Tak ada yang menginginkan cinta berakhir musnah. Berujung kegetiran, apalagi perpisahan. Naudzubillahi mindzalik. Namun, seiring waktu, cinta memudar bahkan hilang tak berbekas. Dia yang dulu begitu berapi-api, sehari dapat mengungkapkan sayang lebih dari 3x bahkan overdosis; sekarang jangankan mengucapkan sayang. Membalas pesan kita enggan, padahal online. Selalu punya alasan sibuk. Saat bicara cinta rasanya aneh dan menyakitkan, bagai bertepuk sebelah tangan. Pernikahan, dapat diselamatkan dan memang harus diupayakan selamat hingga menuju laut keabadian. Mari kenali tanda-tanda keretakan hubungan agar dapat segera dicari solusinya.
Apa saja tandanya?
- Kaku dan jarang tertawa
- Tidak punya mimpi bersama
- Tidak mesra
- Sibuk urusan masing-masing
- Bercinta kurang dari seharusnya
- Keuangan tersembunyi
Bahas satu-satu ya…
- Kaku dan jarang tertawa
Joke, humor, anekdot, itu obat jitu suasana. Asal sesuai kondisi dan takaran. Ingat Nasruddin Hoja dalam memecahkan masalah pelik? Ada canda disitu untuk mencairkan ketegangan. Dalam menyampaikan fatwa pun demikian. Bahkan bila keluarga kita mengalami saat-saat sulit sekalipun, humor ini jangan sampai ditinggalkan. Humor meredakan ketegangan dan menciptakan situasi cair yang menyenangkan.
Pasangan seharusnya mulai waspada bila dalam 2-3 bulan tidak dapat lagi tertawa bersama-sama. Mungkin karena tekanan ekonomi, masalah keluarga besar, atau ada orang ketiga yang menyita perhatian. Orang ketiga ini tidak selalu WIL/PIL yang mengindikasikan perselingkuhan. Mungkin saja orang ketiga ini adalah saudara yang tengah menghadapi masalah keluarga juga sehingga menyita perhatian kita, atau atasan yang sangat menyulitkan, atau teman yang tidak dapat dipercaya.
Pendek kata, banyak masalah di masa kini dapat menimpulkan stress bahkan depresi.
Tertawa bersama itu mudah.
Bagilah kisah-kisah lucu lewat broadcast (BC), meme lucu, menonton film komedi, menikmati acara televisi yang mengibur. Lalu tertawalah bersama. Gelitikilah pasangan agar ia mau tertawa bersama-sama. Jadi, kapan anda dan pasangan tertawa bersama untuk terakhir kali? Kalau pagi ini masih dapat tertawa berdua karena saling mencolek pinggang masing-masing, artinya hubungan anda inysaallah selamat!
- Tidak punya mimpi dan keinginan bersama
Mimpi bersama akan mengikat satu sama lain. Ingin haji bersama sehingga saling menyisihkan penghasilan, ingin umroh bersama, ingin berlibur bersama, ingin menghabiskan akhir pekan berdua di hotel atau di restoran romantis.
Semakin panjang mimpi itu, insyaallah semakin baik.
“Nanti kalau Mas pensiun, mau ngapain?”
“Aku mau buat café kecil-kecilan, Dek.”
“Kalau gitu mulai sekarang aku coba kumpulkan resep masakan yang khas ya.”
Mimpi ini harus terus dibangun.
Dulu mimpi umroh bareng, terkabul. Tambah mimpi haji. Sudah terkabul, bermimpilah bersama untuk dapat wakaf. Terkabul? Bermimpilah bersama lagi untuk buat yayasan panti asuhan. Terkabul? Bermimpi lagi bersama. Buat perusahaan warisan yang dapat diwariskan pada anak cucu. Terkabul? Buat mimpi-mimpi bersama lagi hingga mimpi akhir bersama adalah menjadi pasangan suami istri di FirdausNya.
Suami istri yang sudah punya penghasilan masing-masing, kadang enggan merancang mimpi bersama. Merasa sudah dapat melaksanakan sesuatu dengan uang pribadi. Misal, dapat menyantuni orangtua masing-masing dari uang pribadi. Apa salahnya membangun mimpi bersama dalam hal memberi hadiah pada orangtua?
“Dek, aku pingin meng umrohkan kedua belah pihak orangtua kita. Yuk, nabung bareng.”
Nilai kebersamaannya lebih terasa daripada masing-masing bertekad menabung sendiri-sendiri, mengumrohkan orangtua sendiri-sendiri.
- Tidak mesra
Kemesraan sangat penting untuk mengeratkan hubungan. Sama dengan humor, bila kemesraan mulai menghilang dalam 3 bulan terakhir, waspadalah. Apa sih mesra?
Dalam kamus bahasa Indonesia mesra berarti 1) menyerap 2) sangat dekat dengan hati. Menyerap dalam kamus disini diartikan perilaku yang benar-benar ‘menyerap’ hingga ke hati. Bukan sekedar ciuman selintas. Bukan pelukan sambil lalu. Bukan sekedar salaman sekedar tempel. Karena sudah serumah bertahun-tahun, seringkali sentuhan fisik hanya formalitas belaka.
Yang penting sudah cium istri ketika berangkat.
Yang penting sudah salam suami ketika akan berpisah. Sentuhan, apalagi obrolan, tidak ada yang benar-benar terserap sampai ke hati.
- Sibuk urusan masing-masing
Pekerjaan kantor dan rumah tidak ada habisnya.
Bahkan, di rumahpun kadang atasan atau bawahan masih mengontak untuk konsultasi.
“Ini atasanku telpon, Ma, gak enak!”
“Ada rapat via whatsapp buat acara coaching anak-anak pegawai baru.”
“Klienku lagi punya amsalah berat, nggak bisa ditinggalkan.”
Okelah, pekerjaan adalah sumber nafkah. Tapi juga bisa sumber keretakan. Kalau sesudah urusan selesai dan kita masih sibuk dengan gadget masing-masing, yah, rasa hambar akan timbul. Kalau sampai di rumah yang menjadi tujuan adalah remote televisi atau membuka laptop, pasangan akan malas berdekatan.
- Bercinta kurang dari seharusnya
Capek? Stres? Sedang marahan?
Hubungan intim yang sehat sekitar 2 x sepekan. Karena kelelahan dan hasrat sudah menguap ditelan permasalahan seharian ditambah macetnya jalan; lenyapkan keinginan bermesraan dengan pasangan. Apalagi bila masalah anak-anak turut menambah bumbu jamu dalam hubungan. Apalagi masalah orangtua, keluarga besar, turut melenyapkan gairah. Padahal kata Buya Hamka, memuaskan nafsu (dengan cara yang benar tentunya) adalah tujuan melestarikan banyak hal. Melestarikan keturunan, melestarikan cinta, melestarikan hubungan. Banyak pasangan yang karena didera banyak hal, merasakan biasa-biasa saja melakukan hubungan intim dua pekan sekali. Atau malah sebulan sekali. Tidak ada keinginan untuk membangun hasrat, entah bagaimana caranya.
Lalu tiba-tiba, muncullah seseorang yang dapat membangkitkan gariah demikian cepat!
(Nantikan buku saya yang membahas khusus bab Seksologi ya)
- Keuangan tersembunyi
Apakah gaji masing-masing harus diketahui pasangan? Ya!
Suami harus tahu penghasilan istri, begitupun sebaliknya. Rem lelaki, konon kabarnya, kuat mencengkram kaum Adam dari perilaku kurang pantas apabila istri yang memegang kendali keuangan. Perempuan, pun tak akan boros-boros amat bila suami tahu berapa besar penghasilannya.
“Lho, kok uangnya sudah habis?”
Meski kita kerap kesal dengan ungkapan seperti itu, tetap saja kritikan suami/istri menjadi pagar. Aduh, habis cepat saja dikritik, apalagi habis tak karuan rimbanya! Bila istri merasa sah-sah saja menyembunyikan tabungannya, begitupun suami merasa harus menyembunyikan penghasilan real nya kpada istri; ini salah satu bencana besar yang mengintai.
Money is monster!
Coba bicara jujur, apa sih yang membuat kita menyembunyikan penghasilan? Karena akan digunakan untuk membelanjakan sesuatu diluar pengetahuan pasangan. Kalau untuk beli hadiah kejutan, okelah. Tapi apa hadiah kejutan dibeli tiap waktu? Biasanya, uang disembunyikan karena kita ingin membeli barang-barang keinginan yang mungkin tidak disetujui pasangan. Baju, jam tangan, sepatu, pemenuhan hobby mahal (pancing,shopping,barang antic, fotografi). Atau, menyembunyikan neraca keuangan rumah tangga karena ada hal pelik lain yang perlu ditutupi?
Sinta Yudisia
Psikolog
Terima kasih Mbak, ilmu nih.. untuk pengantin barus seperti saya haha