Spirit 212 : Cinta ini Menyatukan Kita

Hikmah Karyaku Oase Tulisan Sinta Yudisia WRITING. SHARING.

 

 

Anda pasti pernah dengar istilah reward dan punishment. Istilah ini sangat psikologis sekali. Umumnya orang akan bertahan pada perilakunya bila diberi reward dan akan mengurangi perilakunya bila diberi punishment. Konsep ini berlaku bukan hanya di dunia pendidikan tapi juga di dunia industri organisasi maupun klinis.

Apa saja reward yang kita kenal? Sistem gaji, sistem bonus, hari libur adalah reward. Penjara, sanksi, teguran adalah punishment. Meski tidak selalu demikian. Hukuman suatu saat bisa berubah menjadi reward hingga orang malah senang meningkatkan perilaku yang maladaptif.

Bagi sebuah negara, memiliki kekayaan dan rakyat yang mendukungnya adalah reward atau hadiah luarbiasa. Kekayaan negara berupa hasil pertanian, tambang, kekayaan laut dsb merupakan modal untuk menyelenggarakan kerja-kerja negara sehingga bangsa lain menaruh hormat. Memiliki rakyat yang cerdas, supportif, berakhlaq mulia juga merupakan hadiah Tuhan yang luarbiasa. Bayangkan, bila sebuah negara memiliki rakyat yang brengsek. Tidak taat norma hukum atau negara. Tak dapat kita bayangkan bila rakyat berubah menjadi segerombolan penjarah, perampok, pembunuh, pelaku asusila, pemalas dan pembangkang.

Memiliki rakyat yang baik atau sholih, adalah asset luarbiasa. Anda tentu tak dapat bayangkan bila sebuah negara, memiliki lebih banyak penjara dibanding gedung pendidikan dan perkantoran, bukan?

Aksi 1410, 411, 212 adalah bukti rahmat Tuhan bagi bangsa Indonesia.

Betapa, dalam situasi sangat kritis dan sensitive ketika rakyat berkumpul berdesakan, kedamaian tetap terselenggara. Antrian penjualan handphone model tebaru saja sampai menimbulkan kericuhan dan korban luka-luka, padahal jumlah antriannya tidak sampai puluhan ribu. Konser music dan sepakbola? Aparat dibuat kebat kebit, begitupun rakyat yang ikut menyaksikan. Bagi saya pribadi, bertemu serombongan supporter sepakbola membuat jantung deg-degan. Jangan-jangan mereka berbuat anarkis. Jangan-jangan, kendaraan kita yang tidak bermaksud menyenggol, terkena sasaran amuk. Jangan-jangan, mereka membawa senjata tajam dan melukai siapapun yang dianggap berpihak pada kesebelasan lawan.

Para pemirsa televisi, memandang dengan hati kebat kebit peristiwa 411 dan 212.

Dan, betapa banyak kesalahan pada cara berpikir logis kita, cara pandang rasionalis kita. Tidak semua kejadian di dunia ini digerakkan dengan uang, tidak semua peristiwa hanya mengandalkan neraca laba rugi. Ada, orang-orang yang masih meletakkan keluhuran dan kemuliaan, di atas segala-galanya.

Maka pertimbangan uang, profit benefit, dominasi tidak berlaku disini.

Yang ada adalah orang-orang yang berkumpul karena yakin Tuhan masih bersama Indonesia. Kita pernah melewati masa-masa kritis 1945, 1965, 1998 dan Alhamdulillah…Indonesia tetap melaju sebagai negara dengan segala pahit getirnya.

Akhir 2016 menggoreskan kenangan mendalam bagi seluruh elemen bangsa Indonesia. Berkumpulnya orang-orang, ribuan, ratusan ribu, jutaan; tidak menimbulkan huru hara. Tidak menimbulkan kerusakan. Tidak menimbulkan pencurian, perampokan, penjarahan. Padahal bila mau, hal itu bisa saja dilakukan. Toh, peserta aksi saat itu adalah kelompok dominan dan mayoritas.

Demikianlah, Tuhan mengingatkan negara ini, Dia telah memberikan reward luarbiasa. Harta kekayaan berupa rakyat santun yang ketika berseberangan pendapat dengan pemimpin, memilih berkumpul bersama untuk mendoakan dan mendesak pemerintah melakukan perubahan serta menegakkan keadilan.

Tidakkan reward dari Tuhan ini pantas kita pelihara sebagai salah satu jejak berharga bagi sejarah Indonesia?

JPG 212 kover depan - Copy.jpgForum Lingkar Pena, Suara Muslim, LMI dan Lazis PJB dengan bangga mempersembahkan salah satu buku catatan sejarah yang monumental di akhir 2016. Ditulis oleh para pelaku sejarahnya sendiri, dengan narasi unik ala pelakunya meski inti cerita mereka sama : ketakjuban akan kekuasan Tuhan yang mampu menyatukan hati manusia untuk berkumpul, berbuat kebajikan dan bergandengan tangan satu sama lain.

Buku luarbiasa ini terdiri 40 naskah versi bahasa Indonesia dan 10 naskah versi bahasa Inggris, Jerman dan Korea. Dilengkapi ilustrasi menggugah full colour 12 halaman.

Pesanan pre order (PO) dibuka mulai hari ini 12 Januari – 22 Januari 2016. Mekanismenya :

Transfer ke rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) cabang Dewi Sartika, Jakarta Selatan nomer rekening 703-310-1858 a.n Forum Lingkar Pena. Kontak Wiwiek Sulistyowati di 0812-8747-415 SMS/whatsapp. Harga normal Rp. 100.000 , harga pre order Rp. 85.000

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *