Strong Why : Nona Jepun

BUKU & NOVEL Buku Sinta Yudisia Kepenulisan Menerbitkan buku Novel

Ada banyak alasan kenapa selama  bertahun-tahun, berbulan-bulan aku menyiapkan novel bertema sejarah Indonesia. Akan kutuliskan secara bertahap, agar pembaca mengenali lebih dalam seluk beluk Nona Jepun.

 

Hal pertama yang mendasari adalah adanya Transgeneration Trauma yang diwariskan oleh ibuku, seorang perempuan saksi sejarah yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia. Beliau masih hidup sehat wal afiat hingga sekarang, alhamdulillah.

Suatu ketika, anak-anakku yang wibu tengah menonton anime. Aku lupa apa  yang mereka tonton. Apakah Naruto, Bleach ataukah Attack on Titan. Yang pasti, anak-anakku menyanyikan OST anime tersebut, mengucapkan kata2 berbahasa Jepang yang lazim dikenal seperti tatakae, arigatou, sumimasen, dan sejenisnya.

 

Ibuku menegur, “ Kenapa kalian suka sama hal-hal berbau Jepang sih?”

Wajah ibuku terlihat sedih dan marah ketika mengucapkan hal tersebut.

Di waktu lain, ibuku bercerita tentang penderitaan masa penjajahan Belanda dan Jepang.  Ibu yang asli Yogya berkisah, mendengar tembakan dan mayat bergelimpangan sudah biasa. Bagi beliau, Belanda dan Jepang sama saja.

 

Di titik inilah, aku memahami transgeneration trauma terjadi. Bagaimana ibu berusaha mentransfer kisah masa lalu beliau pada generasi sesudahnya. Sementara anak-anakku suka anime, manga, cosplay dan bercita2 dapat beasiswa Monbukagakusho/MEXT. Bukan salah ibuku ketika beliau memiliki trauma panjang terkait penjajahan karena memang penindasan itu meninggalkan jejak penderitaan yang parah.

 

Transgeneration trauma adalah pewarisan trauma oleh seseorang dari generasi tertentu kepada generasi sesudahnya, terutama anak dan cucunya. Semisal ia memiliki trauma terhadap ras tertentu, kondisi tertentu, kejadian tertentu.

Tak bisa kusalahkan pula anak-anakku yang sekarang ingin belajar banyak dari Jepang, mengingat Jepang adalah salah satu negara maju di dunia yang tetap menjaga tradisinya dengan kuat.

 

Ketika belajar sejarah Indonesia, dalam hal ini periode penjajahan Belanda dan Jepang, kita tidak hendak mewariskan dendam dan kebencian. Pembelajaran berharga, itu yang harus digaris bawahi. Bahwa penjajahan di atas muka bumi harus dihapuskan. Bangsa yang tertindas harus berjuang untuk menegakkan jati dirinya, sekalipun negara-negara besar kemungkinan meremehkannya. Dari rahim penderitaan, teriakan kebangkitan akan melepaskan manusia dari belenggu perbudakan.

2016, 1942, 1943, 2016

Nona Jepun menggunakan alur maju mundur.

Dimulai dari percakapan Wulan dan suaminya di masa kini yang mengambil waktu tahun 2016, lalu kembali ke tahun 1942 di masa  akhir penjajahan Belanda, memasuki masa 1943 era kolonialisme Jepang, dan kembali ke tahun 2016 di mana Wulan dan suaminya yang tengah dilanda krisis dalam pernikahan mengkaji kembali perjalanan hidup mereka. Termasuk, bagaimana mendampingi Diva, sang putri yang begitu tergila-gila pada segala hal berbau jejepangan.

 

#nonajepun #novel #historicalnovel #novelsejarah #fromweaktostrong #bukubaru #novelsintayudisia #bukusintayudisia #pemenanglomba #dkj #novelpsikologi #novelsastra #sastraindonesia  #belanda #jepang  #dutch  #japan

Novel terbaru, naskah yang menarik minat juri DKJ tahun 2021

 

Pemesanan buku bisa langsung ke wa.me/6285785949511.

Harga Rp. 87.000 (belum ongkir)

Ditunggu yaaa!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *