Sisi Psikologis Reynhard Sinaga : Seberapa Jauh Kita Paham tentang Perkosaan?

Artikel/Opini BERITA Oase PSIKOLOGI. PSYCHOLOGY Tulisan Sinta Yudisia

Ngeri dan ngilu tiap kali membaca, mendengar atau melihat laporan berita perkosaan. Kita berharap jangan sampai diri kita dan setiap anggota keluarga mengalami perkosaan atau naudzubillahi mindzalik, menjadi pelakunya. Begitu kasus Reynhard Sinaga (RS) mencuat, hati ini bertanya-tanya, mengapa kejahatan semacam itu bisa terjadi berulangkali? Seharian ini pikiran dan perasaan resah. Berjam-jam membaca berbagai macam referensi dan hasilnya, sungguh membuat saya pribadi merenung. RS diduga melakukan perkosaan sebanyak 195 kali atau lebih. Kasusnya terbongkar 2017 dan sepanjang 2018-2019 menjalani 4 kali sidang. Hasilnya ia dinyatakan bersalah dan mendapatkan hukuman penjara seumur hidup.

Berita tentang RS berturut-turut dilaporkan di koran terkemuka seperti Jawa Pos 07/01/2020 dan 08/01/2020

Definisi dan jenis perkosaan

Rape atau perkosaan didefinisikan sebagai penetrasi V atau anal tanpa persetujuan pemiliknya. Penetrasi bisa menggunakan alat kelamin, jari atau objek lainnya sementara obyek penetrasi bisa bervariasi antara V, anal, oral. Terdapat berbagai jenis perkosaan seperti penetrative rape, statutory rape, date rape, male rape, dsb. Ada pula perkosaan dengan ditambahkan penganiayaan.

Ada sebuah penelitian unik tentang perkosaan.

Para peneliti  mengumpulkan lebih dari 1.800 responden laki-laki dan mereka diminta untuk mengisi kuesioner. Bentuk pertanyaannya tidak langsung seperti , “Apakah kamu pernah memperkosa orang?” . Pertanyaan seperti ini pastilah akan mendapat jawaban “no”. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan antara lain :

  • Apakah kamu pernah melakukan hubungan intim dengan orang di mana orang tersebut dalam kondisi mabuk?
  • Apakah kamu pernah menampar pasanganmu saat ingin melakukan hubungan intim?
  • Apakah kamu pernah menggunakan kekuatan fisik seperti mencekik, memuntir, saat meminta hubungan intim?

Dsb

Ketika pertanyaan-pertanyaan yang dengan hati-hati disusun tersebut dilontarkan, mengejutkan sekali betapa banyaknya orang yang merasa tidak melakukan perkosaan. Terlebih lagi, banyak korban yang tidak sadar mereka sedang dianiaya atau diperkosa. Para peneliti kemudian membagi menjadi “rape, attempted rape dan sexual assault.” Percobaan perkosaan yang dilakukan berulang dan tak ada korban atau lingkungan yang sadar, membuat pelaku suatu saat benar-benar melakukan tindak pemerkosaan.

Pernah terjadi, sepasang kekasih yang sudah kelewat batas berpacaran; setiap kali si cowok meminta layanan intim  ia akan menyundut ceweknya dengan rokok. Juga mengancam bunuh diri jika cewek itu meninggalkannya. Emosi cewek yang serba kasihan dan tak ingin ditinggal, membuat si cewek mengabulkan apapun permintaan cowok. Mungkin hubungan itu tampaknya berjalan suka sama suka, tetapi peristiwa menyundut rokok itu sebetulnya sudah masuk attempted rape.

Mitos Perkosaan

Terdapat banyak mitos di tengah masyarakat sehingga perkosaan termasuk jenis kejahatan yang sulit dideskripsikan, didefinisikan, juga dikontrol.

  • Perkosaan dilakukan oleh orang asing
  • Pemerkosa adalah orang gila atau psikotik
  • Kebanyakan pemerkosa terlihat ‘berbeda’ dan tidak seperti kita

Ketika melihat dua orang lelaki misalnya, yang satu bertatoo dan satunya lagi mengenakan pakaian rapi; kita sudah punya asumsi bahwa orang bertatoo pasti lebih jahat. Padahal belum tentu demikian! Kasus Harvey Weinstein mencengangkan dunia. Ia seorang produser film kenamaan yang memproduksi Pulp Fiction, Heavenly Creature, Shakespeare in Love yang terjungkal oleh gerakan #MeToo , sebuah gerakan untuk berani angkat suara menghadapi kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Mitos yang kita yakini ini membuat kita lebih waspada terhadap orang asing, psikotik, atau yang tampilannya beda dengan orang pada umumnya. Padahal pelaku pemerkosaan bisa jadi orang terdekat, orang waras dan orang yang kesehariannya mirip dengan kita! Karenanya kasus pemerkosaan bisa terjadi di sekolah, kampus, atau tempat kerja. RS sama sekali bukan seorang psikotik. Ia tidak tampak berbeda secara fisik, malah terlihat sama seperti seorang karyawan dan mahasiswa yang stylish.

Sehatkah Mental Pemerkosa?

Sejauh ini diduga ada 4 hal yang menyebabkan seseorang menjadi pemerkosa :

  1. Kerusakan otak. 3,9% pemerkosa di Swedia mengalami kerusakan otak. Penyebabnya tentu beragam mulai benturan, obat-obatan, trauma, dst.
  2. Parafilia, adanya gangguan kepribadian yang mengarah pada perilaku seksual menyimpang seperti voyeurism, fetis, ekshibisionisme, sadistic, masokis, dsb
  3. Attachment problems. Adanya disfungsi dalam relasi keluarga dengan sesama anggota keluarga. Tidak memiliki kelekatan dengan orang-orang terpenting dalam hidup seperti ayah, ibu, saudara, dsb
  4. CD atau cognitive distortion. Punya pola pikir yang salah terkait beberapa sudut pandang. Misal perempuan adalah obyek seks. Atau, orang dalam kondisi lemah lebih tepat dijadikan obyek pemuas ( orang pingsan dirampok atau diperkosa).

Riwayat Klinis Manusia

Selain 4 hal di atas, kita harus mewaspadai diri kita sendiri dan orang-orang di sektiar kita yang mengalami berbagai hal psikologis sebagai berikut. Hal ini bukan untuk melabeli seseorang, tetapi untuk bersegera mencari solusi atas permasalahan yang terjadi.

  1. Pengalaman awal di masa hidup. Masa kanak-kanak adalah masa sangat penting. Manusia yang kehilangan momen bahagia dan kasih sayang di masa ini, cenderung mencari pemuasan dalam hal seks atau dalam bentuk agresifitas. Marilyn Monroe, Jack the Ripper, Adolf Hitler adalah beberapa contoh orang yang mengalami masa kecil demikian buruk sehingga mencari pelampiasan dalam bentuk seks atau agresi.
  2. Riwayat sekolah : menjadi korban atau pelaku bullying, konflik dengan otoritas (guru, orangtua, kepala sekolah dst) harus menjadi perhatian. Ketidakmampuan untuk menjalin relasi sehat dengan orang seusia dan orang yang lebih tua akan membawa dampak.
  3. Riwayat pekerjaan : gonta ganti pekerjaan? Keluar masuk? Bagaimana seseorang mggnatasi konflik dengan rekan kerja dan atasan , harus menjadi catatan.
  4. Catatan psikoseksual : riwayat psikoseksual harus menjadi catatan khusus dan mendapatkan perhatian tentang bagaimana penanganan berlangsung. Apakah lebih senang masturbasi dan nonton pornografi ketika stress? Apakah senang menggosokkan alat kelamin ketika masih anak-anak ketika ketakutan? Dst
  5. Riwayat penyerangan/ agresifitas : jika pernah melakukan tindakan sangat agresif, berhati-hatilah
  6. Minat, hobi, skill, teman : mereka yang memiliki hobi, menguasai skill,  dan memiliki teman berarti memiliki kehidupan mental yang lebih sehat.
  7. Personality/ kepribadian : bagaimana cara seseorang menghadapi masalah? Apakah self imagenya bagus? Bagaimana perilakunya? Dst
  8. Riwayat forensic & psikiatrik sebelumnya : apakah pernah memiliki sejarah kekerasan, menyerang orang, termasuk gangguan psikiatrik lainnya seperti skizofrenia dst.

Analisa Reynhard Sinaga

Melihat paparan di atas, ada beberapa hal yang sepertinya paradox tentang ciri pemerkosa dan sebab-sebab seseorang menjadi pemerkosa. Reynhard cerdas, menarik, banyak teman. Terlihat hangat dan yang juga perlu digarisbawahi, ia cerdas dan berprestasi.

Tetapi berbicara tentang brain injury atau brain damage, ada kemungkinan ia terbiasa mengkonsumsi alcohol dan meng-oplosnya sehingga menyebabnya beberapa fungsi otak terganggu. Ia tak dapat melakukan high thinking order untuk memilah, memilih, menimbang, mengorganisasikan.

Jawa Pos 07/01/2020

Di samping itu, ia telah melakukan beberapa upaya ofensiv seperti percobaan permerkosaan atau perkosaan itu sendiri. Sedihnya, diperkirakan 39% pemerkosa sekalipun telah menjalani perawatan akan mengulangi lagi perilaku ofensifnya. Apalagi pelaku yang sama sekali tidak menjalani perawatan psikiatrik dan psikologis! Tentu, akan mengulangi kesalahan fatalnya lebih sering lagi.

Hukuman terhadap RS telah ditetapkan.

Mari kita tarik hikmah di baliknya, semoga tidak ada lagi korban atau yang lebih parah lagi, menciptakan pelaku. Seseorang dapat menjadi pemerkosa bila :

  1. Mengalami brain damage, boleh jadi karena trauma ( trauma keluarga, bully, penganiayaan seksual); oleh obat-obatan atau pornografi
  2. Tidak memiliki kelekatan yang baik & kuat dengan orangtua
  3. Mengalami masa kecil yang tidak membahagiakan
  4. Masa sekolah yang banyak masalah
  5. Terbiasa attempted rape tapi tak ada orang yang menyadari
  6. Pernah melakukan kekerasan seksual dan tidak segera menjalani perawatan kesehatan mental

Semoga RS adalah orang terakhir yang melakukan kejahatan mengerikan tersebut. Kita harus mewaspadai diri sendiri dan orang-orang terkasih di sekeliling kita agar mereka tidak menjadi korban, pun tidak menjadi pelaku.

Referensi :

Gantman, Ana P.  dan Elizabeth Levy Paluck. —. What is the Psychological Appeal of the Serial Rapist Model? Worldviews Predicting Endorsement. Artikel dari Women in Public Policy Seminar series at theHarvard Kennedy School

Lisak, David dan Paul M. Miller. 2002. Repeat Rape and Multiple Offending Among Undetected Rapists. Violence and Victims, Vol.17, No.1

Orth, Ruby L. Orth, dan Suzanne L. Osman. 2015. Perpetration Experience and Gender Predicting Empathy with a Stranger or Acquaintance Rapist. Modern Psychological Studies Vol 21 : no. 1

Sarkar, Jaydin. 2013. Mental Health Assessment of Rape Offenders. Indian Journal Psychiatry, Jul-Sep; 55(3) : 235 -243

Duell, Mark dan Danyal Hussain. 2020. The rugby player who trapped the world’s most prolific rapist: Male victim, 18, reveals how he beat up Reynhard Sinaga after waking up naked during attack and led police to lair where 195 were assaulted diunduh dari https://www.dailymail.co.uk/news/article-7856057/Britains-prolific-rapist-jailed-30-years.html 07/01/2020

6 thoughts on “Sisi Psikologis Reynhard Sinaga : Seberapa Jauh Kita Paham tentang Perkosaan?

  1. Kasus psikologis seperti ini sebenarnya bisa jadi novel juga. Tapi risetnya bakal panjang dan lama ^_^ Tulisan ini mungkin akan menjadi awal bagi Mbak Sinta menulis novel dengan konflik psikologis perkosaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *