Berjabat tangan dengan suami/istri menjelang keberangkatan ke tempat tugas, mencium dahi atau pipi mereka, memandang name-tag dengan penuh kebanggaan : pasangan jiwa tengah menunaikan tugas mulia. Instansi kami adalah salah satu instansi dengan amanah berat – menjaga harta negara.

Logo-Kementerian-Keuangan-356.png

Dalam setiap institusi, selalu ada pihak yang memegang entitas kekayaan agar roda organisasi terus berjalan. Di setiap rumah tangga, suami mencari nafkah dan istri yang mengelola serta menjaga harta keluarga. Di setiap negara, pegawai Departemen Keuangan antara lain bertugas menjaga kas negara dari pajak yang disetorkan wajib pajak. Tak jarang, para pegawai Depkeu harus bertugas keluar daerah untuk berbagai macam kewajiban.

Sebagai contoh, WP (wajib pajak) yang berdomisili di Surabaya, terkadang memiliki perusahaan di tempat lain, Makassar atau Bali misalnya. Petugas pajak harus melakukan verifikasi lapangan untuk memastikan segala hal ihwal terkait perusahaan tersebut, agar pajak yang dilaporkan sesuai dengan pajak yang disetorkan. Tak jarang, petugas pajak disambut dengan senyum masam, diusir satpam atau hanya disambut gonggongan anjing. Akhir tahun anggaran, sekitar April atau Mei menjadi bulan yang penuh ketegangan. Laporan pajak menumpuk, para WP banyak yang menyetorkan laporan mepet waktu.

Korban depkeu.jpg
Salah satu korban dari instansi Keuangan

3 atau 4 tahun sekali, keluarga pegawai Depkeu dibuat deg-deg-der dengan surat berita mutasi. Demi efisiensi, efektifitas dan integritas pegawai Depkeu dimutasi secara berkala. Tujuan pemerintah agar tidak terjadi penyimpangan di masing-masing instansi keuangan. Seringkali, pegawai Depkeu memilih mengontrak di sepanjang usia hidup mereka dan baru beli rumah jauh setelah mereka menikah, dengan pertimbangan keluarga akan terus diboyong kemanapun pergi. Ada pula yang memilih LDR – long distance relationship, dengan pertimbangan sekolah anak-anak. Keluarga ditinggalkan di homebase , pegawai Depkeu yang melanglang bertugas. Betapa banyak pasangan yang hanya bertemu di akhir pekan; atau bertemu sebulan 2x. Bila ingin data yang lebih heroik, terdapat pula keluarga Depkeu yang baru bertemu ayah atau ibu mereka lebih dari 1 bulan.

 

Hesti Nuraini, di mata saya

Sekitar tahun 2000an, ketika anak saya masih berjumlah 3 dan kecil-kecil,  kami mengontrak di daerah Jurangmangu, tak jauh dari gedung kuliah STAN. Suami tengah menempuh studi DIV. Mbak Hesti Nuraini dan suaminya, pak Sholahuddin berada di samping rumah kami.

Kontrakan kami kecil mungil, dikenal sebagai rumah petak. Saat itu mbak Hesti yang lebih senior dari saya, belum memiliki keturunan. Tak jarang, anak-anak nyelonong main ke budhe Hesti, dan saya yang kerepotan saat itu menitipkan anak-anak kepada pasangan mbak Hesti- pak Sholahuddin.

Mbak Hesti dari perpajakan.

 

 

Mbak Hesti Nuraini di foto kanan, depan sendiri

 

Ia sosok yang ramah senyum, selalu sumringah kalau bertemu teman. Ia aktivis kampus, dan selalu menyisihkan waktu untuk melakukan kebaikan. Ada beberapa kaliamt percakapan kami yang, bertahun bahkan belasan tahun kemudian, masih bercokol di benak saya. Kata-kata itu sering saya kutip ketika mengisi acara, atau ketika saya harus memberikan nasehat kepada siapa yang bertanya.

Suatu ketika, karena sedang masa studi dan anak-anak yang masih kecil, saya dan suami ingin menjual sepeda motor kami. Padahal itulah satu-satunya kendaraan yang kami punya. Saya masih ingat sekali, mbak Hesti mendatangi saya dan memberikan semangat untuk bersabar, “jangan dijual sepeda motornya ya, Dek. Sabar, semoga diberi kemudahan Allah. Sepeda motor itu ibarat kaki-kaki kita.”

Akhirnya, sepeda motor tidak kami jual dan Allah memberikan rezeqi dari arah yang tak diduga-duga.

Suatu masa, saya menangis. Sebab setiap tahun, ada saja sahabat suami dan keluarganya yang lulus lalu kami berpisah. Ada saja sahabat kami yang dimutasikan ke berbagai daerah. Rasanya, hati ini sedih, kosong, kehilangan. Mbak Hesti, memberikan nasehat luarbiasa.

“Memang begitu ya, dek Sinta. Setiap orang baik, akan meninggalkan jejak di hati kita. Memberikan jejak di hati teman-teman dan tetangganya. Semoga kita pun demikian, ya.”

Saat itu hati saya betul-betul tertohok dengan ucapannya. Saya sering menangisi kepergian sahabat saya, tetapi apakah pernah mengukur diri ini, apa saya cukup baik untuk ditangisi oleh para sahabat yang lain?

Ada kejadian menegangkan saat kami baru pindah ke rumah kontrakan nomer “7” itu, tempat saya dan mbak Hesti bersisian.

Putra kami, Ibrahim Ayyasy lari-lari, terpeleset…dan innnalillahi, bocor kepalanya. Kami baru saja pindah rumah, betapa berantakannya setiap sudut. Ahmad masih baby, Inayah masih kecil. Maka, ketika kami mengurusi Ayyasy, Inayah dan Ahmad kami titipkan ke mbak Hesti dan pak Sholahuddin untuk sementara waktu.

Nyaris, saya tidak punya kenangan buruk tentang mbak Hesti.

Dan, mbak Hesti adalah orang yang sangat- sangat lucu. Cara berbicaranya yang khas, membuat pendengar bisa terpingkal-pingkal. Suatu ketika, mbak Hesti dan suaminya makan di warung. Penjaga warung dengan kenes menyapa pak Sholahuddin yang memang berwajah imut, “Mas, mau makan aja diantar ibunya.”

Saat mendengarnya, saya terpingkal-pingkal. Membayangkan wajah pak Sholahuddin pasti masam sementara mbak Hesti easy-going saja.

Mbak Hesti, di mata saya adalah sosok muslimah yang luarbiasa tangguh, sabar dan memiliki karakter keteladanan yang jarang dimiliki orang lain. Perjalanannya menemukan jodoh sholih, patut dijadikan teladan bagi setiap gadis yang masih menanti pangerannya. Sesudah menikah, iapun lama dikarunai anak, sementara tetangga kanan kirinya yang merupakan adik-adik kelasnya diramaikan oleh celoteh anak-anak. Rumahnya senantiasa rapi, meski ia sangat sibuk dengan berbagai urusan.

Ah, saya sangat kangen pada mbak Hesti

Jurangmangu.JPG
Saya dan mbak Hesti pernah mengontrak rumah petak ini bersama

Entah mengapa, beberapa bulan lalu tepatnya awal Oktober 2018 saya mengisi acara di Universitas Terbuka Pondok Cabe, dan reunian dengan teman-teman STAN di Jurangmangu.

Tahu apa yang saya lakukan?

Saya melintasi rumah petak berderet di Jurangmangu, memotretnya diam-diam dan entah mengapa, teringat sosok mbak Hesti yang menghuni pojok paling kanan. Tiba-tiba saya teringat beberapa tetangga saat itu, dan sosok mbak Hesti yang paling memenuhi ruang memori.

Kecelakaan Lion Air JT 610 benar-benar mengejutkan, menghentak, membuat tak percaya. 20 pegawai Depkeu ada di dalamnya, termasuk mbak Hesti. Tak bisa saya bayangkan bagaimana perasaan pak Sholahuddin dan putri mereka. Bila sebagai teman dan tetangga saja mbak Hesti demikian membekas jejaknya, apalagi sebagai ibu dan istri.

Ah, mbak Hesti.

Kata-katamu masih melekat di benak, sering menjadi quote yang kuulang, dan semoga itu menjadi penimbang amal baikmu.

“Setiap orang baik ketika pergi, pasti akan meninggalkan jejak dalam dan rasa kehilangan di hati banyak orang.”

Selamat jalan tetangga kami, sahabat kami, penasehat kami.

Dalam sebuah hadits Bukhari yang pernah kubaca, Rasulullah Saw pernah bersabda yang intinya, “jika seorang manusia meninggal dan ada 1 saja yang bersaksi akan kebaikannya, maka ia akan masuk surga.”

Wahai Robbku, aku bersaksi, bahwa mbak Hesti Nuraini adalah salah satu orang  baik, teman terbaik  dan tetangga terbaik yang yang pernah kukenal.

 

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ

ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ

وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Ya ayyatuhannafsul muthmainnah

Irji’i ilaa Robbiki rodhiyatam mardliyyah

Fad-khuli ‘ibadi

Wad-khuli jannati.

Wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah pada Robb-mu.

Masuklah kamu menjadi hambaKu, masuklah kamu ke dalam surgaKu

(QS Al Fajr (89)  : 27-30)

 

Boleh jadi, di mata kami kecelakaan itu begitu mengerikan. Tetapi siapa tahu, akhir hidup itu tercatat sebagai kemuliaan lantaran sumbangsih kalian semua pada keluarga, negara dan pada Tuhan Yang Maha Tinggi. Insyaallah, Allah akan menjaga keluarga-keluarga yang ditinggalkan.

Selamat jalan, Para Pahlawan Departemen Keuangan.

Selamat jalan, para korban Lion JT 610.

Doa seluruh bangsa Indonesia untuk yang pergi dan yang ditinggalkan.

(Mbak Hesti Nuraini adalah salah satu dari 20 pegawai Depkeu yang berada dalam pesawat Lion Air JT 610, Senin 29 Oktober 2018. Ia bersama 189 penumpang lain yang dikabarkan hilang )

Bogor, 30/10/2018

lion-air-jt-610-hilang-kontak_20181029_113804
Lion Air JT 610

 

0 thoughts on “Kembalilah pada Tuhan-mu, 20 Pahlawan Kementrian Keuangan”
  1. Kami juga pernah kontrak disitu bu…tahun 2006-2008, saat membersamai suami yang tugas belajar. Juli kami juga menengok kontrakan ini, mengingatkan kembali masa perjuangan keluarga muda dengan bayi mungilnya. Kenangan yang sama untuk bu hesti…2 tahun sering berinteraksi hanya kebaikannya lah yang selalu terukir di hati. Allahummaghfirlaha…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *