Tempat Favorit Sepanjang Mudik Lebaran 2019

Catatan Perjalanan Oase Travelling

Lebaran selalu punya kisah. Mulai persiapan keberangkatan yang ruwet, sampai cerita macet di mana-mana. Meski tol sudah dibangun, tetap aja macet. Yang namanya orang mau mudik segitu banyaknya hahaha. Urusan kue kering, sudah ada yang handle. Aku nggak sanggup bikin sendiri. Capek (alasan!).  Sebetulnya karena belum mahir bikin kue kering. Sepanjang  perjalanan mudik, ada beberapa tempat favoritku beserta keluarga. Silakan simak ya!

 

  1. Masjid

 

Kami insyalllah sering mampir masjid. Buat pipis, buat cuci muka, buat sholat jama’ qashar. Buat rehat sejenak. Sepanjang jalanan yang panas, benar-benar buat pikiran tegang. Meski dalam mobil ber AC, yang namanya orang mudik, pasti kepalanya panas. Yah, segitu banyaknya orang ingin cepat sampai.

Ada yang ngantuk, lalu main kebut seenaknya.

Ada yang capek, lalu parkir sembarang parkir.

Ada yang mudik pakai sepeda motor, nah ini yang bikin deg-degan. Beragam kondisi pengendara : rata-rata bawa barang oleh-oleh banyak. Bawa anak kecil juga. Bisa dipastikan mereka juga kelelahan sehingga terkadang tak taat berkendara.

Masjid, jadi tempat kami relaksasi.

Ada beragam jenis masjid. Ada yang tua, ada yang baru dibangun. Ada yang sudah sempurna bangunannya, ada yang masih ala kadarnya. Tapi entah kenapa, air di masjid itu sejuuuk sekali. Rasanya kalau membasuh muka, byaaarrr.

Di bawah ini beberapa masjid yang kami kunjungi dalam perjalanan mudik dan balik 2019.

Al Aqsho depan
Bagian depan masjid Al Aqsho, Klaten. Megah ya?

Al Aqsho Klaten ini merupakan Masjid Agung. Selain interiornya cantik, tersedia ruang unik seperti ruang menyusui dan kolam terapi ikan.

 

Masjid Tulis, Batang yang masih belum jadi. Masjidnya sederhana. Penunggunya seorang lelaki sepuh yang sangat ramah dan sabar. Beliau rajin bebersih.

 

2. Kuliner berbagai kota

Indonesia memang negeri kaya raya. Dapat dilihat dari berbagai jenis makanan. Kampung halaman suamiku, Tegal, dikenal dengan para pengusaha warteg alias warung Tegal yang rata-rata kaya raya. Masakannya…sedaaap. Dan murah! Bayangkan, di warung pinggir jalan yang namanya nasi lengko, kupat lengko, kupat  lodeh paroh , kupat jangan kuning rasanya enak-enak banget. Harga? Rp. 5000! Di Surabaya uang lima ribu hanya cukup buat parkir mobil. Tapi di Tegal masih bisa buat beli makanan satu porsi yang mengenyangkan dan bikin lidah kepelet.

 

Sauto Senggol Tegal

Ada lagi sauto senggol, Tegal. Letaknya dekat alun-alun dan masjid Agung kota Tegal. Kalau di sini, siap-siap antriiii! Apalagi waktunya makan siang atau makan malam. Meski antri (aku sudah berkali-kali kalau mudik dan kemari selalu antri!!) pengunjung tetap rela. Jangan salah kamar, ada beberapa sauto di situ. Sauto Senggol Tegal yang terenak (menurutku) , letaknya persis di sisi kantor polisi Tegal. Bisa kelihatan dari ramai pengunjungnya sih. Harga Rp. 18.000 per porsi. Yang tersedia sauto ayam, sauto campur (ayam + jeroan daging kambing).

Sauto Senggol Tegal

 

Grombyang, Pemalang

Berkali-kali aku kemari, tutup. Pas balik Surabaya, Alhamdulillah buka. Grombyang ini mirip soto, tapi rasa kuahnya lebih pekat. Dagingnya juga berbumbu rempah dan manis. Disediakan sate sapi berempah kalau yang mau daging tambahan. Harganya relative murah (aku lupa harga  tepatnya). Sekitar Rp. 20.000. Grombyang yang terkenal enak letaknya dekat rumah sakit Harapan Sehat dan Klinik Hajah Zaenab, Pemalang. Kalau bawa mobil siap-siap mondar mandir bolak balik cari parkiran kosong, ya.

Grombyang, Pemalang

Burger Monalisa, Yogyakarta

Nah, kalau Yogya kulinernya juga banyak banget dan banyak juga yang khas. Aku cuma mau mengutip satu jenis  makanan khas mahasiswa yang beda, yaitu burger Monalisa. Harganya Rp. 22.000 letaknya di jalan Kaliurang. Antriannya? Padat, Man! Tapi percayalah, worth it. Rotinya enaaak banget. Bahkan, saat kubawa ke hotel dan nginap sampai besok paginya, rasa burgernya masih enak termasuk rotinya dalam kondisi dingin akibat terpapar AC kwkwkwk.

Aku suka burger Monalisa karena rasanya yang gak berubah selama puluhan tahun dan kami punya memori tersendiri terkait burger ini. Ya, waktu pengantin baru 1994, aku dan suamiku mencicipi burger ini untuk pertama kalinya berdua. Cieeee.

Burger Monalisa.JPG
Burger Monalisa, Yogyakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *