Pernah membaca sebuah novel yang dialognya terasa kaku? Aneh bin ajaib dan rasanya buat pusing kepala?
Atau pernah membaca novel yang dialognya buat kita tidak mau berhenti membaca? Terasa menyentuh emosi atau bahkan membuat kita meradang?
Berikut beberapa tips singkat membuat dialog yang mengena dan akan membuat cerita mengalir lancar. Meski tema sederhana, ujung cerita bisa ditebak, dialog yang disusun dengan baik akan membuat pembaca tidak bosan menikmati buku. Dan, biasanya pembaca suka melopati deskripsi dan narasi, lho! Malah penasaran dengan dialog tokoh-tokohnya dan sepanjang membuka ratusan halaman novel, yang dinikmati adalah dialognya!
Dialog
Dialog artinya percakapan dua arah. Maksud dua arah ini adalah :
- Antara orang dengan orang
- Antara orang dengan sekelompok orang
- Antara orang dengan dirinya sendiri (monolog)
- Antara orang dengan non-manusia (contoh : percakapan imajinatif dengan kucing, hantu, dsb)
Perlu digarisbawahi oleh pembaca ketika menulis novel. Novel bukanlah :
- Drama
- Percakapan sehari-hari seperti dunia nyata
Mari simak kisah berikut.
————————-
Orion bertemu dengan Triton.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” kata Orion.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab Triton.
“Apa kabar Triton?” sapa Orion.
“Baik, Om!”
“Kamu tambah gemuk?” canda Orion.
“Om juga tambah bulat!” cetus Triton.
——————————
Bagaimana rasanya menikmati dialog di atas? Seperti ada yang terasa kaku, janggal bukan? Lalu, di mana letak kejanggalannya?
Ya. Pada pembuka pertemuan antara Orion dan Triton. Dalam kehidupan sehari-hari, bila kedua orang bertemu, maka bisa jadi apa yang dilakukan Orion dan Triton itu benar. Saling bertukar salam, menyapa dengan keakraban , dan seterusnya. Dalam novel, kita harus bisa memilah dan memilih dengan “rasa” agar dialog-dialog yang muncul tidak semua ditampilkan. Pilih yang paling penting dan mewakili.
——————————————
Orion tiba-tiba muncul di depan pintu, selang sehari berikut.
Ia tak mengindahkan larangan Venna.
“Hollaaaa!”
“Om Iooooonnnn!!”
Fera merangkul pinggangnya. Gany bergelayut di belakang leher, Triton menggelendot di kaki. Rintihan Orion yang mengaduh keberatan tak digubris. Mereka terjerembab ke sofa dan tertawa histeris bersama-sama.
“Om bawa es krim?”
“Bawa susu? Bawa yoghurt?”
“Belikan aku komik?”
“Kalian udah tambah gede-gede, ya!” Orion mengacak rambut semua keponakannya. Mengulurkan es krim ke masing-masing yang disambut dengan tawa riang.
————
Apa yang berubah?
Percakapan ala naskah drama dan dunia nyata dihapus, digantikan percakapan imajinatif. Pembaca menikmati potongan dialog dan narasi/deskripsi singkat keadaan. Potongan dialog di atas adalah dialog antara Orion, si om multitalenta dengan tiga keponakannya yang heboh – Fera, Gany dan Triton dalam novel Single in Love yang insyaallah segera terbit Maret 2019 oleh penerbit KMO Indonesia.
Membuat dialog memang tak mudah. Kadang penulis harus mengedit jeli sebelum diedit ulang oleh editor bertingkat di penerbit, penulis harus re-read naskahnya, bahkan harus bongkar pasang agar dialog terkesan hidup dan ‘nyambung’ dengan keseluruhan cerita, terutama dengan karakter tokoh, deskripsi, narasi dan semua elemen fiksi.
Meski tak mudah, bukan berarti membuat dialog yang cantik mustahil dilakukan.
Saya pribadi harus mengkonsumi banyak buku, belajar otodidak untuk dapat menyusun dialog yang manis dan renyah untuk dikunyah pembaca. Beberapa buku yang menjadi referensi untuk menyusun Single in Love, terutama terkait dialognya adalah :
- The Vegetarian – Han Kang
- Colorless Tsukuru Tazaki – Haruki Murakami
- 1Q84 – Haruki Murakami
- The Miraculous Journey of Edward Tulane – Kate DiCamillo
- 3 Tahun – Anton Chekov
- Dll
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Di bawah ini adalah contoh beberapa dialog dari novel-novel saya.
Contoh dialog dalam novel Sirius Seoul
————–
“Aku yang menang,” ujar Yong Hae. “Tapi, kuakui kamu hebat. Setiap pagi kamu lari?”
Sofia tertawa. Ya, dia harus lari-lari kalau tidak ingin terlambat ke Joshi Daigaku dan kembali ke toko bunga. Jarak Fukuoka dan Kitakyushu bukan seperti Hongik ke Yeonhui. Belum lagi, dia harus angkat-angkat barang di Hanaya Florist.
“Apa permintaanmu?” Sofia bertanya. “Akan kuturuti asalkan masuk akal.”
“Aku tidak minta yang muluk. Cukuplah kamu menepati janji untuk menjaga Ninef.”
“Oke,” Sofia menunduk, memegang lututnya, menarik napas. Mereka berdua memandang Ninef yang berada di titik seberang. “Aku benar-benar ingin menaklukannya.”
“Mengapa?”
Contoh dialog dalam Polaris Fukuoka
————–
“Fasting, ha?” Nozomi mengangguk. “Di pergantian tahun, kami juga melakukan perenungan diri. Malam hari, tepat jam dua belas, kuil-kuil Buddha akan menggaungkan 108 lonceng, jumlah dosa yang diyakini dilakukan manusia.”
“Seratus delapan dosa?” Sofia mengulang.
“Seratus delapan. Ya.”
“Dalam agamaku, ada dosa-dosa besar. Ada dosa-dosa kecil,” Sofia menjelaskan. “Termasuk dosa besar adalah bila manusia tidak percaya adanya Tuhan.”
“Aku percaya adanya Tuhan,” Nozomi menyela.
“Bagus,” puji Sofia. “Ada dosa besar dalam agama kami yang entah, apakah termasuk dalam 108 dosa yang kamu sebutkan tadi.”
“Apa itu?”
Semoga teman-teman bisa sama-sama belajar ya 🙂
Bagi teman-teman yang ingin pesan buku silakan kontak Vidi di 0878-5153-2589 atau Ahmad 0878-5521-6487. Form pengisian bisa di bit.ly/novelsingleinlove atau di bit.ly/SiriusSeoul
Terimakasih 🙂
Thanks for sharing Bu Sinta, menambah semangat saya untuk segera punya karya. Doakan ya Bu! 🙂
Masih, kak Nisa. Bisa kontak Ahmad di 0878-5521-6487 ya:)
Pembaca banyak yang melompati narasi, langsung ke dialog? 0___0 Waaah! Seperti saya waktu kecil, dong. Tiap baca buku pelajaran Bahasa Indonesia, PPKN, yang dicari bagian dialog. Hahaha.
Mbak survei di mana untuk dapat informasi itu? Saya penasaran 0__0 Baru pertama kali ini tahu yang seperti itu.
Ih, kangen sama adikku yg nakal tapi pinter ini ^_^
Yaaah, Mbak Sinta ih. Pertanyaan saya nggak dijawab, malah saya yang dikatain “nakal” 🙁 Kata-kata “pinter” nya sih alhamdulillah. Kata-kata “nakal” nya yang naudzubillah 🙁
*pura-puranya lagi ngambek 🙁