunia prostitusi dihapuskan?
EXISTERE memang ditulis sejak lama, 2007 mulai aku pindah ke Surabaya. Banyak latar belakang yang membuatku ingin menulis novel tentang dunia ini. Aku ingin tahu, benarkan semata-mata alasan ekonomi yang membawa mereka kesana? Alasan immoral? Broken home?
Maka penaku menari diiringi semangat nasehat Muhammad Iqbal : penamu, ibarat tongkat penaka Musa membelah lautan.
Aku ingin membelah dunia prositusi , mencari kebaikan terpendam –jika ada di dalamnya- , mencari orang-orang yang masih gelisah disana, mencari tahu apakah mereka tahu bahwa di atas segala kepedihan di dunia, maka bersujud kepada Robb adalah salah satu penawar paling menyembuhkan dibanding mencari cinta dalam pelukan sekian banyak lelaki lain.. Dian – Al Falah bertanya : berapa lama referensi dibutuhkan untuk dicari? Tergantung. Menulis novel Dolly sebetulnya cukup berselancar di dunia maya, mencari buku Jakarta/Surabaya Undercover, membaca Gadis Berbunga Kamelia – Alex Duma Jr, menonton film the Accused (Jodie Foster) atau Pretty Women (Julia Robert).
Tetapi..aku ingin sekali menatap sepasang mata saudariku yang memang bekerja menjual diri. Maka aku harus kesana, dan Alhamdulillah…aku pernah kesana. Memeluk dan bermain dengan anak-anak para PSK. Untuk apa menulis dunia pelacuran : karena itulah salah satu kegelisahanku sebagai perempuan, sebagai masyarakat, sebagai warga. Secara naluri perempuan, aku tidak habis pikir bagaimana orang bisa menjual diri. Tidakkah itu menyakitkan? Melayani banyak laki-laki/ perempuan, menikam rasa malu dengan membuka aurat paling pribadi di depan orang yang sama sekali tidak dikenal? Bahkan seorang istri pun kadang tak bisa memenuhi hasrat (1) suaminya setiap malam! Bagaimana mereka mampu melakukannya….
Mana pesan moralnya :…..begitu seorang hadirin bertanya. Aku menitipkan pesan moral dalam sosok Yassir, lelaki impian setiap perempuan yang pintar, tangguh, sabar, cerdas, hmm..goodlooking pula (bukankah suami adalah sosok palign tampan bagi istrinya? )Yassir yang sholih tetapi tidak sempurna sebagaimana malaikat. Yassir yang sekalipun dalam kondisi terombang-ambing cinta kedua….ini yang harus dicatat(!!!) wahai para lelaki…..tetap berusaha sekuat mungkin menjauh dari zina dan berusaha bersusah payah meluruskan langkahnya.
Kutitipkan moral pada sosok Ochi yang cantik dan berbudi, yang kalap saat tau Yassir jatuh cinta pada Vanya, yang pada akhirnya mencari kekuatan dengan tersungkur sujud di hadapan Tuhan. Yang mencari kesejukan dari bait-bait bacaan Quran. Kenapa tidak mencoba dulu sebelum memutuskan tidak bisa? Toh jika tak kuat nurani menjalaninya, masih ada jalan lain untuk mengobati…
Kutitipkan pesan moral pada sosok pelacur Mila : bahwa pelacur bukan berarti 100% kehilangan Tuhan. Ia harus tetap mencari dan mencari dalam kegelapan. Jangan biarkan jiwa terus terbelenggu dalam kemaksiatan. Bahwa seorang pelacur harus terus mencari jawaban dalam kehidupan sebagaimana kitapun senantiasa mencari jawaban demi jawaban atas ujian yang harus dijalani. Kutitipkan pesan moral pada sosok penari stiptis Vanya : sang pelacur yang terus menerus hamil, sementara banyak perempuan sholihah seperti Ochi, tak diberikan titipan benih dalam rahimnya. Seorang pelacur yang hamil berulang kali, menjadi terlecut hatinya ketika melihat bayi meluncur dari rahimnya yang telah dijamah ribuan jenis sperma. Seorang anak bisa menyembuhkan banyak luka. Kuharap, saudari2ku di Dolly sana bertekat tak akan membiarkan anak mereka tumbuh dalam dunia pelacuran dan berambisi seperti Vanya, untuk segera mengakhiri kegelapan dan menggandeng anak-anaknya menuju kebaikan. Bahwa seorang pelacur harus tetap mengasah nurani terbaiknya…ia tak akan menghancurkan rumahtangaa oranglain, seperti keputusan mulia Vanya bagi Ochi.
Dan seorang PSK pun bertanya padaku sembari menangis : “Mbak Sinta, apa hikmah Allah memperjalankan semua ini padaku?” Akupun menangis. Aku tahu masa lalunya yang gelap gulita. Aku mengatakan, ”jangan tinggalkan sholat dek. Kasihani dirimu, bisa hancur tubuhmu terus menerus bekerja seperti itu.” Maka sang PSK saat ini mencoba bangkit, mencari pekerjaan di tempat terang dengan skill minim yang dia punya. Ah, wajah rupawanmu,….semoga Tuhan berikan pendamping baik untuk menuntun tertatih langkahmu.
Kutitipkan pesan moral pada Almaida : kekayaan tidak menjamin seorang anak menjadi cerdas, pintar hebat. Bahkan anak yang dibesarkan hanya dengan limpahan materi tanpa sentuhan humanis sama sekali akan menjadi sosok paling memilukan yang ada di muka bumi : tak punya kepedulian, tidak mandiri, selalu apatis . Almaida yang cantik, putri Hepi & Waluyo yang kayaraya, hanya mewarisi kecantikan tetapi tidak otak sang mama. Almaida semoga menjadi pembelajaran bahwa kekayaan bukan satu-satunya jaminan.
Kutitipkan moral pada Sandro, ex mucikari : bahwa Allah tak pernah menutup pintu tobat. Bahwa menjadi mucikari, pelacur, koruptor, pembohong, manipulator; apapu jenis pekerjaan paling buruk, bukan berarti tak lagi bisa menikmati kasih sayang dan rahmat Allah SWT, selama hati memang terus digerakkan untuk mencari titik demi titik cahaya. Pak Sandro….sosok ini luarbiasa, memelihara anak-anak para PSK dan berusaha mengentaskannya.
Prostitusi, mungkinkah dihapuskan? Menulis adalah pencarian. Aku mencari jawaban atas kegelisahanku pribadi. Aku takut, khawatir, cemas, bahwa aku akan menemukan jawaban yang bertolak belakang dengan keyakinanku. Hingga EXISTERE selesai kutulis, aku berkeyakinan ; prostitusi tak mungkin dihapuskan. Aku berseleisih faham dengan suamiku : Ummi mau melanggar syariat?
”Tapi Mas, prostitusi memang gak bisa dihapuskan! Dunia itu ada sejak zaman dulu hingga akhir zaman nanti. Kita harus berpijak di dunia realitas sekalipun punya profesi penda’wah, bahwa dunia itu nggak mungkin dihilangkan!” Begitu anggapanku kira-kira. Tetapi aku terus mencari dan mencari. Aku sedih dengan penemuanku. Aku terus mencari jawaban.
Aku bertemu pak Suherman Rosyidi, pakar ekonomi syariah yang sering bolak balik ke Malaysia. “Pak, adakah prostitusi macam Dolly di Malaysia?” “Tidak,” jawabnya tegas. Ah, masa sih? Aku nggak percaya.
Lalu pak Herman bercerita bahwa di Malaysia terdapat sebuah wilayah bernama tanah Genting, daerah perjudian yang juga (kemungkinan) ada profesi pelacuran. Tidak ada prostitusi yang dilegalkan. Bahkan, jika berwajah Melayu (diasumsikan orang muslim) tidak boleh masuk ke daerah tersebut. Langkah preventif yang lain, seorang anak yang lahir di Malaysia pun harus punya…..bin…., anak harus dinisbatkan pada ayahnya sehingga sistem ini menekan perselingkuhan dan prostitusi. Sebab tanpa ….bin….surat kelahiran dst dst akan sangat sulit didapat. Akupun mendengar bahwa konselor (pernikahan) di Malaysia pun termasuk yang terbaik. Dunia prostitusi banyak menampung lelaki/perempuan yang punya masalah dalam hidup mereka, terutama masalah dalam rumah tangga. Kehadiran konselor2 yang menampung permasalahan ini membantu pengokohan mahligai rumahtangga.
Bukan hanya di Malaysia. Gaza, Palestina pun tidak ada prostitusi (pasca kemenangan HAMAS). Sebab HAMAS memastikan tidak ada drug beredar, tidak ada minuman keras di restoran, perempuan dianjurkan berpakaian muslimah (kecuali yg beragama lain). Tapi kenapa Gaza bisa terbebas dari prostitusi sementara negara Islam yang lain masih banyak pula? Salah satu keunggulan Gaza adalah : pendidikan dan transparansi pemerintah. Pemerintah memberikan beasiswa kepada rakyat untuk terus menempuh pendidikan, apalagi jika cacat. Pemerintah pun jujur, menyalurkan donasi internacional kepada yg berhak sehingga meraih kepercayaan masyarakat. Masyarakat pun tidak putus asa terhadap permasalahan hidup jika memiliki sosok yang mengayomi. Dalam pengertian, tak ada pemikiran untuk menjual tubuh karena pemerintah yang begitu mengayomi rakyat, memberikan bantuan yang dibutuhkan sekalipun terbatas. Pendidikan tinggi, diyakini masyarakat Gaza sebagai salah satu jalaban permasalahan. Mereka bisa mandiri, melawan Yahudi, mengatasi kemelut ekonomi dsb jika memiliki pendidikan memadai. Maka jangan heran jika orang Palestina demikian cerdasnya! Pendidikan , tampaknya juga salah satu yang masih teramat mal di negeri ini , termasuk ketiadaan pengayoman dari pemerintah sehingga ujung-ujungnya, rakyat yang berputus asa mencari solusi dengan pemikiran pendek macam prostituís.
Mendengar Malaysia dan melihat Gaza secara langsung, Alhamdulillah…..aku yakin. Suatu saat prositusi dapat dihapuskan tanpa harus membiarkan rakyat kelaparan. Bukankah Kramat Tunggak pun manjadi Islamic Centre? Bahkan Red Light Amsterdam pun dihapuskan? Dolly, mungkin dibuah menjadi pasar Han Halili Cairo atau Suq Arbaah di Khan Yunis, Gaza. Menjajakan souvenir khas Surabaya, makanan, lukisan, pernak pernik. Mejadikannya sebagai pusat mode muslim terbesar di Asia. Pusat jajanan halal. Islamic Student Centre. Quranic Learning Centre.
Minaadzulumati ilannur. Habis Gelap, terbitlah Terang.
Subhanallah…..kisah yang menarik….saya salah satu penyuka novel Mba, salah satuanya The Road to the Empire…..saya lagi hunting novel baru mb Sinta yang ini…tapi kok belum ada yah di Jogja?? Kapan mb kira2x..masuk Jogja.??
yuliku.wordpress.com
Mb Yuli yang baik….harusnya di Yogya ada mbak ;-( tapi mungkin dah habis ya. Doakan..saya sedang menyelesaikan lanjutannya ya…
Buku yang sangat bagus dan menyentuh mbak. Menyentuh sisi seksualitas tanpa menibulkan kesan sensual, apalagi vulgar. Sudah berkali-kali saya baca buku Existere dan sys menikmati setiap baris dalam buku tersebut.
Wah, makasih tanggapannya mas Angga. Semoga buku itu mencerahkan siapa saja yang membacanya ya….:-)
subhanallah… (sayang baru baca >,<)