(2) Cinta dan Sadisme, Masokisme atau SM (sado-masokist)

Bagaimana caramu mengekspresikan cinta?
Mengirim bunga, puisi, coklat, pulsa?
Atau justru sebaliknya : semakin mencintai seseorang, semakin agresif posesif? Semakin ingin menyakitinya , sebagai bentuk penguasaan dan orang yang kau cintai berada dalam genggaman?
Cinta memang aneh, sebab ia gabungan unsur-unsur lahiriah yang mencakup fisiologis biologis dan unsur batiniah psikologis.
Sadism, awalnya dipopulerkan oleh Marquis de Sade, penulis dari Eprancis abad 18 yang menuliskan novellete berjudul Justine. Berkisah seorang gadis berusia 12 tahun hingga usia 26 tahun hidupnya; hidup dalam kemalangan dan penganiayaan seksual. Buku Sade sempat dilarang beredar dan diterjemahkan. Meski demikian, karya Justine berlanjut dengan karya berlikut , Juliette yang merupakan karya de Sade juga.
Terminologi sadis akhirnya digunakan untuk mengacu pada orang-orang yang senang menganiaya orang lain, dan mendapatkan kepuasan dengannya.
Masokist, diambil dari nama Leopold von Sacher- Masoch yang populer dengan karyanya Legacy of Cain dan Venus in Fur. Venus in Fur inilah yang menggambarkan fantasi seksualnya serta deviasi perilaku fetish. Masochist menjadi simbol bagi orang-orang yang rela disakiti, dianiaya, dipermalukan oleh orang yang dicintai.

50-shades-of-grey-movie-598x378
50 shades of grey, parafilia yang diangkat ke dalam film

Seringkali, pasangan cinta sado-masokist ini bertemu bagai tutup bertemu dandang.
Beberapa penelitian mengungkapkan domestic violence , bukan dalam rumah tangga tapi dalam masa berpacaran. Seorang cewek A tak tega meninggalkan cowoknya, padahal sang cowok menamparnya, memukulnya, menyundut dengan rokok. Ada lagi cewek B yang tahu , cowoknya selingkuh dan seringkali meminta uang darinya untuk membeli barang-barang mahal, tampilan keren yang dipakai untuk memikat cewek lain. Dengan dalih terlalu sayang pada cowok, cewek ini tak bisa lepas dari cowoknya.
Sepasang cowok cewek atau bahkan pasangan suami istri rela menyakiti dan disakiti untuk mendapatkan kepuasan fisik dan psikis.
Normalkah?
Tentu tidak.
Dalam batas tertentu, kesabaran masih wajar. Misal, seorang melampiaskan tekanan urusan kantor dengan bersikap kasar pada istri dan anak di rumah. Meski lambat laun, ini harus diterapi . Seorang istri boleh saja bersabar, karena berharap seiiring waktu, ada yagn luluh dan hilang. Biasanya; sifat kasar, kejam, agresif bila tidak menjadi gangguan psikologis hanya muncul sewaktu-waktu, itupun jarang. Namun bila mengendap menjadi psychological disorder yang telah menajdi karakter, masuk kategori tak wajar ; kesabaran dengan menerima dan bersikap diam bukan satu-satunya penyelesaian.
Saya pribadi, beberapa kali melihat kekejaman di depan mata dan obyeknya menerima dalam diam. Seorang cewek (cewek lho!) memaki-maki cowoknya dengan kasar di atas sepeda motor, di tempat umum, hingga cowoknya memarkir sepeda motor dan mendengarkan sumpah serapah gadisnya dengan sabar. Di lain waktu, seorang cewek mencacai maki cowoknya, meninggalkan cowoknya di mobil, hingga kami yang berada di jalan raya terbengong-bengong melihat seorang cowok diperlakukan demikian kasar .
Dalam kasus suami istri, pernah suatu ketika di toko, melihat suami memperlakukan istrinya demikian kasar. Membanting galon, istri belum sempurna naik ke sadel sudah dipacunya kendaraan sembari mencaci maki dan bermuka garang. Meski masih jauh dari label SM (sado-masokist) yang lebih ke arah parafilia, atau deviasi dalam ranah cinta yang mengarah ke hubungan seksual, tetap saja perilaku kejam, sadis dari orang terdekat pantas diwaspadai.

love hurt
Bila kekejaman itu sudah berada di luar batas, tak ada salahnya segera mengambil sikap. Bolehlah suami menampar satu, dua ,tiga kali. Selebihnya harus introspkesi, apakah memang istrinya demikian bermulut tajam hingga suami hilang kesabaran atau sebaliknya, suami yang demikian ringan tangan?
Kekejaman, agresi verbal pun harus segera dikenali.
Bila pasangan masih saling cinta, koreksi mungkin akan menimbulkan rasa sakit hati dan tersinggung namun insyaAllah, ada kemauan untuk memperbaiki diri.

Comments

  1. Ternyata ada istilah psikologi yang diambil dari kisah fiksi. Ilmu baru nih. Terimakasih sudah berbagi. Mungkin bisa jadi bahan skripsi ^_^

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *