Siapa yang sepakat kalau kucing adalah salah satu makhluk terlucu sedunia? Hayo ngacung!

Sejak kecil aku suka sekali kucing. Meski repot sekolah saat itu, aku tetap memelihara kucing. Seingatku, sejak SD aku suka memelihara kucing. Mengelusnya, menggendongnya, memeluknya; rasanya seneng banget! Apalagi kalau dia menempel-nempelkan badannya ke tubuh kita. Sembari mengeluarkan dengkur nafas yang khas. Kucing-kucingku suka dielus kepala sama dagunya, biasanya kalau dielus dua bagian ini, mereka akan terkantuk-kantuk.

Icung, kucing kami yang kiyuuuut banget !

 

Tapi, ada juga orang yang takut setengah mati sama kucing. Ketakutannya sampai terlihat nggak logis. Aku punya teman SMA (waktu itu kita nggak tau dia takut kucing), lalu kucing itu kita bawa ke dia, dia menjerit dan mengamuk! Teman kuliahku, pernah sampai pingsan pas makan di kantin. Gegara makhluk berbulu itu dengan tenangnya berjalan mendekati setiap pengunjung dan mengelus kaki-kaki yang bergelantungan di sana.

Aku tak percaya ada orang yang takut kucing.

Sampai aku menikah, dan mendapati suami dan anak pertamaku sangat benci kucing! Duh, sedihnya. Suamiku gak  bisa lihat kucing : jijik, nggak suka, sebel, bawaannya marah. Putriku? Lebih dashyat lagi. Sekedar lihat kucing tak bertuan tahu-tahu masuk rumah, lewat begitu aja, ia akan menjerit-jerit ketakutan sembari menutup muka, naik ke kursi dan menangis tersedu-sedu. Hadeeeh.

Awalnya, aku sih fine-fine aja dengan kondisi ini.

Ya sudah. Mau gimana lagi? Toh suami sama anakku gak suka kucing, ya gak usah melihara. Beres kan? Lalu ada kejadian yang mengharuskan kami melihara kucing. Awalnya, nggak niat melihara sih. Rumah kami sedang diserang banyak tikus. Mungkin karena rumah kami bekas areal persawahan. Para tetangga juga mengeluhkan rumah mereka yang banyak tikus. Meski makanan dan perkakas sudah kami tutup rapat, tikus masih suka kencing dan pup di mana-mana. Kotoran tikus sangat berbahaya, kan? Sudah coba pasang perangkap, lem, sampai racun. Tetap aja masih pada berdatangan. Lalu ada yang menyarankan : pelihara kucing saja. Meski kucingnya nggak doyan tikus, bau kucing sudah secara alamiah membuat tikus jera.

Nah, gimana dong dengan suami dan putriku? Kalau suamiku, beliau nggak fobia. Cuma gak suka. Cukup diskusi, selesai. Putriku fobia berat. Benar-benar nggak bisa berada di dekat, atau melihat kucing. Apalagi bersentuhan. Pernah dipaksa, ia benar-benar kaku keringatan menangis sejadi-jadinya. Padahal udah gede lho hahahaha.

Akhirnya, aku mencoba menterapinya dengan perlahan. Namanya CBT – cognitive behaviour therapy.

  1. Sisi kognitif. Definisikan ketakutan.

“Apa sih yang membuatmu takut dengan kucing?”

Awalnya, dia menjawab “pokoknya takut aja!”

Kutanya lagi, “Takut sama bentuknya? Tapi kamu nggak takut kelinci.”

Selidik punya selidik, dia emang geli banget sampai bergidik dengan tubuh berbulu kucing.

Lha kalau nggak berbulu seperti kucing Spinx, apa nggak takut? Katanya malah lebih “gilo” lagi! Lah, gimana sih? Oke deh. Aku juga nggak mungkin melihara Spinx. Harganya bo, kwkwkwk. Jadi kusimpulkan ia takut dengan benda berbulu. Kelinci berbulu tapi beda dengan kucing. Bedanya apa? ”Pokoknya beda,“ kata putriku jengkel.

Berarti ia memang memendam ketakutan karena bulu-nya, bukan bentuk, taring, apalagi sikap mengendap-endap kucing yang kayak hantu aja.

  1. Sisi kognitif. Bangun pemahaman baru bahwa kucing nggak sejelek yang dikira.

Karena nggak takut sama bentuk, tapi sama bulu, berarti putriku masih bisa lihat bentuk kucing. Hanya saja nggak bisa megang atau berdekatan. Adik-adiknya senang sekali nge-share meme lucu terkait kucing, juga membagi video lucu kucing yang tersebar di youtube, IG dan line.

Icung di besek.JPG
Icung suka tidur di tempat-tempat tak lazim 🙂

Awalnya putriku nyinyir, ”ïh ngapain sih? Sebel aku, kalian ngirim video kucing. NGGAK BAKAL aku seneng sama kucing.”

Tapi lama-lama suamiku dan putriku ngakak habis kalau liat video kucing yang lucu. Ini sesudah mereka menonton puluhan video kucing. Jadi bukan hanya sekedar belasan, apalagi satu dua video, ya.

Selain itu ada diskusi-diskusi yang kami bangun :

  • Rasulullah dan para sahabat juga suka kucing, artinya kucing itu hewan yang diberkahi.
  • Kucing adalah penghalau alami tikus. Kalau pakai racun, terus tikusnya mati di rumah tetangga, gimana?
  • Sebagai perempuan, harus bisa mengatasi fobia. Siapa tahu suami, atau keluarga suaminya kelak suka kucing. Nggak lucu kan, kalau misalnya mertua suka kucing lalu menantu saking takutnya mengunci diri di kamar.
  • Di Istanbul, Turki, ada masjid yang imam masjidnya suka banget melihara kucing. Indah kan? Harmoni antara manusia dan hewan, kucing-kucing dibiarkan ikut sholat dan ceramah.

Cat at Istambul Mosque

Kucing di salah satu masjid Aziz Mahmud Hudayi di Istanbul, Turki

 

  1. Sisi perilaku. Ajak melihat dulu. Ajak dekat. Ajak sentuh bulu.

Kalau ada kucing lewat ( di komplek perumahanku banyak kucing seliweran. Apalagi kalau emak-emak belanja di tukang belanja, kucing ikutan mejeng minta kepala ikan) , aku bilang ke putriku : tuh, kucing sama kamu, ukuran badannya lebih gede mana?

Putriku cemberut, tapi ia mikir juga.

”Apa semua kucing menyerang kamu? Nggak kan?”

Lama-lama, putriku nggak histeris kalau lihat kucing lewat.

Lambat laun, putriku hanya waspada kalau lihat kucing , ”Asal dia gak dekat-dekat aku!”

Lama-lama dia mau ngasih makan kucing, tapi nggak mau kalau sampai bersentuhan.

Dan akhirnya, sekarang ia sudah bisa memegang kucing, meski belum bisa menggendongnya.

Putriku & Icung, kucing kami
Putriku sudah bersahabat dengan Icung

Alhamdulillah, di rumah kami memelihara seekor kucing. Kucing ini hadiah dari seorang teman. Sepasang suami istri tua akan membuangnya, dan kami menampungnya. Waktu itu usianya baru 3 bulan, kasihan sekali. Sekarang sudah jadi kucing yang gemuk dan cantik. Dihitung-hitung, nyaris setahun kami melakukan CBT pada putri kami agar ia mulai terbiasa dengan hadirnya kucing. Ia nggak harus melihara kucing kalau sudah menikah. Tapi kalau kelak orang-orang terdekatnya suka kucing, minimal ia bisa ikut bersahabat dan tidak bermusuhan dengan kucing.

Kamu gimana?

Sudah bisa ngatasi fobia kucingmu? J

0 thoughts on “Mengatasi Fobia Kucing”
  1. Sepertinya saya harus di CBT jugaaa :/ saya dulu juga sempet takuuut bgt sama kucing, sampe teriak2 kalau ada kucing dibawah meja pas aku lg makan di luar. Tp alhamdulillah makin kesini takutnya makin berkurang meskipun msh suka kaget dan agak heboh dikit kalo ada kucing :”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *